"Aku akan memberi pinjaman, asal kamu mau tidur denganku malam ini." Di pernikahan yang ke empat dengan sang suami, Lili harus melihat usaha sang suami bangkrut dan hutang dimana-mana, hingga membuat sang suami frustasi. Mau tidak mau Lili membantu mencari pinjaman untuk membayar hutang yang jumlahnya tidak sedikit. Sampai akhirnya, Lili di perintah sang suami untuk meminjam uang pada sahabat lamanya yang baru kembali dari luar negeri. Namun, alangkah terkejutnya Lili. Saat sahabat sang suami mau meminjamkannya uang, tapi dengan syarat yang begitu gila.
Lihat lebih banyakDeg. Jantung Lili seolah berhenti berdetak saat mendengar pertanyaan sang suami. Suasana ruang tengah yang tadinya tenang mendadak terasa menyesakkan. Lili bisa merasakan darahnya berdesir, tubuhnya membeku, dan telapak tangannya mulai berkeringat dingin."Sayang, kenapa tidak di jawab?" tanya Zian melihat ekspresi wajah sang istri. Zian mengerutkan kening sambil menatap Lili dengan bingung. Ia lalu mendekat, mengendus lembut bagian pundak istrinya. "Ini... kayak parfum cowok. Kamu pakai parfum pria?" tanya Zian lagi.Lili hampir tersedak oleh udara yang ia hirup. Aroma parfum Lio masih melekat samar di bajunya, sebuah kesalahan fatal yang tak ia sadari, harusnya ia membersihkan diri sebelum pulang.Dan sekarang, Zian, suaminya yang begitu mencitainya berdiri di hadapannya dengan wajah penuh tanya.Panik. Itu satu-satunya perasaan yang Lili rasakan. Ia menunduk, mencoba menenangkan degup jantungnya, memaksa otaknya bekerja cepat mencari alasan."Anu, itu… Sayang," katanya terbata, sua
Akhirnya, Lili pulang diantar oleh Lio. Sepanjang perjalanan, sunyi menyelimuti mereka berdua. Tak ada sepatah kata pun yang keluar dari mulut Lili, meskipun beberapa kali Lio mencoba mencairkan suasana dengan obrolan ringan. Namun, Lili hanya menatap kosong ke luar jendela, matanya berkabut oleh penyesalan yang mendalam.Bayangan kejadian di kamar hotel tadi masih membekas jelas di benaknya. Bagaimana tubuhnya menyerah pada bujukan dan rayuan Lio, sahabat suaminya sendiri. Semua itu terjadi hanya karena satu hal, yaitu uang. Ia merasa hina, kotor, dan yang paling menyakitkan, ia telah mengkhianati Zian, suami yang selama ini selalu percaya padanya.Mobil yang dikendarai Lio akhirnya berhenti di tepi jalan depan rumah Lili. Mesin dimatikan, tapi keheningan masih terasa menyesakkan.Sebelum membuka pintu, Lili menoleh, memandang Lio dengan sorot mata yang tak bisa menyembunyikan kegundahannya. "Aku mohon padamu, apa yang telah terjadi antara kita, akan menjadi rahasia kita. Sampai kapa
Lio benar-benar tidak bisa berhenti, menyusuri setiap jengkal tubuh istri sahabatnya tersebut.Gairah dalam tubuhnya tidak bisa ia redam, setelah Lili mencium bibirnya sambil melepas jubah mandi yang menempel di tubuhnya.Sentuhan demi sentuhan Lio, membuat Lili benar-benar merasa bersalah pada sang suami. Apalagi saat pria itu terus menyesap buah dadanya dan alat reproduksi Lio menerobos masuk menusuk tubuhnya, Lili merasa menjadi perempuan paling hina di dunia ini, karena sudah mengkhianati sang suami.Sedangkan Lio benar-benar menikmati setiap detik apa yang dirinya lakukan pada tubuh Lili. Dan ia tidak bisa berhenti memompa tubuh Lili di bawahnya.Detik demi detik berlalu, aktivitas panas terus berlalu, udara dingin yang ada di kamar hotel tersebut, tidak lagi terasa. Yang ada hawa panas menyelimuti Lili dan juga Lio, membuat tubuh keduanya basah karena peluh.Lili menutup mulutnya, ia benar-benar benci dengan suara desahan yang tiba-tiba keluar dari bibirnya.Sedangkan Lio tersen
Setelah perjalanan yang cukup memakan waktu, karena kemacetan yang biasa terjadi di jalanan ibu kota, Lili akhirnya tiba di Hotel X. Matanya menatap bangunan megah itu dengan campuran perasaan, gugup, takut, dan marah pada dirinya sendiri.Ia menarik napas dalam-dalam sebelum melangkah masuk. Pikirannya penuh dengan suara-suara yang saling bertabrakan, membuat langkah kakinya terasa berat. Tapi ia harus melakukannya. Demi suaminya, demi hutang yang harus lunas.Setibanya di lobi, Lili langsung menuju lift dan menekan tombol menuju lantai tertinggi, tempat presidential suite berada. Di tangannya tergenggam erat kunci kamar yang diberikan oleh asisten Lio kemarin.Detik-detik berlalu dengan lambat. Jantung Lili berdegup semakin cepat saat lift berhenti dan pintu terbuka. Di hadapannya kini terbentang koridor sunyi dengan penerangan temaram. Langkah kakinya menggema pelan ketika ia melangkah menuju kamar yang sudah di beritahu Romi.Setibanya di depan pintu, Lili berdiri mematung. Tangan
Lili benar-benar tidak tenang. Sejak pagi, pikirannya tak pernah lepas dari sosok Lio dan janji pertemuan mereka malam nanti di hotel yang sudah pria itu tentukan. Ia mencoba mengalihkan pikirannya dengan berbagai pekerjaan rumah, tapi semuanya berakhir berantakan. Tangan yang biasanya cekatan saat memasak, kini terasa canggung. Bumbunya salah takaran, dan lidahnya seperti tak bisa mengecap rasa.Pikirannya kalut dan itu terlihat jelas di meja makan."Sayang, kamu kenapa?" tanya Zian, suaranya lembut dan penuh perhatian, sangat berbeda dari sikapnya beberapa hari terakhir. Sejak tahu Lili akan mendapat pinjaman uang untuk melunasi hutang-hutangnya, sikap Zian berubah drastis, lebih tenang, lebih hangat, seolah beban yang membelenggunya selama ini telah terangkat.Lili tersenyum kaku, mencoba menyembunyikan keresahannya. "Kenapa kamu bertanya seperti itu, sayang?" Ia membalas dengan pertanyaan, lalu duduk di samping Zian sambil menatap wajah suaminya.Zian menyendokkan sayur ke mulut,
Lili benar-benar kecewa karena ia tidak bisa bertemu dengan Lio, yang saat ini berada di luar negeri. Padahal ia datang dengan niat menggadaikan harga dirinya, untuk menyelesaikan hutang Zian yang sudah menumpuk. Namun, semua niatnya tersebut tidak membuahkan hasil. Lili masih berdiri di ruang kerja Lio dengan tatapan tertuju pada Pria yang baru saja memberi tahu dimana Lio.Dengan berat hati, Lili memutuskan untuk keluar dari ruangan tersebut tanpa mengatakan apapun. Namun, baru saja ia membuka pintu dan ingin melangkah keluar, pria itu menghentikan langkahnya."Apa kamu Lili?" tanya pria itu, yang kini beranjak dari duduknya dan melangkah mendekati Lili.Lili yang sudah menghentikan langkahnya, segera membalik badan dan menatap ke arah pria yang kini berdiri tegap beberapa meter dari tempatnya, pria itu mengenakan kemeja navy dan celana bahan hitam. Raut wajahnya tenang, namun sorot matanya tajam dan serius."Iya, aku Lili. Tapi... kamu siapa? Kenapa kamu tahu namaku?" tanya Lili, k
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Komen