Seolah dunia hanya milik mereka berdua, Zian dan Bela terus bercumbu mesra di tengah keramaian restoran Nusantara yang mewah namun tetap memiliki nuansa tradisional khas Indonesia. Meja mereka yang berada di sudut memang sedikit tersembunyi, tapi bukan berarti tidak terlihat oleh pengunjung lain. Beberapa pelayan bahkan sempat melirik risih, namun tak berani menegur, karena negara dimana mereka saat ini tergolong bebas.
"Bel, sudah hentikan," ujar Zian sambil menahan tangan Bela yang mulai terlalu berani menyusuri dadanya.
Bela menegakkan kepala, menatap Zian sambil memasang wajah manja. "Bel? Ya ampun sayang, kamu janji loh tidak akan panggil aku pakai nama aja. Harusnya ‘sayang’, ingat?" Bela mengingatkan Zian, janjinya akan memanggil sayang.
"Oh iya, maaf sayang," balas Zian, lalu tersenyum seolah kesalahannya barusan adalah hal yang lucu.
Bela mencubit manja lengan suaminya. "Kalau nanti lupa lagi, tidak aku kasih jatah ya," ujarnya genit sambil tertawa pelan.
"Eh kok gitu? Jangan