Tubuh Lili membeku saat tangan-tangan Lio melingkar di pinggangnya. Bukan hanya pelukan biasa. Ada kehangatan sekaligus ketegangan dalam sentuhan itu. Satu tangan Lio perlahan naik ke pipinya, membelai lembut seolah hendak menenangkan badai yang sedang bergemuruh dalam dada Lili.
Lili memejamkan mata. Sebagian dirinya ingin menolak, berteriak, menjauh. Namun sebagian lain, yang lebih dalam, lebih sunyi, justru menikmati kehadiran Lio. Ia tidak bergerak. Ia membiarkan bibir Lio menyentuh kulit lehernya. Hangat dan menggoda.
Lio merasakan kepasrahan itu. Tak ada penolakan, tak ada tangkisan. Ia mendekap lebih erat. "I love you," bisiknya pelan, tepat di telinga Lili.
Jantung Lili berdebar liar. Ia menunduk, menyandarkan tubuhnya ke dada bidang Lio, mencoba mengatur napas yang tak beraturan. Ada desir halus yang mengalir dalam tubuhnya. Hasrat. Tapi juga rasa bersalah. Ia telah membiarkan pria lain, bukan suaminya, menyentuhnya lagi.
"Bercerailah dengan Zian, dan menikahlah denganku, Li.