Lili akhirnya masuk ke dalam mobil Lio, duduk bersisian di kursi belakang. Romi, yang sejak tadi menunggu di kursi pengemudi, segera menjalankan mobil tanpa banyak bicara. Mobil melaju perlahan menembus keramaian kota, menyisakan keheningan yang kental di dalam kabin.
Lili memandangi ponsel Lio yang kini berada di tangannya. Jemarinya gemetar, bukan karena takut, tetapi karena bertarung dengan hatinya sendiri. Sebagian besar dirinya ingin percaya pada Zian, suaminya yang selama ini selalu bersikap manis dan penuh perhatian. Tapi ada bagian kecil dari hatinya yang mulai goyah, bagian yang Lio coba gerogoti dengan racun keragu-raguan.
"Kenapa cuma dilihat? Buka saja. Dan kamu akan tahu, Zian bukan suami baik seperti yang kamu pikirkan selama ini," ujar Lio tenang, tapi nadanya jelas menyimpan desakan.
Namun, Lili tetap diam. Ia menggenggam ponsel itu erat-erat tapi tak berniat membuka kunci layarnya. Ia menghela napas panjang, berusaha menenangkan pikirannya yang mulai berantakan. Bagi