Pagi hari.
Maxy berlari kecil menuju taman kota yang tak jauh dari rumahnya. Di tangannya, ia membawa kardus bekas mie instan yang berisi mainan mobil remot kesayangannya—hadiah dari Michael kemarin.
Taman itu luas dan ramai. Anak-anak dari keluarga berada berkumpul di sana, rata-rata sebaya dengan Maxy. Mereka duduk melingkar di tanah berumput yang mulai mengering. Di tengah mereka, beberapa mobil remot canggih berlomba-lomba melaju: ada yang bisa berputar 360 derajat, ada pula yang bisa mengeluarkan suara seperti knalpot mobil sungguhan.
Maxy berdiri di kejauhan, wajahnya berseri melihat mobil-mobil itu. Tapi yang paling membuatnya bersemangat adalah bayangan mobil miliknya ikut bersaing. Ia tak sabar menunjukkan betapa kerennya mainan yang ia punya.
Dengan langkah percaya diri, Maxy menghampiri kelompok itu.
“Hei, boleh aku ikut main?” tanyanya riang.
Anak-anak itu serempak menoleh. Seorang anak laki-laki berkacamata dan mengenakan kaos bertuliskan merek luar negeri menatapnya dar