Chapter: —SELESAI—Hari demi hari, bulan demi bulan berlalu ... Aku dan anak-anak terus mencoba untuk menghibur Winda. Jangan sampai dia sedih dan terus memikirkan Farah. Ternyata, tidak ada usaha yang menghianati hasil. Winda yang tadinya menangisi Farah setiap malam. Kini sedikit berkurang. Hari ini adalah hari jadi pernikahan kami yg ke 6 tahun, tak terasa waktu berjalan begitu cepat. Aku berencana mengajaknya liburan di bali sekaligus merayakan anniversary kami. Anak-anak sengaja kutitipkan pada Kak Santi selama aku liburan di bali.Kami sampai di resort Bali setelah sebelumnya naik pesawat selama 2 jam. Winda langsung merebahkan diri di kamar hotel. Aku tau dia pasti kelelahan.Setelah memasukan isi koper ke dalam lemari, aku langsung membuka tirai jendela. Terlihat deburan ombak yang sangat kencang di sertai dengan pemandangan yang sangat cantik. Aku sengaja memilih resort yang menghadap langsung dengan laut. Jadi, saat berdiri di jendela seperti yang kulakukan i
Last Updated: 2024-05-30
Chapter: Mencoba Ikhlas“Bagaimana? Apa ada perkembangan?” itu suara Kak Santi. Aku segera menoleh ke arah nya. Kemudian menggeleng, “Belum, Winda masih belum sadar.” jawabku. Aku menatap ke arah ranjang di mana ada Winda yang tengah berbaring dengan luka perban di kepalanya. Kejadian dua hari yang lalu membuatnya tak berdaya di rumah sakit ini. “Anak-anak bagaimana, mereka sama siapa?” Aku menghela napas sejenak, “Bersama asisten rumah tangga kami.” “Kakak ke rumahmu ya, kasian keponakanku. Dua kali ibu mereka masuk rumah sakit.” Aku mengangguk,“Terima kasih, Kak.” “Ya sudah. Kakak pamit ingin menemui mereka. kamu jangan terus bersedih, doakan saja istrimu cepat pulih.“ “Oh iya, bagaimana dengan pelaku yang menyebabkan Winda begini?” “Aku sudah melaporkannya kepada pihak berwajib, biarkan mereka yang mengurusnya.” Kak Santi tersenyum, “Aku tau, adikku tau apa yang harus di lakukan.”
Last Updated: 2024-05-29
Chapter: Tolong, panggilkan ambulans!POV Firman Aku baru saja sampai di kantor. Berbarengan dengan aku masuk ke dalam loby, tiba-tiba saja ponselku berbunyi. Aku segera mengangkatnya karena itu berasa dari rumah. Aku sangat takut terjadi sesuatu di rumah. Apalagi itu menyangkut Winda. Kondisi nya masih belum stabil. “Halo, Bibik. Ada apa?” “Halo, Pak. Ibu ... Ibu ....” “Ada apa? Bicara yang jelas?! Winda kenapa?” bertubi-tubi pertanyaan kulontarkan, aku benar-benar merasa khawatir. “Ada apa dengan Winda?” “Tadi Ibu pamit keluar sebentar katanya, dia membawa tas.” Ah, aku meraup wajah kasar. “Sudah kuduga, dia pasti akan berpergian. Harusnya aku tetap di rumah.” Aku menyesal. Kupikir memang benar Winda hanya per
Last Updated: 2024-05-28
Chapter: Tas biruPagi hari .... Firman membuka matanya perlahan. Kepala yang semalam terasa berat, kini menghilang perlahan. Meskipun dia demam tinggi semalam, tapi dia ingat semalam Winda mengompres dirinya. Firman pikir Winda percaya pada ucapan seseorang yang mengatakan dirinya adalah penyebab kematian Hendra—kakaknya sendiri. Ternyata wanita itu masih perduli padanya. Firman mengulum senyum. Dia menoleh ke samping. Kosong! Winda tidak ada di sana. Entah semalam istrinya itu tidur di mana dia tidak tau. Sebab, setelah minum obat matanya terasa berat. Dia tertidur dan baru bangun sekarang. Firman menyibak selimut yang menutupi tubuhnya. Dia harus segera pergi ke kantor. Hari ini ada jadwal meeting pagi. Sebagai manager yang disiplin tentu saja Firman tidak ingin telat. Meskipun tubunya masih terasa tidak enak. Namun, semangatnya tidak berkurang sedikitpun. Ada wajah Fira dan Farhan, yang menjadi semangatnya ketika rasa malas itu datang. D
Last Updated: 2024-05-27
Chapter: Merasa Khawatir Setelah itu Winda mendekat ke arah Firman duduk di sampingnya, dia menatap muka wajah yang tengah terlelap. Wajah yang sangat teduh, tiba-tiba saja jantungnya berdetak kencang saat menatapnya. Winda menyentuh dadanya sendiri. Deg Deg Deg!Benar, jantungnya berdebar-debar. Padahal Firman Tengah tertidur.“Perasaan apa ini? Apakah aku jatuh cinta pada Firman?”“Ah, sudahlah. Jika memang iya, bukankah tidak apa-apa. Toh, dia suamiku.” Winda mengulum senyum.Senyum di wajah Winda pudar saat melihat bibir Firman bergetar.“A—aku tidak melakukan apapun, Win. Tidak ...” gumam Firman dengan mata yang masih terpejam.Winda langsung menyentuh keningnya.“Sshh, panas!”“Ternyata Firman demam, pantas saja dia tidak turun untuk makan malam.”Winda segera bangun dari ranjang. Kemudian keluar dari kamar. Dia mengambil sesuatu kemudian kembali lagi ke dalam kamar. Sambil membawa bak berisi air hangat dan juga
Last Updated: 2024-05-26
Chapter: BerdebatFirman pulang setengah jam kemudian. Setelah menyelesaikan permasalahannya di kantor. Dia segera memarkirkan mobilnya ke garasi. Sebelumnya, dia sudah mendapatkan kabar dari asisten rumah tangganya bahwa Winda sudah pulang.Dengan tergesa dia segera masuk ke dalam rumah. Terlihat Winda tengah duduk di sofa, dengan tangan bersedekap dada. Pandangannya tajam lurus ke depan.Firman tersenyum kemudian berjalan perlahan ke arah nya.“Sayang kamu dari mana saja,” ujarnya saat sudah dekat. Firman duduk di samping Winda. Jarak di antara mereka hanya satu jengkal saja.Winda melirik tajam ke arah Firman. Pria di sampingnya tanpa aba-aba langsung merangkul pundak nya.“Sejak tadi aku mencarimu. Kamu membuatku khawatir, tapi syukurlah kamu sudah pulang.”“Sayang ...”“Berhenti memanggilku dengan sebutan sayang, Firman!” Winda menepis kasar tangan Firman.“Ka—kamu kenapa?”“Aku sudah tau apa yang telah kamu lakukan
Last Updated: 2024-05-25
Chapter: Harus selamat!Keesokan harinya.Tuan Ferdian duduk di kursi belakang dengan wajah serius, tangannya menggenggam map berisi laporan keuangan terbaru. Dalam pikirannya hanya ada satu tujuan: memastikan Anderson Corporation berjalan sebagaimana mestinya setelah beberapa hari ini dipercayakan pada Zavier.Meski ia bangga dengan kecerdasan putranya, Ferdian tahu dunia bisnis tidak pernah ramah. Penuh tipu muslihat, perang licik, dan permainan kotor yang bisa menjerat siapa saja yang lengah. Zavier harus terus diawasi. Jika tidak, satu langkah salah saja bisa membuat Anderson hancur, batinnya.Namun, di tengah perjalanan, rasa nyeri tiba-tiba menjalar dari pelipis ke seluruh kepalanya. Ferdian mengerutkan dahi, tangannya refleks memijat sisi kanan kepalanya. Rasa pusing itu semakin kuat, hingga membuat penglihatannya sedikit kabur.“Pak, apakah Anda baik-baik saja?” tanya sopir yang sesekali menoleh lewat kaca spion.Ferdian menarik napas panjang, mencoba menenangkan diri. Tangannya hampir saja meraih po
Last Updated: 2025-09-19
Chapter: Lebih baik mati daripada berkhianat!Horis akhirnya sampai di sebuah gedung rahasia yang dari luar tampak biasa saja, namun di dalamnya menyimpan aset yang bisa membeli seluruh isi dunia.Ia turun dari mobil, menoleh ke kanan dan kiri dengan tatapan tajam. Ada hawa aneh yang sempat membuat bulu kuduknya meremang.“Hanya perasaanku saja,” gumamnya sambil menepuk dada.Setelah memastikan benar-benar aman, ia meraih sebuah tombol kecil tersembunyi di dinding. Begitu ditekan, pintu besi tebal bergeser perlahan dengan suara berat, lalu menutup otomatis di belakangnya. Tidak ada seorang pun bisa masuk tanpa mengetahui tombol rahasia itu.Di dalam, suasananya hening. Hanya suara langkah kakinya dan nyala api korek saat ia menyalakan sebatang rokok. Asap tipis mengepul di udara, menemaninya menelusuri rak-rak besi yang penuh dengan berkas dan kotak penyimpanan. Jemarinya menyusuri map satu per satu dengan sabar.“Aha!” serunya akhirnya, menemukan Dokumen Saham & Kepemilikan Perusahaan Offshore yang dicari. Ia menepuk map itu den
Last Updated: 2025-09-18
Chapter: Dokumen rahasia“Bibi?” suara itu lirih namun tegas, keluar dari mulut Zavier yang belakangan ini dingin.Ruby yang semula terpejam perlahan membuka matanya. Cahaya lampu jalan menyingkap wajahnya yang dulu gempal, kini jauh lebih kurus, pucat, dan penuh keriput. Sekilas, dia seperti tak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya. Tatapannya kabur, namun begitu menancap pada sosok pria muda berpakaian formal dengan jas mewah di hadapannya.“Za … Zavier … kau masih hidup?” Ruby terperanjat, suaranya bergetar, tubuhnya ikut gemetar. Dia terduduk, matanya melebar tak percaya. “Ini benar-benar kau? Bibi pikir … kau sudah tiada, semua orang bilang kau mati di dalam ruang bawah tanah itu.”Zavier menunduk sedikit, menatap lekat wajah lusuh bibinya. Ada gurat kesedihan dan kasih yang tak pernah hilang dari sorot mata itu. “Iya, Bibi. Aku masih hidup. Tuhan … belum mengizinkanku mati.” Napasnya tercekat, lalu tatapannya beralih pada tubuh Ruby yang kotor, baju lusuh, tangan gemetar. “Kenapa Bibi bisa
Last Updated: 2025-09-18
Chapter: Sebuah rencana“Apa kau menyukainya, hem?” Ferdian mencondongkan tubuh, matanya menyipit mengamati putranya. Zavier menelan ludah, menutup mata sejenak seolah menenggelamkan sesuatu yang sakit pada masa lalu. Saat dia berbicara, suaranya rata dan terkendali. “Itu hanya bagian dari masa lalu, sekarang tidak penting lagi.”Ferdian mengangguk pelan, lalu tersenyum tipis. “Oh iya.”Zavier mengangkat bahu, matanya kembali menyala oleh tekad. “Iya. Sekarang tujuanku hanya satu. Menghancurkan seluruh keluarga Willson tanpa terkecuali.”Di sudut ruangan, skema dan foto-foto yang menempel tampak seperti peta medan perang. Ferdian menghisap cerutunya, asapnya berputar lembut ke atas seakan menambah dramatis suasana.“Hmm, bagus. Wanita sepertinya banyak sekali di muka bumi. Ayah akan carikan satu yang terbaik untukmu,” ia berujar setengah bercanda.Suasana kembali serius. Ferdian menepuk meja, lalu menunjuk foto-foto. “Mari kita bicarakan urutan,” ucapnya. “Kau bilang ingin menghancurkan mereka semua. Kita
Last Updated: 2025-09-17
Chapter: Ancaman “Siapa yang kau panggil pelayan?” tanya Zavier datar, suaranya dalam dan tenang, tapi sorot matanya menusuk tajam seperti bilah pisau yang siap menebas kapan saja.Mark maju setengah langkah, wajahnya menegang. “Tentu saja dirimu. Kau tidak perlu berpura-pura lagi. Aku tau kau si pelayan.” Nada suaranya penuh ejekan, seolah ingin menginjak harga diri Zavier di hadapan Eliza.Zavier menahan napasnya sejenak, lalu perlahan mengangkat dagu, senyum dingin tersungging di bibirnya. “Maaf, Tuan Mark,” ucapnya tenang namun penuh tekanan, “tapi aku tidak mengenalmu. Oh ya … mungkin kenal, tapi aku benar-benar tidak ingat. Aku mengalami kecelakaan parah yang membuatku lupa sebagian ingatan.”Kata-kata itu membuat lorong hotel yang sepi seolah membeku. Eliza terbelalak, kedua tangannya menutup mulut. Pandangannya menelusuri wajah Zavier, berusaha menemukan kebenaran di balik ucapannya. Lupa ingatan? Jadi itu sebabnya dia terlihat begitu berbeda … pikirnya, hatinya bergetar antara lega dan sed
Last Updated: 2025-09-16
Chapter: Kau mengenalku, Nona?“Zavier … ini benar-benar kau?” suara Eliza bergetar di sela musik waltz yang mengalun lembut. Dia menatap lurus ke dalam manik mata biru Zavier, mencari kehangatan lama yang pernah dia kenal.Namun Zavier hanya menatapnya datar, seolah wajah di hadapannya adalah orang asing. “Kau mengenalku?” tanyanya pelan dan dingin.Senyum di bibir Eliza langsung pudar. Dia tertegun, jantungnya seakan diremas. “A-apa maksudmu? Ini aku, Eliza. Kau sungguh tidak mengenaliku?”Zavier mengangkat alis tipis, memiringkan kepala sedikit, seolah berpikir keras. “Eliza …? Aku rasa, aku tidak pernah mengenal seorang Eliza.” Suaranya lirih, namun tajam menusuk, seperti pisau yang dipelintir di dada Eliza.“Eliza Willson,” gumamnya, berusaha menahan air mata yang menggenang. “Zavier … jangan bercanda seperti ini. Aku minta maaf, aku menyesal atas semua yang terjadi dulu, sungguh.”“Tapi aku tidak mengenalmu, Nona.“Deg!“Tidak. Kau pasti sedang berpura-pura. Kau masih marah padaku, kan?“Langkah dansa merek
Last Updated: 2025-09-16
Chapter: Pewaris sah Horisson Steel!Keesokan harinya.Di kantor pusat Horisson Steel Corporation dipenuhi oleh para wartawan, awak media, investor, dan jajaran direksi penting dari dalam dan luar negeri. Lampu-lampu kamera sudah menyala terang, mikrofon berbagai stasiun TV berjajar rapi di meja panjang tempat konferensi akan dimulai. Sorotan tertuju pada satu nama: Michael Nathaniel, CEO karismatik yang dikenal tegas, dingin, dan tak mudah tersentuh media. Namun hari ini, ia membuat pengumuman yang menggemparkan: ia akan memperkenalkan putra sulungnya.Detik demi detik terasa menegangkan.Pintu utama terbuka perlahan, dan muncullah Michael dengan setelan jas abu gelap yang elegan. Di sampingnya, seorang anak laki-laki berusia delapan tahun berjalan dengan langkah tenang namun penuh wibawa kecil. Dialah Marvel Nathaniel, bocah yang dulu dikenal sebagai Maxy si penjual tisu, kini berdiri tegak sebagai pewaris sah kerajaan bisnis baja raksasa itu.Para hadirin langsung berdiri. Kilatan kamera membanjiri ruangan. Bisik-bisi
Last Updated: 2025-06-27
Chapter: Tukang rotiSatu bulan kemudian ...Sudah genap satu bulan sejak identitas Maxy dipindahkan secara resmi menjadi Marvel Nathaniel, putra kandung dari seorang pengusaha ternama, Michael Nathaniel.Selama sebulan itu pula, hidup Marvel berubah total.Ia tak lagi tidur beralaskan tikar tipis di ruangan pengap. Kini, ranjang empuk dengan selimut hangat menyambut tidurnya setiap malam. Tak ada lagi rasa lapar atau kecemasan esok akan makan apa. Semua kebutuhan hidupnya tercukupi. Bahkan, ia sudah terbiasa mengenakan seragam sekolah rapi dan sepatu mengkilap.Marvel kini resmi menjadi siswa di salah satu sekolah elit internasional. Sekolah yang hanya bisa dimasuki oleh anak-anak dari kalangan atas. Banyak anak pejabat, artis, bahkan diplomat luar negeri yang bersekolah di sana.Awalnya, semua terasa asing bagi Marvel.Guru-guru berbicara dalam dua bahasa, anak-anak berpenampilan glamor, bahkan menu makan siang di kantin pun seperti hidangan restoran mahal. Namun Marvel bukan anak biasa. Kecerdasannya s
Last Updated: 2025-06-27
Chapter: Dr. FeliciaMichael menggenggam tangan Maxy erat saat mereka masuk ke ruang pemeriksaan. Sahira berada di sisi lain, membelai lembut rambut Maxy, sementara Belinda hanya berdiri di pintu, masih kikuk, tapi berusaha tenang. Dia tetap ingin mengawasi anak yang sudah dianggapnya dunia selama delapan tahun terakhir.Dokter anak bernama dr. Felicia wanita paruh baya berseragam putih, menyambut mereka dengan senyum hangat.“Halo. Ini Maxy, ya?” sapanya lembut.Maxy mengangguk malu-malu.“Ayo, Maxy. Kita cek dulu ya. Tidak sakit kok, santai saja.”Maxy duduk di atas tempat tidur pemeriksaan. Satu per satu prosedur pun dilakukan: dari mengukur tekanan darah, mengecek detak jantung, menyenter tenggorokan, hingga mengambil sampel darah kecil. Maxy sempat meringis saat jarum masuk ke kulitnya, tapi Sahira langsung menggenggam tangannya.“Mommy di sini, Sayang,” ucap Sahira lembut.Belinda yang berdiri agak jauh tampak menahan napas. Matanya tak lepas dari Maxy. Wajahnya cemas.Michael berdiri kaku di pojok
Last Updated: 2025-06-27
Chapter: Kau akan tetap menjadi ibunya!Seorang wanita muda berdiri di sana dengan tubuh tegap namun anggun. Rambut panjangnya tersisir rapi dan wajahnya dilapisi riasan tipis namun mewah. Ia mengenakan gaun berwarna gading berkilau dengan sepatu hak tinggi yang pasti tak pernah menginjak lumpur. Belinda menelan ludah. Matanya langsung menyipit.“Anda siapa?” tanyanya dingin meski tubuhnya mulai bergetar.Sahira menatapnya tajam, lalu menghela napas dan tersenyum kaku. “Saya ... Sahira. Istri dari Michael Nathaniel. Saya datang ke sini … untuk melihat putra saya.”Deg!Kalimat itu menghantam dada Belinda seperti palu.Maxy memandang bingung ke arah dua wanita itu. Ia masih berdiri di antara mereka, tak mengerti apa yang sedang terjadi.“Putra Anda?” gumam Belinda.Sahira melangkah masuk tanpa izin, pandangannya menyapu seisi rumah—ruang sempit, dinding lapuk, dan atap bocor. Bau pengap menyengat hidungnya, tapi ia berusaha menahannya.“Tempat seperti ini …?” lirihnya.Belinda bergerak cepat dan berdiri menghadang. “Keluar
Last Updated: 2025-06-27
Chapter: Siapa yang datang? Michael turun dari mobilnya dengan langkah gontai. Hembusan angin menyapu rambutnya yang kusut, dan wajahnya menyiratkan kepenatan yang tak mampu disembunyikan. Bahunya merosot, matanya sayu. Tak ada lagi sorot tajam penuh percaya diri seperti biasanya. Lelaki itu bahkan tak menyadari ketika Sierra melambai dari teras depan dengan senyum ceria.“Daddy! Daddy sudah pulang! Ayo, main boneka bareng aku. Kita bangun rumah-rumahan lagi, seperti kemarin!”Michael hanya memaksa tersenyum. Langkahnya berat, seolah tubuhnya menanggung beban berton-ton. “Nanti ya, Sayang ...” suaranya lirih, nyaris tidak terdengar.Sahira yang tengah duduk di sofa membaca buku langsung menoleh curiga. Ia mengenal betul bahasa tubuh suaminya. Michael tidak sedang baik-baik saja.“Ada apa, Mike?” tanyanya pelan, sambil bangkit dan menghampiri.Michael tidak menjawab. Ia hanya menatap mata istrinya dalam-dalam, penuh luka yang tertahan.“Ayo bicara di dalam kamar,” ucap Sahira, kini mulai merasa gelisah.Ia berba
Last Updated: 2025-06-27
Chapter: Menemui BelindaMobil hitam berkilap itu terparkir tak jauh dari pos ronda tua, mencolok di antara deretan rumah-rumah berdinding triplek dan atap seng berkarat.Michael turun pertama, diikuti oleh David. Langkah kaki mereka menyusuri lorong becek dengan genangan kecil yang memantulkan sisa cahaya senja. Michael menatap sekitar dengan tatapan nanar. Di sinilah ... anaknya tinggal selama ini? Di tempat sekotor ini? Di antara lalat, bau busuk, dan tembok penuh lumut?Ya Tuhan ...!Dadanya sesak. Setiap langkah terasa berat. Karena emosi yang menumpuk: marah, sedih, hancur, dan bersalah.Mereka sampai di depan pintu rumah. Sebuah pintu kayu kusam yang catnya sudah habis terkelupas. Michael menarik napas dalam-dalam lalu mengetuknya. Tok! Tok! Sekali. Tok! Tok!Dua kali. “Permisi ....”Tak ada jawaban.David menoleh. “Kosong?”Michael menggeleng, mengetuk lagi—lebih keras.Tok! Tok! Tok!Beberapa detik kemudian, pintu itu terbuka pelan dengan suara berderit panjang. Belinda muncul. Rambutnya digelung
Last Updated: 2025-06-27
Chapter: _END_Beberapa bulan kemudian, saat hari yang ditunggu-tunggu akhirnya tiba, Safira mengalami kontraksi yang membawa mereka berdua ke rumah sakit dengan perasaan campur aduk. Azka setia berada di sisinya, menggenggam erat tangan Safira sambil berusaha menenangkan perasaannya sendiri. Meskipun ia tahu bahwa setiap detik berlalu membawa mereka semakin dekat pada momen yang luar biasa, hatinya berdebar hebat. Sepanjang proses persalinan, Azka terus mendampingi Safira, memberi dukungan yang selama ini bahkan tak pernah ia bayangkan bisa ia berikan. Ini adalah sesuatu yang baru baginya, namun ia tahu bahwa ia ingin ada di sisi wanita yang dicintainya, di setiap detik yang berarti.Saat akhirnya bayi mereka lahir, dan tangisan kecil memenuhi ruangan, waktu seakan berhenti bagi Azka. Perasaan haru yang tak pernah ia bayangkan tiba-tiba membanjiri hatinya. Ia menatap bayi kecil yang sedang berada dalam dekapan Safira, begitu rapuh dan mungil, tetapi terasa begitu kuat menarik dirinya. Air matanya p
Last Updated: 2024-11-14
Chapter: Menghabiskan malam bersamaMasa pemulihan Azka dan Safira selesai. Hari itu, keduanya meninggalkan rumah sakit dengan perasaan yang bercampur, antara lega dan sedikit gentar. Mereka tahu, kali ini mereka akan benar-benar memulai perjalanan sebagai suami istri dengan hati yang lebih terbuka. Di perjalanan menuju rumah, Azka menggenggam tangan Safira erat, seolah-olah ingin meyakinkan dirinya bahwa ia tidak akan melepaskan wanita itu lagi.Setibanya di rumah, mereka saling menatap, lalu Safira tersenyum dan berkata dengan hangat, “Selamat datang di kehidupan kita yang baru, Azka.” Ucapan sederhana itu membuat hati Azka terasa hangat. Dia mengangguk dan membalas senyumnya, kemudian mereka pun masuk ke rumah mereka yang terasa berbeda, lebih hangat, lebih penuh harapan.Hari-hari berlalu, dan mereka mulai menjalani pernikahan dengan sepenuh hati. Azka berusaha menunjukkan kasih sayangnya dalam berbagai hal kecil—seperti membuatkan teh hangat untuk Safira saat pagi, mempersiapkan makan malam bersama, atau sekadar me
Last Updated: 2024-11-14
Chapter: Rumah sakitSetelah kecelakaan yang nyaris merenggut nyawa mereka, Azka dan Safira sama-sama dilarikan ke rumah sakit dalam kondisi luka-luka. Selama beberapa hari mereka harus menjalani masa pemulihan. Setiap hari Azka selalu bangun lebih awal untuk melihat keadaan Safira, memastikan ia baik-baik saja. Rasa sakit dari tubuhnya sendiri terasa tak ada artinya dibandingkan kekhawatiran yang ia rasakan terhadap Safira.Kecelakaan itu telah menjadi titik balik bagi Azka. Dia merenung panjang, memikirkan semua sikapnya selama ini terhadap Safira, semua penolakan dan kebekuan yang ia biarkan tumbuh di antara mereka. Dalam keheningan kamarnya, Azka mulai menyadari betapa dalam dirinya sebenarnya ada perasaan lebih dari sekadar tanggung jawab atau ikatan pernikahan.Suatu pagi, setelah dokter memastikan kondisinya cukup stabil, Azka memutuskan untuk mengunjungi kamar Safira. Dia membuka pintu perlahan, dan mendapati Safira yang masih berbaring lemah di ranjang. Azka duduk di kursi sampingnya, matanya men
Last Updated: 2024-11-14
Chapter: KecelakaanSesampainya di rumah orang tua Safira, Azka dan Safira turun dari mobil. Azka, yang selama ini memiliki sikap keras dan cenderung angkuh, kini tampak penuh kehormatan saat menyalami Hana dan Fadil. Dia membungkukkan badan, menatap keduanya dengan senyuman sopan. Hana dan Fadil saling berpandangan, tak menyangka bahwa Azka yang dulu mereka kenal sebagai sosok pemberontak kini terlihat penuh hormat di depan mereka.“Selamat sore, Bu Hana, Pak Fadil,” sapa Azka dengan nada hangat, tak ragu untuk memanggil Fadil dengan sebutan “Ayah” layaknya Safira.Keduanya tampak terharu dan sedikit tercengang. Hana tersenyum sambil menyilakan mereka masuk ke dalam rumah. Safira segera memeluk ibunya dengan hangat, seakan melepas rindu yang lama terpendam. Sementara itu, Azka mengobrol santai dengan Fadil, bertanya tentang keseharian dan kondisi kesehatan ayah mertuanya itu. Keakraban Azka dengan Fadil membuat Hana dan Safira tersenyum melihatnya, seakan dinding yang dulu menghalangi hubungan mereka pe
Last Updated: 2024-11-13
Chapter: KantorPagi hari .... Azka duduk di meja makan dengan segelas kopi di tangan, mengenakan setelan jas rapi dan dasi yang tampak sedikit miring. Wajahnya tampak tenang, namun sorot matanya menyiratkan ketegasan—hari ini adalah hari pertamanya secara resmi menggantikan ayahnya, Aidan, untuk sementara mengelola perusahaan keluarga. Perasaan gugup dan antusias bercampur menjadi satu di dadanya.Safira memperhatikan dari ujung meja, merasa ada yang berbeda dari sosok Azka pagi ini. Ada keseriusan yang tidak biasa dalam tatapannya. Ia berjalan mendekat, menatapnya lembut, lalu berkata, "Kamu ambil cuti kuliah selama satu minggu, Azka?"Azka mengangguk sambil tersenyum tipis. "Iya, Safira. Mulai hari ini, aku akan menggantikan Papa. Dia mempercayakan perusahaan kepadaku selama dia di New York, dan aku… aku tidak mau mengecewakannya."Safira menyunggingkan senyum kecil, merasakan kebanggaan sekaligus haru. Ia paham, keputusan ini bukan hal yang mudah bagi Azka. Ia ingin mendukungnya sepenuhnya, mesk
Last Updated: 2024-11-13
Chapter: Kampus bersamaPagi hari ....Sinar matahari perlahan menembus tirai kamar, menciptakan pancaran lembut yang menyelimuti tubuh Safira yang masih terbungkus selimut. Azka, yang sudah lebih dulu bangun, duduk di tepi ranjang dan menatap wajah Safira yang terlelap. Ada kedamaian yang menyelimuti hati Azka saat melihat wanita yang kini menjadi istrinya terlelap di sisinya, begitu tenang, seolah semua ketegangan di antara mereka seakan larut dalam kehangatan malam tadi.Perlahan, Azka mencondongkan tubuhnya dan mengecup pucuk kepala Safira dengan lembut, membiarkan bibirnya menyentuh rambut Safira beberapa kali, seperti sebuah ungkapan kasih yang masih terasa asing baginya. Sentuhannya membuat tidur Safira terusik, dan akhirnya matanya membuka perlahan. Ketika kesadarannya mulai terkumpul, Safira terlonjak, panik, merasa bahwa dirinya mungkin sudah kesiangan. “Jam berapa sekarang?” tanyanya cepat dengan mata yang masih setengah terbuka.Azka tersenyum kecil melihat kepanikan di wajah Safira. “Jam tujuh p
Last Updated: 2024-11-13