BRAK!
Jonathan membuka pintu dengan kasar, langsung membawa tubuh Sahira yang pingsan ke dalam rumah mewahnya.
Napasnya memburu, rasa panik menguasai dirinya saat melihat darah masih merembes dari selangkangan Sahira, membasahi jok mobil dan kini mulai mengotori lantai rumahnya.
Michael kurang ajar, bisa-bisanya dia berbuat hal keji pada adiknya. Jonathan berpikir, Michael memang telah memperkosa adiknya dengan brutal sehingga mengalami pendarahan.
“Panggil dokter sekarang juga!” teriaknya pada salah satu pelayan.
Tanpa membuang waktu, Jonathan membaringkan Sahira di atas ranjang mewahnya. Kedua tangannya masih berlumuran darah Sahira, tapi dia tidak peduli. Matanya tertuju pada wajah pucat adiknya yang tampak begitu lemah, seperti sehelai kertas yang siap diterbangkan angin.
“Jasmine, bangun ... Bertahanlah sayang,” bisiknya, meskipun dia tahu Sahira tidak akan mendengar.
“Awas saja, pria bajingan itu akan kubalas karena telah memperkosamu dengan kejam.”
Detik demi detik berlalu sepe