Saat suasana panti masih hangat oleh tawa anak-anak, tiba-tiba terdengar langkah tergesa dan suara yang sangat familiar bagi Liora.
“Liora?”
Liora menoleh. Tubuhnya membeku.
Ryan.
Pria itu berdiri di ambang pintu ruang tengah, napasnya sedikit tersengal karena tergesa masuk dari arah gerbang. Tatapannya penuh kebingungan sekaligus perasaan yang tak bisa ia sembunyikan.
Adrian yang sedang duduk santai langsung berdiri. Matanya menajam. Liora masih diam di tempat, tak tahu harus bagaimana. Pertemuan ini seperti sebuah kejutan yang membuat waktu berhenti.
Ryan melangkah maju, menatap Liora dengan penuh perasaan. “Liora… kamu kamu benar-benar di sini?”
Liora menatapnya. Ia pun berdiri. Matanya berkaca-kaca. Bukan karena cinta, tapi karena kenangan. Karena orang ini adalah satu dari sedikit yang pernah membuatnya merasa dihargai sebagai manusia. Tapi sebelum Liora sempat mengisyaratkan sesuatu, Adrian melangkah cepat ke sisinya dan merangkul pinggangnya dengan erat.
“Ini siapa, Sayang?” ta