Chapter: 52. Bagaimana Keadannya?Sore itu, Adrian pulang. Seperti biasa, suasana sunyi. Seperti penghuninya yang tidak saling peduli. Hanya saja, biasanya ada ibunya yang menyapanya walau basa-basi. Kini, tidak ada sama sekali.Ia berjalan, menyusuri setiap ruangan untuk menaiki tangga. Apa hanya perasaannya saja? Bahkan pelayan pun tampak berjalan dengan pelan dan wajah-wajah penuh tekanan.Adrian menaiki tangga, masuk ke kamar. Pandangannya langsung jatuh pada sosok Liora yang meringkuk di sofa. Pakaian yang dikenakannya masih sama seperti tadi pagi. Apa dia tidak mandi? Rambutnya tidak disisir, wajahnya pucat, tapi Adrian menahan diri.Ia berdiri di ambang pintu beberapa saat, menatap wanita itu dalam diam. Tapi pikirannya langsung menepis segala rasa yang mulai menyelusup ke dalam hati.‘Dia hanya lelah. Kenapa aku harus perhatian?’Ia pun masuk lalu menghilang ke kamar mandi. Seolah benar-benar tidak peduli pada Liora.Sementara keadaan Liora sejak tadi pagi, memang masih merasakan sakit. Ia menelan semuanya sen
Last Updated: 2025-07-14
Chapter: 51. Merangkak KesakitanHening beberapa detik. Liora tidak mengenal anak remaja itu.“H- hai?” sapa Luca canggung.Liora masih diam. Tatapannya datar. Dia tahu tidak ada siapa pun di rumah itu yang bisa dianggap baik.“Tante?” sapa Luca canggung tapi dengan nada ragu.Liora meneguk ludahnya. ‘Apa maksud anak ini? Siapa dia?’ batin Liora.“Aku Luca. Keponakan Om Adrian. Aku anak Mama Camila.” Luca memperkenalkan diri. “Maaf. Tante tidak bisa berbicara ya? Tapi, apakah bisa mendengarku?” tanya Luca semakin banyak bicara.Liora mengangguk.Tiba-tiba Luca memberikan handphone-nya. “Katakan sesuatu padaku, atau bertanya,” ucapnya berani.Liora sempat terdiam. Matanya menatap tangan Luca yang menyodorkan ponselnya. Sementara di wajah remaja itu, tergambar keraguan dan gugup yang sangat jelas. Namun, dari sorot matanya Liora bisa merasakan ada ketulusan, bukan kepura-puraan seperti orang-orang dewasa di rumah ini.Perlahan, ia mengambil ponsel itu. Jarinya ragu menyentuh layar, lalu mulai mengetik dengan gerakan pe
Last Updated: 2025-07-14
Chapter: 50. Pertemuan Luca dan Liora“Makanlah,” ucap Adrian pada Liora, sebelum makanannya tiba.Liora diam. Dia pun mulai makan.Setelah Bibi tiba, Adrian mulai merapat dan makan bersama Liora.Adrian memperhatikan Liora diam-diam. Perempuan itu hening.Ia kemudian memalingkan wajah. Meneguk air putih yang nyaris tak menyentuh kerongkongannya. Tenggorokannya kering, seperti ada batu besar mengganjal.“Aku ingin membahas perceraian kita,” ucapnya tegas.Liora menatapnya sejenak lalu melanjutkan makannya. Siap mendengar apapun yang pria terhormat itu katakan. Bukankah dari awal memang dia yang mengandalikan?“Kalau kita sudah bercerai, aku tidak mengizinkanmu untuk tinggal di panti.”Liora menatapnya lagi. Kali ini cukup lama. Apa maksudnya?“Aku akan membelikan rumah kecil untukmu.” Adrian mencoba menegaskan tawarannya sebagai kompensasi. “Dan aku akan tetap membiayaimu. Selama kau belum menikah. Itu—itu bentuk tanggung jawabku.”Liora masih menatapnya. Lalu, perlahan, menghentikan sejenak aktivitas makan. Dia mengambil
Last Updated: 2025-07-13
Chapter: 49. Saat Luca SadarLiora mengunci tatapan tepat di mata Adrian. Wajahnya datar cenderung menyimpan kebingungan. Lalu muncul perasaan terluka yang membuatnya ingin marah.Seketika Liora menggeleng. Dia melepas tatapannya.“Kenapa?” Adrian reflek menyentuh bahunya.Liora menatap tangan Adrian di bahunya.Adrian lekas menjauhkan tangannya.Liora menatapnya cukup tajam. Diam tapi menusuk. Ia meraih buku yang ada di meja. Lalu menulis.“Apa maksudmu? Kenapa kau tiba-tiba ingin mengembalikan suaraku? Bukankah sejak awal kau bersyukur aku tidak punya suara? Tidak akan ada yang bisa mendengarku.”Matanya terpaku setelah membaca jawaban Liora. Tiba-tiba saja udara terasa berat. Sesak.“Aku hanya… ingin kau pulih,” ucap Adrian akhirnya. Suaranya pelan, terdengar seperti ia sendiri tidak yakin dengan apa yang dia katakan saat ini.Adrian merasa seperti tertampar dengan jawaban Liora. Lalu batinnya mengingat. Bukankah dia dulu merasa beruntung saat mengetahui bahwa Liora adalah alat yang sempurna karena tidak bisa b
Last Updated: 2025-07-13
Chapter: 48. Untuk Mengembalikan Suaramu“TIDAK LUCA!” Camila membentaknya. “Untuk apa?” tanyanya panik.Luca terdiam.“Kalau memang tidak ada hubungannya dengan kecelakaan itu kenapa aku tidak boleh bertemu dengan Tanteku? Bukankah dia istri Om Adrian?” tanyanya.Juliana menghela napas. Mencoba sabar dan memberi peringatan pada cucunya tersebut.“Luca… dia sama sekali tidak ada hubungannya dengan kecelakaan itu. Kamu salah paham. Om Adrian terpaksa menikahi dia karena hal lain. Dan… kamu tidak perlu menemuinya karena dia itu perempuan yang licik. Om mu juga sebentar lagi akan menceraikannya. Lagi pula, kamu baru pulang. Jangan membuat masalah lagi. Nanti Om mu bisa benar-benar marah,” jelasnya, mencoba tetap tenang.Luca terdiam.“Sudah… Sekarang ayo kamu makan siang dulu. Bi… tolong antarkan tas Luca ke kamarnya!” teriak Juliana mengalihkan.Setelah makan, Luca duduk di tepi ranjang kamarnya. Matanya menatap kosong ke arah lantai yang mengilap, namun pikirannya jauh melayang—berisik oleh penyesalan dan kebingungan yang menu
Last Updated: 2025-07-12
Chapter: 47. Pelaku SebenarnyaAdrian mengepalkan tangan. Dan dalam sekejap…BUK! Pukulannya menghantam meja kerja hingga benda-benda di atasnya bergetar. Gavin tersentak, tapi tetap diam, menunggu amarah itu surut.“Lakukan saja, Gavin!” bentaknya, suara rendah tapi menggigit. “Aku tidak akan menyesal!”Gavin menahan napas, menatap atasannya dengan hati-hati. “Baik, Tuan,” ujarnya. “Tapi… untuk keperluan pengajuan ke pengadilan, pasti butuh alasan sah. Apa yang harus dicantumkan?”Adrian terdiam.Hening menggantung lama di antara mereka. Padahal biasanya, Adrian selalu cepat dan tegas dalam membuat keputusan. Tapi kali ini, Gavin melihat jelas, rahang pria itu mengeras seperti menahan sesuatu yang tidak bisa diucapkan dengan ringan.Semakin lama Adrian diam, semakin Gavin yakin bahwa semakin keras tuannya bersikap, semakin lemahlah tekadnya sebenarnya.Akhirnya, dengan suara rendah yang nyaris seperti g
Last Updated: 2025-07-12
Chapter: 215. TAMAT Season 2 (Cinta yang Sempurna)Setelah penantian panjang. Hari itu datang juga. Matahari bersinar lembut ketika Livy terbangun dengan rasa yang tak asing namun tetap menggetarkan, kontraksi. Namun, ia dan Kay tetap tenang. Tak ingin membuat anak-anak kepikiran dan ikut panik.Sampai mereka berangkat ke sekolah, barulah Kay memanggil Bibi Eden, dan dalam waktu singkat mereka sudah dalam perjalanan ke rumah sakit.Prosesnya tak seberat yang dulu, tapi Livy tetap memeras tenaga dan air mata untuk menghadirkan buah hati mereka ke dunia. Kay menggenggam tangannya erat, mencium keningnya berulang kali dan membisikkan dukungan. Penuh cinta. “Kita akan segera bertemu dengan putri kecil kita…”Dan akhirnya, suara tangis nyaring pecah di ruang operasi bersalin. Seorang bayi mungil dengan pipi kemerahan dan rambut hitam lebat lahir dengan sehat. Dokter mengangkatnya, menunjukkan pada Livy dan Kay yang sudah berlinang air mata. “Selamat, anak perempuannya sehat,” ucap sang dokter.Kay tersenyum lega, menatap Livy yang juga men
Last Updated: 2025-07-02
Chapter: 214. Memberitahu Kabar BahagiaKay berdiri di ambang pintu kamar matanya bertemu dengan Livy yang sedang bersandar di sandaran tempat tidur. Wajah istrinya itu tampak lelah, namun tetap bersinar. Senyuman lembut tersungging di bibirnya begitu melihat Kay muncul.“Kamu ya?” ucap Kay menggoda. “Sudah sakit, masih saja menggoda. Masih saja tersenyum.”Kay terkekeh. Dia menghampiri, duduk di sisi tempat tidur dan menggenggam tangan istrinya. “Sudah sarapan?” Tangannya mengusap pipi Livy dengan lembut. “Aku sudah pulang, ayo kita ke rumah sakit.”Livy mengangguk pelan. “Aku sudah makan, kok. Tapi… sebelum kita pergi, ada sesuatu yang ingin aku berikan ke kamu dulu.”Kay mengernyit. “Apa Sayang?” tanyanya dengan mata menyipit penuh tanya.Livy tersenyum penuh misteri. “Ambil deh sesuatu di laci nakas. Di dalam kotak obat.”Kay pun bangkit, membuka laci kecil di samping tempat tidur. Ia melihat sebuah kotak obat mungil dan mengangkatnya. Saat dia hendak bertanya lagi, Livy hanya menunjuk, menyuruhnya membuka sendiri.Deng
Last Updated: 2025-07-02
Chapter: 213. Memberanikan untuk Test PackWaktu berjalan, hari berganti.Di suatu pagi, berbeda dari biasanya. Rumah yang biasanya dipenuhi keceriaan Livy dan langkah sibuknya menyiapkan sarapan, kini terasa sedikit hening. Livy masih terbaring di tempat tidur, tubuhnya terasa lemas sejak dini hari. Ia sempat bangun untuk memastikan anak-anaknya siap, tapi Kay memintanya untuk tetap beristirahat.“Aku akan urus semuanya,” ucap Kay seraya menyelimutinya lebih rapat. “Kalau masih belum enak badan, nanti aku bawa ke dokter.”Livy hanya mengangguk pelan. Wajahnya sedikit pucat, dan napasnya terdengar berat, meski ia terus memaksakan senyum agar tidak membuat Kay khawatir. Tapi Kay tahu—istrinya itu sedang tidak baik-baik saja.Kay pun turun ke bawah, memastikan semuanya siap. Bibi Eden sudah mengambil alih dapur dan menyajikan sarapan untuk mereka.“Bi… tolong bantu anak-anak, ya?” ucap Kay.“Bagaimana kabar Nyonya Livy, Tuan?”“Mudah-mudahan baik-baik saja. Mungkin butuh istirahat lebih,” jawab Kay.Albern yang kini duduk di kel
Last Updated: 2025-07-01
Chapter: 212. Projek Membuat AdikKay masih tergelak, namun ia kembali mengalihkan pandangannya pada Albern. "Tapi Alice memang cantik, ya?" godanya lagi, mencoba memancing reaksi putranya. Albern hanya diam, sibuk mengunyah makanannya. Elian yang melihat kakaknya bungkam, langsung meledek. "Cieee, Kakak Albern malu-malu mau ngaku!" Livy tersenyum melihat interaksi mereka. Ia memutuskan untuk menengahi. "Berteman baik sama orang yang baik itu sangat boleh, kok. Mau laki-laki ataupun perempuan, yang penting kalian harus tetap fokus belajar, ya? Kalian masih terlalu kecil untuk cinta-cintaan." Livy memberikan nasihat dengan lembut. “Iya Ma. Nih si Dino banyak bicara!” gumam Albern menatap adiknya kesal. Elian pun hanya tertawa. Kay yang tampaknya terinspirasi dari percakapan itu, tiba-tiba melontarkan pertanyaan. "Oh ya, kalau semisal kalian punya adik perempuan, bagaimana?" Albern langsung menatap ayahnya datar, ekspresinya sulit dibaca. Sementara Elian menjawab cepat dan penuh semangat, "Mauuuu!" Albern kemudi
Last Updated: 2025-06-30
Chapter: 211. Ayah VS AnakLangit di luar jendela mulai bersemburat jingga, perlahan berubah menjadi gelap. Lampu-lampu di dalam rumah sudah dinyalakan, memancarkan kehangatan. Di ruang tamu, tawa renyah Alice dan teman-teman Albern mulai terdengar, menandakan bahwa tugas kelompok mereka akhirnya selesai.Albern muncul di dapur, di mana Livy dan Bibi Eden sedang sibuk menyiapkan makan malam. Aroma masakan yang sedap memenuhi ruangan. Livy sedang mengaduk sayur di wajan, sementara Bibi Eden sibuk memotong-motong bahan."Ma," panggil Albern, suaranya sedikit lega. "Tugasnya sudah selesai. Teman-temanku sudah mau pulang," ucapnya.Livy menoleh, tersenyum melihat putranya. "Oh, sudah selesai? Baguslah," katanya. "Sebentar ya, Mama panggil Papa dulu,” ucapnya.“Tidak usah, Ma. Mama saja,” ucap Albern.“Kenapa?” tanya Livy.“Papa rese!” jawab Albern pelan.Livy pun terkekeh. Dia langsung merangkul bahu Albern, untuk melangkah menemui teman-temannya. "Baiklah, baiklah. Kalau gitu, ayo kita temui teman-temanmu."Saat L
Last Updated: 2025-06-29
Chapter: 210. Gosip tentang Albern dan AliceLivy tersenyum tipis, matanya lekat mengamati Albern, putra sulungnya, yang sedang serius dengan kerja kelompok. Suasana di antara Albern dan teman-temannya agak canggung, terutama saat Alice, teman perempuannya yang tampak paling dominan, mulai menjelaskan tugas mereka. Albern terlihat tenang, sesekali mengangguk, namun Livy bisa melihat ada sedikit kegugupan yang coba disembunyikan putranya.Ketika Alice tiba-tiba menyebut nama Albern dan mengajukan pertanyaan, Livy melihat bahu putranya sedikit menegang. Albern menjawab dengan suara yang sedikit lebih pelan dari biasanya, sesekali melirik Alice lalu buru-buru mengalihkan pandangan. Rasanya lucu melihat putra remajanya yang biasanya tegas dan berani mendadak jadi salah tingkah.Tiba-tiba, sebuah suara kecil mengagetkan Livy. Elian, sudah berdiri tepat di belakangnya, entah sejak kapan. "Mama sedang apa?" bisik Elian, membuat Livy sedikit terlonjak.Livy menoleh sambil tersenyum. "Eh, kamu. Mama lagi lihat Kak Albern kerja kelompok,"
Last Updated: 2025-06-29