Adrian berdiri mematung di ambang pintu utama rumah. Ia menunggu Liora selesai didandan.
Matanya menangkap sosok Liora yang sedang mengenakan gaun malam sederhana namun elegan berwarna biru tua. Rambutnya digerai dan sebagian ditata ke depan. Dipermanis dengan anting kristal kecil di kedua telinganya. Rias wajahnya tipis, tapi cukup untuk membuat kulitnya tampak cerah dan segar. Liora berdiri kaku, menunduk sebentar saat menyadari Adrian memperhatikannya.
Namun, yang membuat Adrian terdiam bukan penampilannya, melainkan wajahnya yang tetap… sendu. Tatapan matanya masih menyimpan sisa luka pagi tadi. Bekas air mata sudah tak terlihat, tapi sorotnya belum padam.
“Kau pikir bisa menghadiri acara besar dengan wajah seperti itu?” tegur Adrian akhirnya, suaranya pelan tapi tajam. “Lupakan apa yang terjadi pagi ini. Di luar sana, kau adalah istriku. Tersenyum. Raamah. Dan pastikan tidak ada satu pun orang yang curiga.”
Liora mengangguk. Sekali lagi. Tanpa membalas tatapannya. Ia melangkah ke