"Umi, kenapa Abi pergi ke Solo pagi-pagi sekali dan terburu-buru?" tanya Zain saat kami dduk bersama untuk sarapan.
"Dia ada sesuatu yang perlu di urus Zain?"
"Benarkah? Umi tidak sedang bertengkar dengan Abi, kan?" Ia menatapku penuh selidik.
"Iya sayang, mana Zafran?"
Aku mengalihkan pembicaraan Zain.
"Dia sedang bersama Oma memberikan makan ikan, sekarangkan hari Minggu jadi dia senang sekali main bersama Oma?"
"Kamu tidak ikut bermain?"
"Zain sudah besar Umi, malu dengan Oma?"
Aku tersenyum kepada Zain. Meskipun aku masih terus memikirkan Bang Fatur yang membuat dadaku sesak, tetapi di depan anak-anak aku harus tetap menjaga senyumku.
"Apa yang akan kamu lakukan Zain jika tak ingin kembali ke Kairo?"
"Oma akan membuatkan pesantren dekat rumah Umi untuk anak yatim, aku bisa mengajar mengaji di sana."
"Benarkah? Oma tak pernah berbicara dengan Umi?"
"Bagaimana Oma akan berbicara dengan Umi, Umi masih sibuk jatuh cinta."
"Zain, jangan menggoda Umi." Kucubit pelan pipinya.
Zain bagaim