Seorang pria berdiri di depan pintu, tubuhnya tegap, tetapi sorot matanya penuh keraguan.
Arya menatapnya tajam. Ada kemarahan, tetapi juga kelelahan yang tak bisa disembunyikan.
"Akhirnya kamu datang juga." Suaranya datar, tapi menusuk.
Arhand mengangguk pelan. "Aku harus datang."
Hening sejenak. Arhand menggenggam erat kedua tangannya, mencoba menahan emosi yang bergejolak.
"Agna bagaimana?" Suaranya bergetar.
Arya tidak langsung menjawab. Ia menatap lelaki itu lekat-lekat, mencoba membaca ketulusan di sana. Akhirnya, ia melangkah mundur, memberi jalan.
"Masuklah," katanya singkat.
Arhand meneguk ludah. Langkahnya berat saat memasuki kamar Agna. Ruangan terasa dingin, bukan karena suhu, melainkan suasana yang mencekam. Hatinya berdegup tak karuan saat melihat sosok yang selama ini menghantui pikirannya.
Di atas ranjang, Agna tergolek lemah. Wajahnya pucat, mata sayu, tubuhnya terlihat lebih kurus dari terakhir kali mereka bertemu.
Sandra duduk di tepi ranjang, menggenggam tangan putr