“Mas Alif!!!” geram Dira.
Ia menggigit gigi sambil menatap penuh kebencian ke mobil Alif. Lubang hidungnya melebar kembang kempis mengolah udara dengan tangan mengepal penuh amarah.
Sementara Alif tersenyum menyeringai melihat reaksi Dira.
“Salah sendiri berdiri di sana.”
Alif berkata sambil melirik ke spion. Di sana ia melihat Dira dengan wajah merah padam menatapnya penuh amarah dari jauh.
Alif menghela napas panjang, menyudahi kesenangannya. Entah kenapa ada kebahagiaan sendiri saat melihat Dira kesusahan. Apa memang sebenci ini dia pada Dira? Atau hanya karena Dira sudah membuatnya berpisah dengan Disa. Atau bisa jadi karena ucapan Dira kemarin malam.
Alif masih sibuk dengan lamunannya saat ponselnya berdering. Alif melirik ada nama Firman di sana.
“Gimana, Fir?” tanya Alif to the point.
“Pak, saya sudah mengeceknya. Memang benar hari ini PT Internusa membuka undangan untuk investor