LOGINDira Aureli terpaksa menggantikan saudari kembarnya untuk menikah dengan Alif Ferdiansyah. Tidak disangka Alif marah saat mengetahui hal itu. Tidak hanya itu, di hari berikutnya saudari kembar Dira ditemukan tewas dengan sebuah surat ancaman bertanda tangankan nama Dira. Kemarahan Alif semakin membuncah dan menuduh Dira pembunuh calon istrinya. Alih-alih membatalkan pernikahan, Alif malah melanjutkan pernikahannya dengan Dira. Ia berencana membuat hidup Dira seperti di neraka. ***************************************************************** Yang udah baca cerita Widuri dan Emran wajib banget baca cerita ini, ya?? Ini sekuel cerita tentang putra putri mereka.
View More“Apa-apaan ini?! Kamu bukan Disa!”
Dira Aureli terkejut setengah mati saat pria tampan yang sudah resmi menjadi suaminya itu berteriak di hadapannya. Padahal beberapa jam yang lalu, Alif Ferdiansyah terlihat begitu tenang, bahkan senyum bahagia terus terukir menghiasi raut tampannya.
Semua kata-kata yang ia ucapkan saat ijab kabul terdengar lancar tanpa kendala. Bahkan ia terlihat manis selama acara resepsi digelar, tanpa ada tanda-tanda dia akan berubah seperti ini.
“Katakan padaku! Kamu sembunyikan di mana Disa?!” sergah Alif penuh murka.
Dira hanya membisu, menelan saliva sambil menatap amarah yang terlihat jelas di mata pria tampan itu.
Hari ini harusnya menjadi hari pernikahan Alif dan Disa, saudari kembar Dira. Mereka sudah dijodohkan sejak masih remaja. Meski awalnya menolak, pada akhirnya baik, Alif maupun Disa menerimanya.
Disa dan Dira adalah kembar identik. Wajah, suara, gestur tubuh sangat mirip dan sulit dibedakan. Pembedanya hanya di warna rambut. Rambut Disa berwarna hitam, sedangkan Dira berwarna coklat. Dira tidak menyangka Alif akan secepat ini mengenalinya.
“Mas, dengerin dulu. Aku … aku melakukan ini dengan terpaksa. Aku … aku–”
“Omong kosong! Aku tahu selama ini kamu selalu iri dengannya. Pasti kamu yang menghasutnya, kan?”
Wanita cantik dengan mata sipit dan rambut coklat terurai itu hanya diam sambil menggelengkan kepala. Wajahnya terlihat muram dan serba salah, tampak sekali penyesalan di raut cantiknya.
“Bukannya aku sudah bilang? Aku hanya mencintai Disa, bukan kamu, Dira! Apa belum cukup penolakanku saat itu?”
Dira terdiam sambil menganggukkan kepala. Dia memang pernah mengutarakan perasaannya ke Alif, jauh sebelum Alif bertunangan dengan Disa. Bisa jadi, dulu itu hanya cinta monyet yang dirasakan sesaat oleh Dira. Karena itu, ketika Alif menolaknya, Dira dapat memakluminya dengan mudah.
Namun, entah mengapa, sejak saat itu Alif selalu menyalahartikan sikapnya. Bahkan tidak jarang semua kejadian yang menimpa Dira dianggap untuk mencari perhatian Alif.
“Iya, aku tahu, Mas. Aku mohon … dengarkan dulu penjelasanku. Aku tidak melakukannya dengan sengaja, demi Tuhan, Mas Alif.”
Tidak ada jawaban dari Alif. Dia malah bangkit, mengenakan kembali kemejanya dan berjalan menuju pintu.
Dira melihat gelagat Alif. Dira merasa bersalah dan menyesal sudah menyetujui permintaan papanya. Andai saja Disa tidak menghilang, tentu dia tidak akan terlibat dalam masalah ini.
“Mas, kamu mau ke mana?” tanya Dira, berusaha menahan pria itu.
Sementara Alif sudah membuka pintu dan bersiap keluar. Ia menghentikan langkahnya dan melirik Dira sekilas. Mata elangnya menatap tajam bagai pisau yang menghunus langsung ke ulu hati Dira.
“Bukan urusanmu!” ketus Alif.
Dira menghela napas panjang sambil bangkit menghampiri Alif. Ia menarik lengannya saat pria tampan itu hendak berlalu pergi. Sontak Alif mengibaskan tangannya dengan kasar.
“Jangan sentuh aku!” sentak Alif marah.
Tidak hanya mengibaskan tangan, ia juga sudah mendorong Dira menjauh hingga wanita cantik itu terhuyung ke belakang.
“Aku mohon dengerin penjelasanku dulu, Mas! Aku—”
Namun, Alif seolah menulikan telinga. Ia terus berjalan menyusuri lorong hotel menuju lift.
Memang hari ini mereka melakukan ijab kabul dan resepsi pernikahan di sebuah hotel bintang lima. Bahkan rencananya akan menikmati malam pertama di sana juga. Sayangnya, kejadian beberapa menit tadi sudah merusak segalanya.
Dira tidak putus asa. Dia langsung berlari mengejar Alif, menahan pintu lift dengan tangannya agar tetap terbuka. Alif menoleh, melihat dengan tatapan yang semakin tajam.
Seakan tahu jika Alif sedang bertanya dengan ulahnya, Dira kembali membuka mulut.
“Bukankah kamu ingin mencari Disa? Aku ikut.”
Alif terdiam sesaat. Dia tidak tahu keberadaan Disa, dan pastinya dengan bantuan Dira, tugasnya akan menjadi sedikit ringan.
“Masuk!”
Selang beberapa saat mereka sudah berada di dalam mobil. Tujuan pertama mereka adalah bandara, stasiun dan terminal bus. Namun, hingga larut malam mencari, mereka tidak juga ditemukan Disa.
Alif terlihat lelah, tapi dia tidak putus asa dan terus mencari.
Dira merasa serba salah. Ia turut bertanggung jawab dengan keadaan Alif. Dira takut Alif jatuh sakit gara-gara pencarian ini.
“Kamu benar-benar tidak tahu kemana Disa pergi, Dira?”
Mereka masih di dalam mobil usai mencari di sekitar terminal dan kali ini Alif bertanya pada Dira. Dira menghela napas panjang sambil menggelengkan kepala.
“Aku tidak tahu, Mas.”
Alif berdecak, meraup kasar wajahnya sambil melirik sinis ke Dira.
“Kamu tidak bohong, kan?”
Dira menggeleng dengan mantap sambil menundukkan kepala. Alif kesal melihat reaksi Dira. Serta merta dia menarik kepala Dira dan meraup pipinya hingga Dira menatap ke arahnya.
“Kalau sampai aku tahu kamu di balik kepergian Disa, aku tidak akan pernah mengampunimu. Kamu dengar aku?!”
Dira menelan ludah. Jantungnya berdegup semakin cepat. Ia sudah berjanji akan menyembunyikan rahasia ini dari Alif. Namun, kalau Alif terus meminta penjelasan, rasanya Dira harus mengingkari janjinya pada papanya.
Alif melihat perubahan di wajah Dira dan merasa wanita itu sedang menyembunyikan sesuatu. Alif mendekatkan wajahnya hingga Dira bisa menghirup aroma maskulin dari tubuhnya.
“Apa? Kamu mau bilang apa, Dira? Katakan.”
Dira menarik napas panjang seolah sedang mengeluarkan seluruh beban di dadanya, kemudian Dira menatap Alif yang berada tidak berjarak di depannya.
Wajah pria ini begitu tampan, masih sama seperti dulu. Hanya saja ekspresi wajahnya yang membuat Dira menggigil ketakutan.
Perlahan, Dira mengulurkan secarik kertas ke Alif dengan tangan gemetar.
“Mas Alif … Disa … Disa tidak mau menikah denganmu.”
Dua tahun berselang setelah itu …Dira baru saja turun dari mobil saat mendengar suara gelak tawa berasal dari dalam rumahnya. Dira mengulum senyum sambil melirik sekilas mobil di sampingnya.Alif sudah datang dan ia tahu persis suara gelak tawa itu berasal dari anak serta suaminya.“Ayah … ayah!!” Suara Dayana langsung menyambut Dira yang baru saja membuka pintu utama.Dira melihat Alif sedang bermain kejar-kejaran dengan putrinya. Entah apa yang mereka rebutkan kali ini, yang pasti sudah terdengar suara celoteh Dayana di sana.“Nah, itu Mama datang, sapa dulu dong, Sayang,” pinta Alif.Dayana menurut kemudian langsung berhambur memeluk Dira. Dira duduk jongkok sambil menyambut putrinya.“Kesayangan Mama,” ujar Dira sambil mendaratkan beberapa kecupan di pipi gembul Dayana.“Kok cuman Dayana doang, ayah juga mau dicium dong.”Alif mendekat sambil menyodorkan wajahnya ke Dira. Dira dan Dayana terkekeh bersamaan kemudian langsung mengecup pipi Alif kanan dan kiri.Alif tersenyum kesenan
“Astaga!! Kalian itu ditunggu dari tadi gak keluar kamar juga. Dayana sampai nyariin, tuh,” cetus Emran pagi itu.Pagi ini Emran bersama Widuri dan putra putrinya sedang berkumpul di restoran hotel tersebut untuk melakukan sarapan pagi. Emran langsung bersuara begitu melihat Alif dan Dira yang baru saja ikut bergabung.“Ngantuk, Yah,” jawab Alif.Dira hanya tersenyum sambil mengambil Dayana dari pangkuan Widuri dan duduk di sebelah Alif.“Kamu makan dulu saja, Dira. Dayana biar sama bunda. Dia anteng, kok.”Dira mengangguk kemudian sudah memulai makan pagi mereka. Di depannya tampak Alisha dan Rayhan serta Alvan yang sudah menyelesaikan makan paginya.Sedari tadi Alvan hanya diam sambil memperhatikan Alif bergantian dengan Dira. Entah mengapa ada sesuatu yang sedang menarik perhatiannya kali ini.“Ngapain ngelihatin aja? Makan sana!!” semprot Alif kesal.Alvan hanya tertawa kemudian sudah berbisik ke Alisha.“Mbak, perasaan yang baru nikah kan Mbak Alisha sama Kak Rayhan, ini yang man
Enam bulan berselang usai kelahiran putri pertama Alif. Hari ini adalah hari yang ditunggu Rayhan dan Alisha. Sesuai rencana, hari ini mereka menikah. Akad nikah dilakukan di kediaman Emran yang selanjutnya resepsi dilakukan di salah satu ballroom hotel bintang lima di kota itu.Alif dan Dira bersama buah hati mereka ikut serta mengikuti acara sakral tersebut. Mereka duduk di bagian keluarga dengan seorang bayi perempuan nan cantik di pelukan Alif.“Mas, Dayana tidur?” tanya Dira.Alif tidak menjawab hanya manggut-manggut sambil menepuk-nepuk bokong putrinya. Sejak Dayana lahir, Alif yang paling perhatian padanya. Bahkan ia memberi kebebasan pada Dira untuk beraktivitas sedangkan dia sendiri membatasi aktivitasnya.“Dikasih mbaknya saja, biar kamu gak capek dari tadi gendong terus.”“Biarin. Nanti dia bangun kalau dipindahin.”Dira hanya mengulum senyum mendengar jawaban Alif. Padahal Mereka memiliki baby sitter, tapi hampir 24 jam selalu Alif yang menemani Dayana. Hanya saat pria itu
“Alah … palingan itu yang kamu omongin sekarang. Nanti pada akhirnya juga enggak, kayak Ayah,” sahut Emran yang tiba-tiba sudah berdiri di depan Alif.Alif mendongak menatap Emran sambil memicingkan mata. Widuri hanya mengulum senyum melihat reaksi bapak dan anak yang konyol ini.“Sudah, jangan berantem. Yang penting sekarang Dira dan bayinya selamat. Kapan kita boleh melihatnya?”“Sebentar lagi. Dira habis ini dipindahkan ke kamar rawat inap bersama bayinya.”Widuri manggut-manggut kemudian sudah bangkit menghampiri Alisha dan Alvan. Sementara Emran malah memilih duduk di samping Alif.Alif hanya diam sambil melirik pria yang wajahnya serupa dengannya ini.“Kamu beruntung bisa menemani Dira untuk kelahiran putri pertama kalian. Sementara Ayah tidak bisa saat itu. Ayah tidak ada saat kamu lahir.”Alif tidak menjawab tapi sudah menatap Emran yang berada di sisinya. Emran membalas t
Hampir enam bulan berlalu sejak kejadian itu. Hari ini Alif terlihat lega usai menemani Dira dan Fabian menghadiri sidang pemutusan atas kasus yang menimpa Mery serta Maura.“Syukurlah semua berjalan lancar, Lif,” ucap Rendy menghampiri Alif.Alif hanya manggut-manggut sambil menatap Mery dan Maura yang sudah digelandang keluar ruang sidang. Fabian tampak diam sambil menatap wanita yang pernah menjadi istri keduanya itu.Terlihat ada buliran bening yang berkumpul di sudut matanya. Tidak bisa diingkari jika Mery sangat baik padanya selama ini. Sayangnya Fabian tidak tahu semua itu dilakukan Mery untuk menutupi kejahatannya.“Pa, papa baik-baik saja?” tanya Dira membuyarkan lamunan Fabian.Fabian mengangguk sambil tersenyum ke Dira.“Iya, Sayang. Papa baik-baik saja. Papa lega semuanya sudah berakhir kini.”Dira mengangguk kemudian menggandeng tangan Fabian berjalan beriringan keluar dari ruang sidang
“APA!!!” seru Alif.Ia sontak berdiri sambil menatap Rayhan dengan tak percaya. Semua yang hadir sudah menoleh ke arahnya dengan bingung.Dira yang duduk di sampingnya sampai terkejut melihat reaksi Alif yang tiba-tiba.“Kamu kenapa, Lif? Tidak suka adikmu dilamar sahabatmu?” sahut Emran.Alif terdiam. Jakunnya naik turun sambil menelan saliva. Selama ini, yang dia tahu Rayhan punya hubungan spesial dengan Dira. Kenapa malah malam ini Rayhan melamar adiknya?“Mas, jangan aneh-aneh, deh. Kasihan tuh Mbak Alisha.” Kini Alvan sudah menimpali.Alif melihat Alisha yang duduk di antara Emran dan Widuri sedang menatapnya dengan wajah tegang. Selama ini Alisha memang menyembunyikan hubungannya dengan Rayhan. Ia takut Alif akan melarangnya.“Eng … enggak. Aku hanya kaget. Ya udah, dilanjut saja.”Alif bicara dengan gagap kemudian kembali duduk di tempatnya. Selanjutannya Rayhan mene












Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments