Dimas sedang mencekal erat tangannya. Bukan marah atau menarik agar lepas. Amira telah berbalik dan menatap Dimas. Tatapan sedih dan muram itu tiba-tiba berbinar.
“Mas Dimas ingin kawankan aku turun joged kah?!” serunya sambil menyambar tangan Dimas untuk dibawa ke latar disco.
“Amira! Lihat bajumu! Sangat sopan dan anggun. Di mana kerudungmu? Bajumu serba panjang, sayang jika kamu pakai di tempat seperti ini.” Bujuk Dimas agar Amira sadar diri dan mau diajak keluar.
“Oh, benarkah bajuku tidak sesuai? Baiklah, ayo!” seru Amira sambil menghentak tangan. Dimas pikir sudah berubah pikiran dan akan keluar. Diikutinya berjalan di belakang.
Lagi-lagi bukan menuju arah pintu keluar, melainkan kembali ke bar. Dimas merasa shock dan memilih diam di tempat. Menunggu apa yang akan dibuat Amira. Barangkali sedang melunasi tagihan barnya pada bartender.
Namun, semua terjadi begitu cepat. Dia mendapat gunting dari bartender, menggunting rok panjangnya di batas tengah paha. Memasukkan