Menjauhkan makanan yang baru di makannya setengah, Claire meletakkan tangannya yang langsing di atas taplak meja putih yang indah serta menyentuh tangan maskulin yang terawat. “Senang sekali melihatmu lagi.”
Anthoni Larue mengangkat tangan Claire san mendekatkan ke mulutnya. “Sayangku, Claire. Aku sangat merindukanmu. Katakan yang sebenarnya. Bagaimana keadaanmu?”
Ujung jari Claire membelai kulit Anthoni yang lembut saat ia menjauhkan diri. Kembali bersandar ke kursi nya, ia mengibaskan rambut ke balik bahu. Perasaan menang menerpanya saat tatapan panas Anthoni mengikuti gerakan feminin itu, gairah menggelapkan matanya.
“Minggu lalu memang berat, tapi kami bertahan. Danny sepertinya sangat kesakitan, tapi para dokter menyakinkanku kondisinya belum berubah. Tentu saja, Anthoniku sangat kuat, sangat berani, ia tak akan pernah memberitahuku jika ia benar-benar kesakitan.” Air mata muncul di mata Claire. Hanya sedikit untuk membuat matanya berkilau, terkesan lebih bercahaya.
“Oh, sayangku