Pada suatu pagi setelah acara pesta lajang sepupunya di Vegas, Sylvia Sanders terbangun dalam keadaan sakit kepala berat di penthouse orang tak dikenalnya, terbangun bersama penampakan yang lain---lucu, sombong, seksi...dan menyandang gelar sebagai seorang istri! Tapi ia merasa tidak seharusnya membayar kekonyolan itu dengan harus menerima suami peselingkuh untuk selama hidupnya, sepaket dengan ibu mertua dan adik ipar yang tidak suka kepadanya. Reputasi wanita itu juga turut dipertaruhkan karena tuduhan sebagai seorang pembunuh. Sampai pada akhirnya Sylvia harus memilih kembali pada suami yang telah menyakiti dan menerima perlakuan mertuanya atau membina cinta yang baru.
View MorePurple Tulip Grand Hotel, Manhattan City
18 Oktober 2020
01.23 AM
“Gladys? Maaf aku telah menganggumu. Ternyata kau yang memesan kamar ini?” ujar Sylvia tidak enak hati. Ia tak menyangka, bunyi pesan dari ponselnya yang menyuruh ia mendatangi kamar hotel ini telah mempertemukannya dengan saudara sepupunya.
Wanita yang membuka kamar itu kaget. Ia memandang gugup pada wanita pengetuk kamar hotel yang telah ia sewa itu bersama kekasihnya.
Sylvia memutuskan segera pergi, ia membalikkan tubuhnya untuk berlalu tanpa banyak berkata lagi. Bagaimanapun ia harus menjaga privasi Gladys, putri tantenya.
“Siapa yang datang, Dys?”
Sylvia tercekat, apakah ia tidak salah dengar?
Untuk sesaat, Sylvia hampir tidak bisa menguasai keseimbangan tubuhnya. Tapi ia merasa yakin, itu suara suaminya.
Mata Sylvia berpaling membalikkan tubuhnya kembali.
Sylvia hampir tidak percaya pada pandangan menyakitkan di depan matanya.
"Reynold! K—kalian?!”
Lelaki yang terbaring di kamar menghadap televisi itu tak kalah kaget, tubuh tanpa busana itu hanya ditutupi selimut. Ia blingsatan, dengan cepat menyambar celana dalam kemudian tangannya meraih dengan terburu-buru celana pendek yang hanya tergeletak di lantai. Wajah lelaki itu memerah, malu tak tertahankan. Dirinya dikuasai rasa bersalah. Ia segera menghampiri ibu dari anak gadis kecilnya.
Gladys memandang mereka berdua bergantian, sepertinya ia terlihat menikmati kecanggungan lelaki yang beberapa minggu ini telah banyak menghabiskan waktu bersamanya.
Pemandangan yang membuat dada Sylvia seakan dipukul godam yang telah meremukkan semua tulang dan persendiannya.
Kepercayaan yang Sylvia bangun selama ini kepada suaminya terjun pada titik terendah. Dan yang membuat ia berang kenapa bukan wanita lain? Kenapa harus dengan sepupunya?
Tubuh Sylvia bergetar menahan marah. “Kalian, kurang ajar!”
Kata-kata itu keluar dari bibirnya sebagai refleksi kemurkaan tak terhingga menerima penghianatan ini.
Tanpa memberikan penjelasan, Gladys menatap Sylvia tanpa ekspresi. Tapi dari mata itu sungguh tersirat kelicikan. Apa yang ia rencanakan telah berhasil. Ikan besar telah memakan umpannya. Permainan baru saja dimulai.
Ia memanfaatkan waktu secermat mungkin. Saat Reynold mandi tadi, Gladys telah mengirim pesan singkat pada istri kekasihnya menggunakan nomer asing, agar wanita yang dinikahi lelaki yang sering bercinta dengannya itu datang ke kamar hotel ini.
Ujung bibir Gladys membentuk sebuah senyum tipis yang ia sembunyikan saat memalingkan sedikit wajahnya ke arah samping.
“Jangan terbawa emosi, Sylvia. Aku bisa memberikan penjelasan,” ujar Reynold dengan wajah bersungguh-sungguh.
Sylvia tidak tahan lagi, “Aku tidak mau dengar penjelasan apapun!”
Wanita itu membalikkan tubuh bergegas melangkah pergi. Jiwanya terguncang hebat. Tapi Sylvia tumbuh dalam keluarga teredukasi, ia tidak terpancing membuat keributan di hotel bintang lima itu.
Kaki ia jejakkan lebar-lebar diatas koridor beralaskan karpet tebal yang dapat meredam suara langkah yang ia hentakkan kuat-kuat.
“Sylvia, tunggu.” Dengan menghalau rasa malu akibat affair yang kemungkinan bisa menjadi pergunjingan tamu lain, Reynold yang telah turun dari ranjang itu segera berlari mengejar istrinya.
Koridor hotel yang sepi mengalunkan musik lembut dengan volume pelan. Tapi tidak menutup kemungkinan penghuni kamar lain akan dapat mendengar perseteruan itu.
Tangan Reynold yang menggapai lengan kanannya ia kibaskan dengan kuat. Sylvia tidak ingin disentuh laki-laki yang telah nyata-nyata meniduri saudara sepupunya.
“Jangan sentuh aku dengan tangan kotormu!” bisik Sylvia menahan emosinya, matanya melotot dengan wajah geram.
Reynold diam. Keduanya menyadari tidak mau mengambil resiko dengan menjatuhkan nama baik mereka di hotel yang mengenal reputasi baik keluarga besar mereka. Sylvia berhasil mengendalikan diri. Ia tidak mengeluarkan sepatah kata lagi kecuali hasratnya yang menggebu untuk segera pergi dari tempat itu, menghindari suaminya, menghindari pemandangan menyakitkan tadi.
Reynold menyerah, memutuskan tidak memperkeruh keadaan. Dia membiarkan saja Sylvia pergi. Lelaki itu berpikir untuk sekarang ini mungkin Sylvia masih dikuasai amarah. Seiring berjalannya waktu, Sylvia dapat berpikir jernih, kemarahannya akan hilang dengan sendirinya. Selama ini Sylvia adalah wanita yang pemaaf. Reynold sibuk mencari pembenaran.
Sylvia telah sampai di dalam mobilnya yang terparkir di basement hotel. Pedal gas ia injak kuat membelah malam pukul dua dini hari itu. Pikiran kalut ia rasakan menghantam kepalanya yang berdenyut pusing. Sejak awal, pernikahan terjadi dengan lelaki itu adalah buah dari ketidak sengajaan. Permainan satu malam, yang membuat hidupnya berubah, tiba-tiba dia menyandang nama sebagai Nyonya Reynold. Tapi tidak berjalan seperti ini juga kisah hidup yang ia harapkan. Kesetiaan yang ia dambakan dari suaminya itu telah ternoda. Kenapa juga mesti berselingkuh dengan adik sepupunya? Kenapa? Apa tidak ada wanita lain di dunia ini?
Sylvia memacu mobil yang dibelikan papanya saat ia selesai melangsungkan pernikahan kilatnya dengan lelaki itu. Spedometer mendekati angka seratus tigapuluh. Ia sudah tidak mempedulikan apapun dihadapannya. Dini hari pinggiran kota itu keadaan memang sepi. Sebuah mobil dari arah berlawanan tiba-tiba muncul dari sebuah belokan di depannya.
Dhuar!
Adu banteng tidak terelakkan. Kuda besi Sylvia terguling berkali-kali ke aspal. Sebuah mobil sport berwarna biru tua yang menabraknya memiliki bodi rangka yang lebih kuat sehingga pengendaranya tidak mengalami luka, seat belt juga turut melindunginya. Seorang lelaki keluar dari mobil itu, dia berlari menuju mobil ringsek parah Sylvia.
“Oh, Tuhan. Selamatkan pengendara itu,” doanya sambil mencari keberadaan pengemudi mobil nahas itu. Pandangannya menyapu sekeliling, tidak ia temukan pengendara lain yang lewat.
Sebuah motor yang melintas, ternyata mereka sepasang suami istri yang hendak membuka toko kelontong di ujung jalan itu.
Pengendara mobil yang selamat itu melambaikan tangannya meminta bantuan mereka. Puji Tuhan pengendara itu mau berhenti.
“Tolong bantu saya, seseorang di dalam mobil yang telah bertabrakan dengan mobil saya di dalam sana. Bantu saya mengeluarkannya.”
Lelaki berusia pertengahan empat puluhan yang mengendarai motor itu bersedia membantu.
Sebuah percik api mulai terlihat, mereka berpacu dengan waktu. Ibu yang berada di boncengan bapak tadi tidak berhenti komat kamit berdoa.
Dengan susah payah mereka berempat akhirnya berhasil mengeluarkan tubuh Sylvia yang tak sadarkan diri dan bersimbah darah dengan penuh kehati-hatian. Kemudian tubuh tidak sadatkan diri itu digotong ke tempat yang aman.
Bummm…
Api membakar mobil mewah pemberian ayah Sylvia tidak lama setelah itu.
Lelaki penyelamat tadi menekan denyut nadi dipergelangan tangan Sylvia---masih ada, walaupun sangat lemah.
Sebuah mobil bak terbuka melintas, syukurlah.
Pengendara yang melihat lambaian tangan lelaki penyelamat itu mau berhenti dan turut serta ikut membantu. Lelaki itu menepikan dulu mobil miliknya kemudian meminta tolong mobil pick up yang baru berhenti itu membawa mereka ke rumah sakit terdekat.
...
Sementara itu, setelah kepergian Sylvia, Reynold didera rasa gelisah. Ia merasa sangat bersalah. Walau ia menyukai Gladys, tapi Sylvia adalah ibu dari anaknya. Wanita di sampingnya juga tidak berani menanyainya macam-macam. Sepertinya Gladys takut kena semprot. Reynold mengambil ponselnya, sebuah nomer ia tekan. “Mom,” sapanya.
102.Wilman Larue menopang kepala dengan tangan. Meski sudah gelap berjam-jam lalu, ia tak berusaha menyalakan lampu di sampingnya. Meja besar yang ia buat bertahun-tahun lalu tak memberinya kepuasan sedikit pun. Kursi kulit nyaman yang diberikan Caren padanya setelah mereka menghasilkan sejuta mereka yang pertama tak menawarkan kelegaan bagi tubuhnya yang letih. Hatinya hancur, tekadnya nyaris lenyap. Putra sulungnya meninggal dan putra bungsunya yang menjadi penyebabnya.Anthoni telah membawa wanita keji itu ke dalam rumah mereka. la makan makanan mereka, tidur di bawah atap mereka, diperlakukan dengan sangat terhormat. Mereka berniat untuk menyambutnya ke dalam keluarga mereka yang penuh kasih sayang dan akrab. Wanita itu bukan hanya mengkhianati mereka, ia hampir menghancurkan dan menghina kebaikan serta kemurahan hati mereka.Menculik putri Sebastian Clement dari hadapan mereka rnenjadi penghinaan tambahan. Pada akhirnya gadisItu dikembalikan ke keluarganya. Mereka telah menempa
"Claire Dannes, adalah Yvonne Donnatella Ferguson. Kau sudah menikah dengan Andi Johnson selama tiga tahun. Kau dua puluh tiga tahun... Andi jauh lebih tua darimu. Kau adalah istri ketiganya,” ujar Marcel MacDower.”Grissham, Andi Johnson pebisnis sukses berusia empat puluh lima tahun dari Atlanta, Georgia. Kau habiskan sebagian besar hidupmu dalam industri plastik. Emma, istri pertamamu, meninggal saat melahirkan... Bayinya juga tak selamat. Istri keduamu, Leigh, meninggalkanmu setelah menikah setahun. la sekarang tinggal di Montana dengan suami dan dua anaknya.”"Kau bertemu Yvonne di sebuah pusat perbelanjaan... Kau sedang membeli parfum untuk wanita simpananmu. Kau mengajaknya kencan dan tiga minggu kemudian menikah di Vegas. Kau mencintainya, tapi memperlakukannya seperti anak kecil.”"Claire, Yvonne tumbuh dalam latar belakang yang tak stabil. Ibu dan ayahnya sama-sama suka menyiksa dan pemabuk, Ia tak pernah punya seseorang yang benar-benar mencintainya, gadis malang. Yvonne m
Insting Daren Grissham memberitahunya mereka lebih dari sekedar atasan dan bawahan, seperti yang diklaim Claire...Marcel McDower mencondongkan tubuh ke depan. "Clair lelah. Tugas terakhirnya benar-benar menguras tenaga. Aku bisa maklum jika ia menghindar. Itu bagian dari penyamarannya. Tapi ketakutan dan gugup bukan gayanya. Berikan ia beberapa hari, ia akan berubah."Grissham menatap McDower tajam. Pria ini sulit sekali dibaca. "Aku bisa menyesuaikan diri, tapi aku mulai bertanya-tanya seberapa hebat Ms. Claire sebenarnya.”"Claire yang terbaik, sesuatu yang akan segera kau sadari. Mungkin kau hanya perlu bersikap lebih memesona.”Persis seperti yang Grissham katakan pada diri sendiri tadi. Mungkin ia bisa sedikit berlatih. Ms. Claire yang cantik dan eksklusif menjadi target yang bagus.“Pesona? Aku tidak ada masalah dengan itu."McDower bangkit; merenggangkan tubuh, ia menguap lebar. “Nah, latihlah pesonamu dan aku akan memastikan itu akan membuat dirinya lebih ramah." la melirik
Claire menggeleng. Ia sedikit resah, karena telah mengarahkan pembicaraan mereka ke arah yang personal. Ia perlu mengembalikannya ke topik semula. "Sejauh ini, apa pendapatmu tentang WnR?"Meski Daren Grissham mengangkat sebelah alis tanda ia memaklumi pengalihan Claire pada topik pembicaraan mereka, ia menjawab datar, "WnR? Reputasi hebat, rekor kesuksesan mencengangkan, namun apakah kalian bisa menolongku, masih harus dibuktikan.""Ah ya. Marcel memberitahuku tentang permintaanmu.”"Benarkah? Kenapa ia memberitahumu?"Claire mengangkat bahu. "Aku punya koneksi yang mungkin bisa membantu." Mata Claire melebar sedikit. "Kau tak menyukainya?""Bukan, hanya terkejut. "Kupikir Marcel akan menanganinya sendiri.”"Mungkin ia akan melakukannya, tapi tentu saja aku bisa membantu.”Tapi untuk saat ini, ia masih belum menemukan kalimat yang tepat, analisa yang meyakinkan, semacam hari-hari terakhir kehidupan Sylvia Sanders. Sylvia Sanders sudah meninggal. Tak ada yang boleh menyangkal tentang
Senyum dingin yang melekukkan bibir Claire serta gaya acuh tak acuhnya saat bersandar ke kursi memberitahu Grissham bahwa Claire keberatan dengan pertanyaan itu. "Kisah hidupku akan membuatmu bosan.”"Aku sangat meragukannya." Grissham mendongak saat pelayan mendekat. "Bagaimana jika kita memesan lalu kita lihat apa aku akan bosan."Pandangan yang ditujukan Claire padanya terkesan biasa-biasa saja, tapi Grissham merasa ia telah membuat wanita ini tak nyaman.Setelah pelayan pergi, Grissham mengarahkan pandangan yang diharapkannya bersahabat, tanpa permusuhan. "Bagaimana jika aku duluan?"Mata Claire melirik turun ke meja sembari menyesap anggurnya. "Aku dibesarkan di Vegas dan dibesarkan di Belanda. Kurasa aku pernah menyinggung itu ketika kita pertama bertemu. Lulus dari University of Utrecht. Meneruskan usaha milik ayahku, sampai akhirnya aku mendaftarkan diri sebagai Agen FBI."Meski setiap insting memperingatkannya, Claire bersandar ke kursi, tertarik. la tak ingin datang ke sini
"Itu ide bagus," dusta Claire Dannes lancar.Kilat nakal dan menghargai berkilau dalam mata Daren Grissham saat ia mengangguk setuju. "Kita bisa makan siang bersama, jika itu bukan masalah bagi suamimu.”Sebelum Claire menjawab, Marcel menaikkan alis dan bertanya, "Suami?”Claire memaksakan senyum tipis. "Ketika sebelumnya bertemu Mr. Grissham, ia minta bertemu denganku. Karena aku sedang makan siang bersama Anthoni, aku terpaksa berbohong dan menolak dengan alasan sudah menikah."Marcel berdiri, sepertinya tak sabar lagi supaya mereka segera mulai. "Baiklah, nikmati makan siang kalian. Aku akan…”"Sayangnya aku harus kembali menolak. Ada beberapa hal terkait tugas terakhirku yang perlu kubahas dengan Marcel." Claire menoleh pada Grissham. "Mungkin kita bisa makan malam bersama malam ini. Sekitar pukul enam tiga puluh di Le Mirage."Grissham mengamatinya sesaat, lalu mengangguk."Sampai ketemu di sana." Setelah menjabat tangan Marcel, ia keluar.Marcel berdiri di depan pintu terbuka me
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments