"Aku bisa aja kerja di tempat lain. Aku akan tinggalkan perusahaan kamu itu, tapi kan sayang kalau Perusahaan kamu itu hancur. Bukannya perusahaan kecil itu milik Ayah kamu ya? Jadi sayang kalau nggak diteruskan." Lanjut Erlan.
Beberapa saat Delia, terdiam. Ragu antara memberi atau tidak. Ia memandang Erlan dalam.
"Kamu licik Er!" hardik Delia
"Aku bukan licik Del. Tapi Mana ada orang yang mau kerja gratis? Kamu suruh aja orang yang kamu percaya. Kamu yakin bisa percaya orang yang bukan apa-apanya kamu? Sedangkan kamu enak-enakan disini."
Mata Delia tak mau lepas dari tatapannya ke Erlan. Dadanya memburu. "Kamu pikir aku enak disini? Gila yah!" tangan Delia menuding ke kepala Erlan.
"Sudahlah Delia, aku ini suami kamu. Kalau kamu gak percaya dengan suami sendiri, lebih baik kita cerai aja. Toh buat apa diterusin, kalau udah gak ada lagi kepercayaan?"
Mendengar kata cerai, Delia sangat takut. Ia takut kehilangan Erlan. Ia takut anak di dalam kandungannya tanpa ayah.
"Ya,