author-banner
Bayang Cermin
Bayang Cermin
Author

Novels by Bayang Cermin

Istri yang Kau Tuduh Tidak Perawan Ternyata Kaya Raya

Istri yang Kau Tuduh Tidak Perawan Ternyata Kaya Raya

Nadine Soraya Nania 25 tahun, wanita cantik namun tertutup oleh kesederhanaannya. Ia dari kalangan menengah ke bawah yang selalu mendapat tindasan dari Rubia, mertuanya. Sikap Erlan pun menjadi dingin karena tidak menemukan bercak darah perawan dimalam pertama. Erlan, sang suami hanya ingin Nadine jujur, siapa yang mendahuluinya. Terlebih setelah Nadine melihat suaminya berada di dalam kamar hotel bersama wanita lain. Ingin Ia bercerai, tapi Alena, ibu Nadine kini sedang sakit, dan tinggal bersama Rubia, mertuanya. Lalu, bagaimana ia dapat mengatasi semua ini?
Read
Chapter: BAB 214. Hari Pernikahan Nadine
Tim Event Organizer (IO) yang dipimpin oleh Tiara, hari masih subuh, mereka sudah berkumpul di gedung bintang lima pada pusat kota. "Halo tim decor. tolong pastikan bunga-bunga di meja sesuai konsep garden luxury. Oh iya, Lighting ayo fokus di pelaminan dan juga aisle ya," tukas Tiara. "Semua harus perfect, jangan ada yang lamban!" Tidak menunggu waktu yang lama, gedung sudah berubah menjadi lautan bunga mawar merah dan bunga anggrek. Karpet merah terbentang panjang hingga ke pelaminan. Musik mulai melakukan sound check. Piano dan biola saling berpadu dengan lembut dan romantis. Di ruang rias, Nadine duduk dengan gaun putih dipenuhi 500.000 kristal Swarovski berbentuk kecil-kecil. Menjadikan tubuh itu indah berkilau bagai alami, dan wajah yang cantik luar biasa. Di sampingnya Zarah mengenakan gaun Tori Spelling tersenyum di depan cermin. Dia tidak mengira, kalau pernikahannya akan semewah ini. Dua pengantin itu merasakan ada kegugupan. Karena hari itu mereka menjadi putri dong
Last Updated: 2025-08-11
Chapter: BAB 213 Persidangan Pamela
Di ruang persidangan sudah ramai pengunjung. Termasuk beberapa wartawan. Ketegangan memenuhi ruangan itu. Pamela duduk di kursi terdakwa. Di sampingnya Robert Sanjaya, duduk dengan map tebal berisi bukti. Hakim mempersilahkan pihak pembela untuk menyampaikan bukti baru yang sah. Robert berdiri melangkah maju ke depan.  "Maaf yang Mulia. Hari ini saya sudah mengumpulkan bukti, kalau klien saya tidak bersalah. Bukti telah menunjukkan siapa yang membuat kecelakaan itu terjadi, sehingga menyebabkan jebolnya rem mobil Ibu Pamela. Saat itu, Ibu Pamela membuang stir untuk menyelamatkan diri. Tapi tanpa disengaja, di sana ada pengendara motor." Lalu dia memberikan beberapa lembar kertas berisi bukti. Dan menyerahkan layar proyektor yang sudah dipersiapkan sebelumnya. Saat proyektor dinyalahkan, Lampu ruang sidang sedikit diredupkan. Rekaman CCTV jelas terlihat seorang pria bermasker mengendap-endap ke kolong mobil. Pelaku tersebut diperkirakan bernama Erlan Biantara 29 tahun. Robert mempe
Last Updated: 2025-08-11
Chapter: BAB 212 Butik Gaun Pengantin
Di butik gaun pengantin Aldiano berdiri sambil menelusuri setiap rak berisi gaun pengantin, yang sulit untuk menjadi pilihan. Semua gaun itu sangat indah."Aku bingung untuk memilih. Sebaiknya kamu aja yang pilih.""Aku maunya gaun yang sederhana, tapi terlihat elegan dan romantis."Nadine melihat satu persatu gaun yang ada di rak. Tapi Aldiano memanggil pelayan."Mbak, saya mau gaun yang sederhana, elegant dan rekomendasi di toko ini. Harga tidak menjadi masalah.""Baik Pak, tunggu sebentar," jawab pelayan masuk ke dalam.Beberapa menit kemudian, pelayan kembali membawa beberapa gaun berwarna putih berkilau."Ini ada 3 pilihan Pak. Model Victoria Swarovski, harga 14 miliar. Ada diskon 10 persen dari harga ini. Gaun ini dipenuhi permata Swarovski." pelayan memberikan gaun itu untuk di coba Nadine. Maka Nadine masuk ke kamar ganti. Beberapa menit kemudia dia keluar dengan gaun penuh dengan kristal Swarovski. Membuat seluruh tubuh dan wajahnya terlihat bercahaya. Dia memperlihatkan ke
Last Updated: 2025-08-10
Chapter: BAB 211. Kelwin melamar Zarah
"Aldiano menyalami Kelwin. "Ayo masuk.""Wah, rumahmu seperti istana," ucap Kelwin menyapu ruangan itu."Ternyata ada Zarah juga di sini. Kapan kamu datang Zar?""Baru aja kok. Kamu sendirian Dok—eh Kak?""Iya, aku sendirian. Kamu kenapa gak telpon aku mau kesini? Biar aku antar sekalian," tanya Kelwin duduk di samping Zarah."Aldiano berbisik ke telinga Kelwin. "Kelihatannya kamu sudah dekat dengannya.""Ya, begitulah. Hahaha. Bagaimana kamu sama Nadine? Apakah sudah di ambang pernikahan?""Aku sedang mencari tanggal. Besok kita mau lihat-lihat gaun pengantin," Jawab Aldiano."Beneran? Aku boleh ikut gak?" tanya Kelwin berbisik."Boleh dong. Kamu nginap aja disini. Biar besok kita jalan bareng," jawab Aldiano.Mereka saling bincang sampai hari berganti gelap. Dimana Zarah harus kembali, mengingat sang ayah sendirian di rumah. Akhirnya Kelwin mengantar Zarah pulang. Sebelum pulang, Kelwin mengajak Zarah makan di luar.Sesampai di restauran, Kelwin mengajaknya duduk di kursi sudut yang
Last Updated: 2025-08-10
Chapter: BAB 210. Kembalinya Zarah
"Zarah, aku bener-bener mengucapkan terima kasih sama kamu. Aku sangat berterima kasih sama kamu dan ayah kamu. Tapi maaf, aku tidak bisa menjadi kekasih kamu. Karena ada masalalu yang belum aku selesaikan. Aku sudah mempunyai calon istri. Aku minta maaf yah," ucap Aldiano memberi pengertian pada Zarah. "Nggak, aku gak mau Rehan. Aku sudah mencintai kamu. Aku udah berusaha melupakan kamu selama ini. Tapi sulit. Aku gak bisa," tangis Zarah semakin keras. Nadine turun dari mobil menghampir Aldino yang masih dalam pelukan Zarah. "Aldiano, lebih baik suruh masuk aja ke dalam. Malu dilihat orang. Silahkan kamu kasih pengertian sama dia." Aldiano melepaskan pelukan Zarah yang semakin erat. "Nggak, Aku nggak mau kehilangan kamu. Tolong nikahin aku Rehan," "Zarah, kita harus bicara di dalam. Jangan seperti ini. Ayo masuk ke dalam mobilku." Akhirnya Zarah masuk ke dalam mobil duduk di samping Nadine. "Ma, ini Tante siapa?" tanya Albert memandang Zarah. "Ini Tante Zarah sayang
Last Updated: 2025-08-10
Chapter: BAB 209. Kepulihan Aldiano
Stev tiba-tiba ada di belakang Nadine, entah sejak kapan dia ada disana. Wajahnya berbinar. Bibirnya tersenyum mendengar kedua anaknya saling jatuh cinta."Papa akan mengurus pernikahan kalian secepatnya. Papa bahagia sekali kalau kalian memang sudah saling cinta. Dan Papa juga baru tahu, kalau kalian sudah lama saling kenal."Suara Stev mengagetkan Nadine dan Aldiano. Nadine membalikkan badannya. Wajahnya memerah tanda tersipu."Papa? Papa sejak kapan di sini?""Hahaha, itu gak penting. Yang penting, Papa mau punya cucu dari kamu Nadine. Umur kamu sudah cukup loh. Berilah Papa Mama cucu."Nadine dan Aldiano saling pandang, dan tertawa kecil."Pa, sejak kapan Aldiano mulai bisa mengingat lagi?" tanya Nadine. "Kok aku gak tahu?""Mulai sejak dia melewati masa kritisnya, Aldiano sudah ingat semua. Oh, iya. Dokter Martin mengatakan, pergeseran tulang di kepala Aldiano sudah pulih seperti semula." kata Stev sambil membuka amplop coklat besar, berisi hasil CT scan milik Aldiano.Stev menun
Last Updated: 2025-08-09
Menjadi Ibu Sambung untuk Anak Presdir

Menjadi Ibu Sambung untuk Anak Presdir

Saat ingin memberikan kejutan kehamilannya di malam ulang tahun pernikahan, Irenne justru dikejutkan dengan kiriman video panas suami dan adik tirinya di sebuah kamar hotel. Karena terlalu shock, Irenne keguguran. Ia menggugat cerai suami dan pergi mencari pekerjaan. Tidak disangka, takdir malah mempertemukan Irenne dengan anak laki-laki lucu yang memeluk kaki dan memanggilnya Mama.
Read
Chapter: BAB 18. Menemui Mark.
Dengan tangan bergetar, Irenne membuka map itu. Di dalamnya terdapat lembaran fotokopi surat kepemilikan Perusahaan Richard Kenneth, masih tercantum atas nama kakeknya. Jantungnya berdetak cepat. Pandangannya kabur oleh rasa campur aduk antara kaget, lega, dan tidak percaya. Tanpa berpikir panjang, ia meraih ponselnya. Jemarinya menekan nomor Pak Mark dengan tergesa. "Pak Mark, saya harus bicara sekarang juga," ucapnya cepat, hampir tanpa jeda. "Mau bicara? Bicara apa?" suara Mark datar. "Aku sudah menemuka surat kepemilikan awal Kenneth Group. Tapi di sini hanya foto copy," jawab Irenne tergesa. "Ok, temui saya di kantor, sekarang." "Baik Pak." Irenne menutup sambungan telpon. Begitu panggilan berakhir, Irenne bangkit. Dengan langkah mantap, ia keluar dari kamar, meninggalkan segala kegelisahan yang sempat menahannya tadi. Namun baru saja Irenne membuka pintu, langkahnya seketika terhenti. Di ambang pintu, Aurel sudah berdiri, bersedekap dengan tatapan sinis yang menusuk.
Last Updated: 2025-10-11
Chapter: BAB 17. Isi File
Irenne memeriksa setiap file di laptop ayahnya satu per satu. Hampir semuanya berisi laporan pekerjaan kantor, tanpa ada yang tampak mencurigakan. Waktu berjalan cukup lama, matanya mulai lelah, tapi rasa penasaran menahannya untuk tidak berhenti dan terus mencari."Kenapa tak ada satu pun yang benar-benar aku inginkan? Semua berisi laporan perusahaan," gumamnya sambil terus menelusuri file satu-persatu.Hingga akhirnya, matanya menangkap satu file yang membuat napasnya tercekat, yaitu sebuah dokumen berisi pemecahan laba saham perusahaan. Tertulis dengan jelas, 30 persen untuk Amy, ibu tirinya, dan 30 persen untuk Aurel, adik tirinya.Namun, namanya sendiri sama sekali tidak tercantum di sana.Dada Irenne terasa sesak. Jantungnya berdetak cepat, seolah tak percaya dengan apa yang baru dilihatnya. Ia menatap layar itu lama, matanya mulai basah."Papa ... kenapa, Pa? Kenapa Papa tega banget? Aku ini anak kandungmu," bisiknya lirih, kecewa dan terluka dalam diam.Irenne terdiam lama di
Last Updated: 2025-10-10
Chapter: BAB 16. Pulang ke Rumah.
Malam itu, Irenne memutuskan untuk pulang ke rumah orang tuanya. Lampu-lampu di ruang makan masih menyala ketika ia tiba. Dari kejauhan, terdengar suara dentingan sendok dan garpu. Edgar, ayahnya, tengah menikmati makan malam bersama Amy, sang ibu tiri.Irenne merogoh tasnya mengambil anak kunci. Dia masih menyimpan kunci duplikat rumah orang tuanya. Lalu melangkah masuk.Begitu melihat kehadiran Irenne di ambang pintu, Edgar dan Amy berhenti sejenak sambil masih memegang sendok garpu. Tatapan Edgar tampak datar, sementara Amy tersenyum tipis — senyum yang terasa hanya bagai basa-basi saja."Hei, Irenne. Sudah lama tidak ke sini. Tumben, ada perlu apa?" tanya Amy, suaranya terdengar manis namun sinis."Hmm, ga ada apa-apa, cuma mau tengok rumah orang tuaku aja. Aku memang sibuk belakangan ini," jawab Irenne singkat, berusaha menahan perasaan sesak dadanya.Irenne ikut duduk berhadapan dengan mereka. Beberapa percakapan ringan pun terjadi, sekadar formalitas. Tidak ada pelukan, tidak a
Last Updated: 2025-10-09
Chapter: BAB 15. Suntikan Dana
Irenne menelan ludah pelan. "Maksud Bapak, pernikahan kontrak itu … akan dilaksanakan dalam waktu dekat?" Mark mengangguk pelan. Hatinya ragu dan menduga, kalau Irenne akan membatalkannya. "Aku tidak ingin menundanya lebih lama lagi. Semakin cepat ini selesai, semakin baik untuk kepentingan kita berdua, dan juga untuk Arley. Kamu tahu kan, Arley semakin dekat denganmu." Nada suaranya terdengar tenang, tapi tegas. Seolah keputusan itu sudah mutlak, tak ada ruang untuk negosiasi. Irenne memalingkan pandangan ke jendela. Hatinya terasa berat. Bukan karena ia menolak, tapi karena kesadaran bahwa pernikahan itu bukanlah atas dasar cinta, melainkan sebuah kesepakatan dingin demi masa depan anak kecil yang sangat ia sayangi. "Kalau begitu … kapan tanggal yang Bapak rencanakan?" tanyanya perlahan. Mark membuka kalender di meja kerjanya, lalu menunjuk sebuah tanggal dengan ujung penanya. "Minggu depan. Hari Senin. Di kantor catatan sipil. Semua akan aku urus, surat, saksi, bahkan jadwal
Last Updated: 2025-10-08
Chapter: BAB 14. Menetapkan Tanggal Pernikahan
Pagi-pagi sekali, Arley sudah terbangun. Dengan langkah kecilnya, ia menghampiri tempat tidur dan menggoyang pelan tubuh Irenne.“Mama… bangun, Ma. Sudah pagi. Aley lapar, mau makan,” ucapnya manja.Irenne mengucek-ucek matanya sambil tersenyum melihat bocah kecil itu duduk di sampingnya dengan wajah polos."Sayang, kamu sudah bangun duluan? Yah sudah, Mama juga bangun, ya. Tapi kamu mandi dulu, baru nanti Mama temani Arley makan, oke?""Okey Mama, aku mau mandi dulu."Arley tertawa kecil, senang sekali mendengarnya. Ia langsung meloncat turun dari tempat tidur dan berlari kecil menuju ruang tamu. Membangunkan suster yang masih tertidur di kursi sofa.Setelah mandi dan berpakaian rapi, Irenne berjalan ke dapur. Aroma roti panggang dan susu hangat mulai memenuhi ruangan. Ia menyiapkan sarapan sederhana—roti isi telur, segelas susu untuk Arley, dan kopi hitam untuk dirinya.Di meja makan, Arley sudah duduk manis, menggoyang-goyangkan kakinya di kursi tinggi. Suster Ina membantu Irenne d
Last Updated: 2025-10-07
Chapter: BAB 13. Arley di Tangan Ibu Kandungnya.
"Berani sekali kau menampar Arley, anakku."Suara Mark bergetar dan terdengar menakutkan. Tapi tidak dengan Laura. Sedikitpun dia tidak merasa takut pada Mark, mantan suaminya."Kau berani menamparku Mark? Di depan orang banyak? Dimana pikiranmu Mark?!"Laura memegangi pipinya yang mulai memanas."Kenapa tidak berani? Aku tampar berpuluh-puluh kali lagi pun aku masih berani," jawab Mark menggertakkan giginya geram."Aku tidak akan pernah takut dengan perempuan toxic seperti kamu! Lepaskan Arley!""Tidak! Aku tak akan melepasnya. Aku akan membawa Arley pulang ke negriku!" Laura menatap lurus, napasnya tersengal, sekaligus putus asa."Apa kau tuli? Lepaskan Arley!" teriak Mark dengan suara menggelegar, wajahnya memancarkan amarah yang dingin dan menghancurkan.Suasana seketika memanas, orang-orang di koridor mundur memberi ruang. Arley yang ketakutan meronta dari genggaman Laura, tubuhnya bergetar. Irenne menggenggam ujung bajunya, mata membelalak, sementara Suster Ina berdiri terpaku,
Last Updated: 2025-10-07
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status