Pretty datang dengan membawa manajer, penata rias, dan ketiga asistennya.
Manajer menjelaskan kepada Teddy bahwa tadi pagi Pretty memiliki kegiatan lain. Berhubung jadwal sudah sempat disusun sebelumnya, mereka tidak enak hati untuk menolak.
Meski sebenarnya Teddy merasa kesal, dia juga berlagak lapang dada, tidak mempermasalahkannya.
Sonia berjalan ke ruang rias untuk mencari Pretty, lalu memilih sepotong busana untuk syuting adegan pertamanya nanti sore. Pretty kelihatannya sangat mengantuk, dia menguap sembari mendengar penjelasan Sonia.
Saat mendengar hingga setengah, tetiba Pretty merasa kesal. “Ngantuk sekali ini. Semalam aku main gim kemalaman, aku malah dibangunkan di siang hari. Aku masih nggak bersemangat, gimana ceritanya aku bisa syuting?”
Manajer segera memberi isyarat mata, menyuruh Pretty untuk jangan berbicara lagi.
Sonia berlagak tidak kedengaran apa-apa. Dia menyerahkan pakaian yang dipilihkan kepada asistennya.
Pretty melirik sekilas, lalu mengerutkan keningnya. “Pak