Wajah Rose seketika merona. Dia berkata dengan manja, “Kata siapa, nggak enak banget.”“Bagian mana?” tanya Juno dengan serius.Juno yang serius membuat sekujur tubuh Rose terasa lemas. Dia bersandar di dalam pelukan Juno dan tidak berbicara.Juno menempelkan keningnya di atas kening Rose, lalu berkata dengan nada rendah, “Semalam kita nggak pakai alat kontrasepsi!”Rose seketika teringat dengan kotak biru itu. Dia mengangkat kepalanya dengan sedikit gugup. “Apa aku akan hamil?”Juno tersenyum datar. “Kenapa takut? Kalau hamil, kita menikah saja!”“Jangan, nggak akan hamil!” ucap Rose dengan segera.Kening Juno berkerut. Dia berkata dengan suara berat, “Kalau begitu, kita lakukan sampai hamil!”Rose menggeleng. “Aku nggak mau menikah gara-gara hamil.”“Kasus kita berbeda!” Juno mengusap alis Rose. “Aku ingin kamu hamil demi menikah!”Rose berpikir sejenak, lalu tertawa ringan. “Kamu memang licik!”Juno memeluknya dengan erat. “Aku sudah menyerahkan diriku kepadamu. Mulai sekarang, kamu
Rose memeluk pundak Juno dengan erat sembari menggigit bibirnya dengan erat.Juno berbisik di samping telinga Rose, “Sekarang kamu sudah percaya, ‘kan? Kamu memang seharusnya menjadi milikku!”Rose memang ditakdirkan untuk menjadi milik Juno. Setelah melalui banyak hal, pada akhirnya Rose sepenuhnya menjadi miliknya!Rose memejamkan matanya tanda mengiakan. Dia merasa sangat yakin dan juga bersedia!Angin mulai berembus. Awan hitam menutupi cahaya rembulan. Pencahayaan di dalam kamar semakin gelap. Rose tidak pernah menyukai kegelapan seperti sekarang, yang mana telah menutupi semua rasa canggung dan malunya.…Saat Rose hampir ketiduran, dia pun kedengaran suara hujan di luar sana. Hatinya terasa sangat gembira, sebab besok adalah hari Sabtu. Dia tidak perlu bekerja di tengah hujan.Namun, Rose juga hanya berpikir sejenak saja. Dia sama sekali tidak memiliki tenaga untuk buka suara. Dia langsung terjerat di dalam kekacauan.Juno berjalan keluar kamar mandi. Dia mencium Rose yang sudah
Juno terus menatapnya, lalu berdiri. “Aku pergi mandi dulu. Setelah minum, kamu baringan di dalam dulu.”Rose hanya mengiakan dengan perlahan.Setelah si pria memasuki kamar mandi, Rose baru menghela napas panjang. Dia sungguh merasa dirinya sangat tidak memiliki pendirian. Kenapa malah tunduk begitu saja?Obat sangat panas. Rose pun main gim sembari menghabiskan obat dengan perlahan. Ketika kepikiran dengan ucapan pria itu, dia dengan patuhnya berbaring di dalam ruangan.Rose memejamkan matanya. Selesai minum obat, perutnya pun terasa sangat nyaman. Seluruh tubuhnya juga terasa sangat nyaman.Tidak lama kemudian, Rose kedengaran suara Juno berjalan keluar kamar mandi. Dia duduk di samping ranjang sembari mengeringkan rambutnya. Bayangan tubuh tingginya menghalangi cahaya. Rose ditutupi oleh bayangan gelap. Dia melebarkan matanya dengan perlahan untuk melirik Juno sekilas, kemudian dia segera memejamkan matanya kembali. Pria itu membaringkan tubuhnya dan mematikan lampu.“Sudah tidur?”
Rose mencengkeram kemeja Juno. “Jangan akhiri panggilan aku tanpa sebab!”“Emm, oke!” balas si pria dengan suara rendah.Rose mengangkat kepalanya. “Bagaimana denganmu? Apa yang lagi kamu pikirkan?”Juno mengangkat tangannya untuk mengusap wajah Rose. Jari tangannya mengusap alis dan wajah Rose. “Aku lagi berpikir … gimana caranya agar kamu bisa segera mencintaiku? Kemudian, sepenuhnya melupakan orang itu!”Rose merasa syok. Sepertinya saat ini dia baru merasakan betapa tidak tenang hati Juno. Selama ini, Juno tidak pernah menunjukkan perasaannya, selalu bersikap tenang dan stabil, seolah-olah semua orang berada di bawah kendalinya. Selama beberapa hari ini, dia bahkan merasa hubungannya dengan Juno sudah ditetapkan oleh Juno. Namun hingga saat ini, Rose baru menyadari ternyata Juno juga bisa merasa takut.Rose diam-diam merasa gembira, tetapi dia tidak mengekspresikannya. Dia hanya menurunkan kelopak matanya dan berkata, “Kerjaanmu setiap harinya cuma mengomeliku saja, gimana aku bisa
“Emm?”Rose menggigit bibirnya sembari menurunkan kelopak matanya. Dia pun berkata dengan nada rendah, “Tadi aku ketemu Matthew!”“Siapa Matthew?” tanya Juno.“Teman sekolah Devin.”Nada bicara Juno menjadi datar. “Emm, apa katanya?”“Sepertinya aku sudah salah paham sama Devin.”“Salah paham apa?”“Waktu Hari Raya waktu itu, aku ketemu sama Ronald. Semua yang dia katakan sama aku itu bohong. Tadi Matthew sudah jelaskan kepadaku!”Rose menceritakan apa yang dikatakan Matthew tadi kepada Juno. Selama ini, Rose tidak bisa menyembunyikan apa pun dari Juno. Apalagi masalah ini sudah dipendamnya dari tadi, dia juga ingin mencurahkannya kepada orang lain.Setelah mendengar, Juno tidak berbicara sama sekali hingga Rose memanggil namanya. Juno baru berkata, “Jadi, bagaimana menurutmu? Setelah kamu sadar kamu salah paham dengan Devin, sadar kalau dia itu masih orang yang kamu kagumi, apa kamu sadar kalau kamu masih menyukainya?”Nada bicara Juno terdengar dingin dan tajam. Rose terbengong sejen
“Dia bilang dia keluar untuk ketemu klien. Seharusnya dia sudah pergi!” Matthew mengamati sekeliling lobi.Devin tidak mengatakan apa-apa, melainkan melanjutkan langkahnya.Matthew berkata, “Apa dulu si Rose suka sama kamu? Kenapa kalian tidak jadian waktu itu?”Kening Devin berkerut. Dia berkata dengan nada menyindir diri sendiri, “Dia terlalu baik. Aku tidak pantas untuk bersamanya!”Matthew mengamati ekspresinya, lalu segera berkata, “Sepertinya Rose sedikit salah paham sama kamu. Tadi aku sudah jelaskan sama dia. Aku yang melakukan hal bodoh itu, kamu cuma jadi kambing hitam saja!”Matthew sungguh merasa bersalah. “Kak Devin, aku benar-benar minta maaf sama kamu. Kalau ada kesempatan, aku pasti akan jelaskan kepada semua orang.”Devin menepuk pundak Matthew. “Semuanya sudah berlalu begitu lama. Jangan ungkit lagi. Aku tahu selama ini kamu terus merasa bersalah dan juga tidak melakukan kesalahan ini lagi. Semua itu sudah cukup!”Matthew berkata dengan rasa bersalah, “Kalau aku melak