“Kalau aku ngga hamil lagi boleh ngga?” tanya Ivy sambil tetap menatap langit-langit.
Evan menoleh ke arahnya, alisnya sedikit mengerut. Ia tidak langsung menjawab, hanya menatap wajah Ivy yang tetap menatap lurus ke atas.
“Kenapa?” tanyanya pelan.
Ivy tidak langsung menjawab. Matanya tetap menatap ke atas dan napasnya terdengar berat, seperti menahan sesuatu yang sejak lama ia simpan sendiri.
Beberapa saat kemudian, Ivy menoleh perlahan ke arah Evan. Dan saat Evan melihat wajah Ivy, hatinya langsung mencelos.
Air mata sudah mengalir di pipi Ivy.
“Aku… aku masih takut buat hamil. Takut kalau nanti bakal kehilangan lagi,” ucapnya dengan suara pelan.
Evan menatapnya dalam diam. Kata-kata Ivy menusuknya karena ia tahu, sebagian dari luka itu ada karena dirinya juga.
Ivy menarik napas pelan, berusaha tetap tenang.
“Aku belum siap… Maaf, ya…”
Evan menunduk sejenak. Jemarinya menggenggam tangan Ivy erat.
Dalam hati, Evan masih menyimpan penyesalan.
Saat kehamilan Ivy, ia malah