Langit yang Terbalik
Langit di atas Kota yang Tidak Pernah Dituliskan mulai retak seperti cermin yang kelelahan menyimpan pantulan. Warna-warna narasi yang selama ini disembunyikan mulai merembes dari celah-celah langit: merah dari bab yang penuh darah, biru dari lara yang tak pernah selesai, dan hitam dari suara-suara yang tak pernah diizinkan bicara.
Lena berdiri di ujung menara, masih memegang pena yang kini tak hanya menulis, tapi mencipta gema. Ia tak menulis di atas kertas, tapi di udara, di waktu, di kenangan yang pernah dihapus.
Kai melompat dari lantai lima belas dan tak jatuh, karena di kota ini, gravitasi tunduk pada ide. Ia mendarat tepat di sisi Ustadz Faris yang sedang membaca tulisan yang menetes dari langit.
“Lena sudah mulai membuka dunia lain,” kata Kai dengan mata menatap ke langit yang kini perlahan menurun seperti tirai. “Tapi ada sesuatu yang turun bersamanya.”
Ustadz Faris mengangguk pelan. Ia menunjuk bayangan besar yang muncul dari balik awan. Bukan tokoh. Buk