Makna yang Tidak Bisa Dituliskan
Kabut pagi menyelimuti reruntuhan ruang narasi lama. Lena dan Kai berdiri di ambang lorong naskah yang belum pernah dibuka. Di belakang mereka, Ustadz Faris membalik halaman terakhir dari kitab yang semalam mereka hidupkan. Tak ada kalimat, hanya napas dunia yang berubah arah. Dan jauh di dalam gema ruang tulisan, terdengar detak: bukan waktu, tapi keberanian yang menemukan wujud.
Kapten Arya muncul dari balik bayang struktur. Wajahnya kaku, sorot matanya tajam seperti orang yang sudah melihat akhir cerita tapi memilih tidak mengatakannya. Di pundaknya, tergantung fragmen kode narasi yang berhasil ia selamatkan dari runtuhan waktu.
“Kita kehilangan bagian timur. Korektor menyerap struktur urutan,” ucapnya pendek.
Lena tak menoleh. Ia menatap dinding cerita yang mulai retak seperti kulit bumi yang lupa daratan. “Bagian mana yang hilang?”
“Bab tentang awal mula keyakinan,” jawab Ustadz Faris, suaranya rendah. “Bab yang tak pernah ditulis, hanya dipercaya