Sidang di Antara Dua Dunia
Langit di atas mereka terbelah perlahan, seperti halaman dibuka paksa dari dua arah. Dari atas, cahaya pembaca menyusup masuk, bukan cahaya biasa, tapi pandangan, pikiran, niat, bahkan keraguan yang menembus batas naskah. Dari bawah, kata-kata lama bangkit kembali. Struktur yang sempat runtuh kini membentuk medan — seperti ruang sidang raksasa di tengah realitas yang belum diputuskan.
Lena berdiri di sisi kiri. Kai di kanan. Kapten Arya di tengah, menjaga batas. Ustadz Faris berjalan perlahan ke pusat arena, di mana sebuah podium tak terlihat telah menanti siapa pun yang cukup berani bicara.
“Ini... bukan medan perang,” kata Kai. “Ini tempat untuk memilih.”
“Bukan memilih benar atau salah,” lanjut Lena. “Tapi memilih apakah dunia ini akan terus berjalan sebagai narasi... atau menjadi sesuatu yang baru.”
Seketika, muncul siluet dari bayang-bayang langit. Penulis Tanpa Tinta. Wajahnya tidak jelas, tubuhnya seakan disusun dari sisa-sisa tinta yang tak pernah tu