"Aulia! Jangan bertindak bodoh!" Wina berusaha menghentikan Aulia, tapi sahabatnya itu sudah melangkah dengan penuh kemarahan.
Aulia melangkah cepat, matanya tertuju tajam pada sosok Shena dan Ervan yang semakin jauh. Kemarahannya sudah memuncak, membuatnya tak peduli pada sekitarnya. Namun, Wina bergegas mengejar, kemudian menarik tangan Aulia sebelum ia benar-benar mendekat ke parkiran.
"Aulia, jangan!" seru Wina sambil menahan pergelangan tangan sahabatnya itu.
Aulia menoleh dengan tatapan sengit. "Lepaskan aku, Win. Aku nggak bisa tinggal diam melihat mereka berdua semakin dekat seperti itu!"
"Aulia, pikirkan baik-baik!" Wina mendekatkan wajahnya ke arah Aulia, suaranya menurun agar tak menarik perhatian orang sekitar. "Dengar, Pak Ervan itu dosen kita. Kalau kamu bertindak gegabah, apa kamu nggak mikir ini bakal memengaruhi nilai kita?"
Aulia mendengkus keras. "Aku nggak peduli, Win! Aku nggak bisa terima dia—"
"Stop, Aulia!" Wina memotong dengan nada tegas. Ingat, Pak Ervan puny