“Maaf Pak Danang, tadi hapene bunyi terus, saya angkat. Itu dari saudaranya tanya alamat sini.”
“Oh, inggih, mboten menapa, Bu.” Telepon genggam milikku disodorkan oleh salah seorang pengelola panti.
Aku habis dari kamar kecil di belakang, tadi benda berlayar lebar, yang dibelikan Almira ini ketinggalan, tergeletak di ruang bayi, seusai aku video call sama Naya dan Syifa, karena tadi mereka mau lihat Adam.
Kuperhatikan itu nomor baru yang masuk.
Siapa?
Apa Dina ganti nomor? Atau saudara di sini, yang tahu aku tinggal di Jawa tapi tidak menemui mereka?
Karena belum isi pulsa aku tidak telepon balik, ponsel kukantungi dalam saku celana.
Sekarang ini masih harus gerak bersihkan halaman depan. Tadi angin kencang pasti