Ia bangun, berdiri, tangannya cepat membuka cadar begitu saja. Tampaklah mata dan pipinya basah. Tercenung sejenak aku melihat wajahnya. Hidung bengkak seperti bekas disengat, mulutnya juga jadi tebal dan hitam, seperti pembekuan darah di bibir atasnya. Beberapa bagian wajah April juga terlihat banyak perubahan.
“Ini berarti benar mantan istrinya Bapak?” Wanita berkerudung teman April tadi bicara.
“Dia ini terlunta di jalan, Pak. Kasihan, numpang tidur di emperan toko saudara saya. Kebetulan saya memang sedang mau ke Jawa, nah Mbak ini minta tolong belikan tiket kapal juga, trus minta antar ke sini. Kasihan mau ketemu anaknya yang Bapak bawa.”
Aku terperangah, merasa tidak percaya sampai sulit berucap.
“Saya pulang.” Ia menyentuh pundak April. “Semoga masalahnya selesai, Mbak.”
April masih tergug