Sore menjelang malam, Seline berdiri di depan kamar mandi sambil menekan sakelar beberapa kali. Tapi lampu tidak juga menyala. Ia menghela napas, memandangi langit-langit dengan pasrah. Mati. Mungkin bohlamnya putus.
Ia sempat mempertimbangkan memanggil petugas apartemen, tapi entah kenapa, ia lebih memilih menunggu. Menunggu Elang.
Maka ia pun berakhir di sofa, duduk di depan televisi yang terus menyala tanpa benar-benar ia tonton. Ini hari Sabtu. Tapi Elang masih saja bekerja. Seline diam-diam berpikir, mungkin memang begitu bedanya hidup orang kaya. Mereka gila kerja karena tahu hasilnya akan sepadan. Berbeda dengan dirinya… yang jika bekerja terlalu keras, ujung-ujungnya hanya rawat inap dengan infus dan bubur rumah sakit.
Jam terus bergulir. Acara televisi sudah berganti beberapa kali. Seline belum mandi, belum juga berganti baju. Saat kelopak matanya mulai berat, suara pintu yang terbuka membuatnya tersadar.
Elang masuk. Jam menunjukkan lewat pukul sepuluh malam.
Seline lan