
Kesepakatan di Balik Gaun Pengantin
Seline menggantikan Alana mengenakan gaun pengantin sesaat sebelum pernikahan berlangsung. Awalnya, itu hanya bagian dari rencana mereka—pertukaran peran sementara untuk menggagalkan pernikahan yang tidak diinginkan. Namun, tanpa diduga, keadaan berubah di luar kendali. Dalam sekejap, Seline justru terjebak dalam pernikahan dengan Elang, pria dingin yang seharusnya menjadi suami sahabatnya. Seline justru menggantikan Alana di pelaminan dan resmi menikah dengan Elang—pria yang tak pernah ia kenal sebelumnya.
Elang, lelaki dingin dan penuh rahasia, menerima pernikahan itu dengan ekspresi datar, seolah siapa pun yang berdiri di sampingnya tidak ada bedanya. Namun, semakin Seline mencoba memahami Elang, semakin ia tenggelam dalam dunia pria itu—dunia yang penuh luka, ambisi, dan perasaan yang sulit ditebak.
Di antara kebencian, keterpaksaan, dan ketidaktahuan akan masa depan, Seline harus mencari cara untuk bertahan. Apakah ia bisa menemukan celah di hati Elang yang membeku? Ataukah pernikahan ini hanya akan menjadi kesalahan yang selamanya mengikat mereka dalam ketidakbahagiaan.
Read
Chapter: Bab 50 Terjebak“Aku tidak bisa menunggu terlalu lama, Elang. Perutku akan semakin besar. Aku tidak mungkin terus menyembunyikannya,” ujar Karina, suaranya datar tapi sarat tekanan.Elang menatapnya dengan rahang mengeras. “Lalu kau ingin aku melakukan apa?”Karina menegakkan tubuhnya, menatap lurus ke arah Elang. “Tanggung jawab.”“Kalau itu memang anakku, aku akan bertanggung jawab. Aku akan penuhi semua kebutuhanmu.”“Aku tidak butuh uangmu.” Karina menyela cepat. “Aku ingin kau menikahiku.”Elang menggeleng pelan. “Itu tidak mungkin. Aku sudah punya istri.”Karina menarik napas, lalu mengeluarkan ponsel dari tasnya. Ia mengetuk layar beberapa kali sebelum memperlihatkan sesuatu pada Elang. “Kalau begitu, aku akan serahkan bukti ini ke media. Tapi sebelum itu… mungkin Om Mahardhika perlu tahu lebih dulu.”Mata Elang membelalak menatap layar ponsel. Foto. Video. Semua mengarah padanya. “Kau mengancamku?” tanyanya pelan, namun tegas.“Aku tidak sedang mengancam.” Karina menatapnya dengan dingin. “Ak
Last Updated: 2025-08-08
Chapter: Bab 49 KetenanganElang menatap kosong gelas wine di tangannya. Sudah lama ia meninggalkan kebiasaan ini. Sejak tinggal bersama Seline, hidupnya perlahan terarah. Ritmenya jadi lebih teratur, lebih tenang. Seolah Seline adalah titik keseimbangannya. Tapi malam ini… ia tidak sanggup menahannya.Botol wine setengah kosong berdiri di atas meja dapur. Elang menyandarkan punggung di sandaran kursi, meneguk isinya perlahan. Beban yang selama ini ia simpan terasa makin menyesakkan.Sementara itu, Seline terbangun. Di tengah malam yang hening, ia meraba sisi ranjang yang masih kosong. Elang belum pulang. Atau… sudah pulang, tapi tidak masuk kamar?Akhir-akhir ini Elang memang berbeda. Lebih diam. Ada sesuatu yang seolah ditahan, tapi tak pernah diungkap. Seline bisa merasakannya—insting seorang istri yang tajam, meski ia tak bisa menunjuk pasti apa.Ia bangkit, mengambil jubah tipis lalu berjalan keluar kamar. Tenggorokannya kering, tapi langkahnya terhenti di ambang dapur saat melihat Elang duduk sendiri, dit
Last Updated: 2025-08-07
Chapter: Bab 48 Rasa BersalahPulang dari makan malam, Karina tidak membawa mobil seperti biasanya. Itu memang sudah menjadi bagian dari rencananya. Ia tahu Elang lebih suka menyetir sendiri ketimbang menggunakan sopir pribadi. Celah itulah yang ia manfaatkan.Benar saja. Saat mereka keluar dari lobi restoran, Elang mengarahkan kunci mobil ke arah parkiran. Karina mengikutinya dengan langkah tenang."Mobil saya masih di bengkel, Pak Elang. Boleh saya menumpang sampai halte terdekat?" tanyanya sopan.Meski hubungan mereka cukup dekat karena Karina adalah anak dari sahabat lama ayah Elang, tetap saja ia menjaga formalitas. Elang mengangguk singkat."Masuk."Tanpa banyak tanya, Karina duduk di kursi penumpang. Mobil mulai melaju di jalanan malam yang lengang.Beberapa menit berselang, Elang mulai merasa ada yang aneh. Kepalanya terasa berat, penglihatannya sedikit buram. Ia memijat pangkal hidungnya pelan, mencoba mengusir rasa pusing yang mulai mengganggu.'Aneh… aku tidak minum apa pun tadi,’ batinnya. Elang memang
Last Updated: 2025-08-06
Chapter: Bab 47 UsahaSetelah pemeriksaan ke dokter dan konsultasi tentang program kehamilan, ada beberapa perubahan dalam kehidupan sehari-hari Seline dan Elang. Seline, yang biasanya lebih santai soal makanan, kini mulai lebih selektif. Ia rajin mencari tahu tentang pola makan sehat dan makanan yang baik untuk kesuburan.Di dapur apartemen mereka yang minimalis tapi nyaman, aroma masakan buatan Seline semakin sering tercium. Pagi itu, Elang baru keluar dari kamar, masih setengah mengantuk, saat melihat istrinya sibuk di dapur. Ia bersandar di ambang pintu, mengamati bagaimana Seline dengan serius memotong buah, wajahnya terlihat fokus."Kau masak apa pagi ini?" tanya Elang dengan suara serak khas orang baru bangun tidur.Seline menoleh sekilas, lalu tersenyum kecil. "Smoothie buat sarapan. Banyakin serat, protein, dan vitamin biar makin sehat," jawabnya santai.Elang mengangkat alis, berjalan mendekat. "Aku suka bagaimana kau sekarang serius banget soal makanan. Tapi smoothie?"Seline menatapnya tajam. "
Last Updated: 2025-08-04
Chapter: Bab 46 PeluangSarapan pagi ini terasa berbeda. Bukan karena menu di atas meja, atau cuaca di luar jendela, tapi karena pikiran Seline yang tak henti dipenuhi kegelisahan.Ia duduk diam, menatap piring tanpa niat menyentuh makanan. Rasa lapar sama sekali tak hadir. Yang ada hanya bayangan satu garis tipis yang kembali muncul di test pack pagi ini.Di seberangnya, Elang menikmati sarapannya seperti biasa. Terlihat tenang, seolah semuanya berjalan normal. Tapi tidak bagi Seline.Dengan suara pelan, nyaris tak terdengar, ia membuka mulut."Elang… apa ada yang salah sama aku?"Elang menghentikan gerakannya. Potongan roti di tangannya diletakkan perlahan ke piring. Tatapannya beralih pada Seline, penuh perhatian.Seline masih menunduk, jemarinya menggenggam sendok erat-erat.“Aku sudah mencoba… tapi hasilnya sama. Mungkin, aku yang bermasalah.”Elang tidak langsung menjawab. Ia hanya menatapnya, sebelum akhirnya mengulurkan tangan, menggenggam jemari Seline dengan mantap."Bukan kau," ucap Elang tenang.
Last Updated: 2025-07-30
Chapter: Bab 45 Apa Ada Yang Salah?Pagi ini, dia kembali berharap. Seline berdiri di depan wastafel, menatap tespack di tangannya dengan jantung berdegup tak karuan. Napasnya terasa berat, seolah tubuhnya tahu lebih dulu apa yang akan terjadi sebelum pikirannya bisa mencerna. Garis satu. Lagi-lagi garis satu. Dadanya terasa sesak. Kekecewaan merayap pelan, menghimpit harapannya yang sempat tumbuh. Dia menggigit bibir, menahan rasa frustrasi yang mulai menguasai pikirannya. Sebelum dia bisa berpikir lebih jauh, suara langkah mendekat dari belakang membuatnya terperanjat. Pintu kamar mandi terbuka, dan di sana berdiri Elang. Seline tersentak. Refleks, dia menyembunyikan tespack di balik tubuhnya. Matanya membulat, seolah tertangkap basah melakukan sesuatu yang seharusnya tidak dia lakukan.Elang, yang awalnya terlihat masih sedikit mengantuk, kini mengerutkan kening, tatapannya dengan cepat menangkap ekspresi gugup Seline. Dia melangkah mendekat, tubuhnya lebih tegap, seakan sudah bisa menebak sesuatu."Apa yang kau s
Last Updated: 2025-07-28
Chapter: Bab 67 Perhatian Kanara tidak ingat persis kapan ia tertidur. Terakhir, ia hanya bermaksud berbaring sebentar, mengistirahatkan tubuh yang masih tegang sejak perjalanan. Namun, ketika terbangun, cahaya lampu kamar sudah remang, menandakan sore menjelang malam.Ia mengeluarkan tangan dari balik selimut tebal, menatap kosong ke langit-langit. Ruangan suite itu terasa begitu luas dan kosong. Tidak ada Arga. Tidak ada suara lain selain dengung AC yang stabil.Ia duduk perlahan, menarik napas panjang. “Dia bahkan tidak membangunkanku,” katanya lirih. Ada nada getir, tapi juga pasrah. Mungkin beginilah rasanya menjadi bagian kecil dari hidup seorang pria dengan posisi sebesar Arga.Bangkit, Kanara melangkah ke kamar mandi. Air hangat yang mengalir dari shower menyentuh kulitnya, menenangkan sedikit rasa kesepian yang tiba-tiba menyeruak. Ia menatap pantulan wajahnya di cermin yang berkabut.“Kanara…” ia menyebut namanya sendiri dengan suara rendah, “kau ada di sini bukan untuk hanyut. Ingat, ini bukan libur
Last Updated: 2025-09-06
Chapter: Bab 66 Hadiah Kecil
Arga mencondongkan tubuh, menatap Kanara lekat. “Jangan sebut dirimu begitu,” ucapnya pelan tapi tegas.Kanara tersenyum tipis, kali ini lebih seperti tameng. “Bukankah itu kenyataannya? Aku menunggu di sini, sementara kau—” ia berhenti, menahan ucapannya, “punya kehidupan lain di luar apartemen ini.”Arga menghela napas panjang, lalu meraih jemari Kanara di atas meja. Genggamannya hangat, namun ada sedikit ketegangan. “Aku di sini karena aku ingin bersamamu. Itu bukan sesuatu yang bisa kau samakan dengan permainan orang ketiga.”Kanara menatap jemarinya yang terkunci dalam genggaman Arga. Ada desir hangat, tapi juga rasa getir. “Kau bisa bicara begitu sekarang. Tapi saat kau pergi… aku tidak tahu apa yang terjadi di sana. Apa aku hanya pengisi waktu, atau benar-benar seseorang yang kau inginkan.”Arga menunduk, suaranya terdengar lebih dalam. “Kalau aku hanya butuh pengisi waktu, aku tidak akan memilihmu. Kau sadar itu, kan?”Kanara terdiam. Pertahanan yang ia bangun dengan kalimat s
Last Updated: 2025-09-06
Chapter: Bab 65 Peran Orang KetigaCiuman itu semakin dalam, tidak lagi sekadar kecupan singkat. Arga menahan tengkuk Kanara dengan lembut, seolah takut ia menjauh, sementara Kanara merasakan jantungnya berdegup tak beraturan.Tangannya yang semula terkulai kini perlahan bergerak, meraih bahu Arga, menggenggam kain kemejanya. Ada ragu di awal, tapi tubuhnya sendiri menyerah pada kedekatan itu.Arga menariknya lebih dekat, menghapus jarak di antara mereka. Nafas mereka mulai memburu, hangat dan bercampur, memenuhi ruang hening apartemen.“Kanara…” suara Arga terdengar rendah, serak, begitu dekat di bibirnya.Kanara membuka mata sejenak, menatap wajah pria itu dari jarak yang nyaris tak ada. Ada sesuatu di sorot mata Arga, bukan hanya hasrat, tapi juga rasa memiliki yang begitu kuat. Tatapan itu membuat dadanya bergetar.Ia tak berkata apa-apa, hanya menunduk kembali, membiarkan bibir mereka bersatu lagi, lebih lama, lebih dalam. Jari-jarinya kini bergerak menyusuri garis rahang Arga, lalu berhenti di dada bidangnya.Arg
Last Updated: 2025-09-05
Chapter: Bab 64 Sentuhan
Kanara melangkah keluar dari restoran dengan langkah teratur, meski jantungnya masih berdegup lebih cepat dari biasanya. Udara malam menyambutnya, dingin menyapu kulit, membantu menenangkan dirinya setelah percakapan yang baru saja terjadi.Ia menarik napas dalam, menengadah sebentar ke langit gelap. “Tenang, Kanara… kau sudah melewati yang terburuk,” gumamnya pelan, seolah meyakinkan dirinya sendiri.Di hadapan Jennifer, ia berhasil terlihat tegar. Namun di balik itu, ia sadar tekanan yang datang tidak akan berhenti sampai di sini. Jennifer jelas tidak main-main. Dan Sandrina, pasti tidak akan tinggal diam.Kanara meraih ponselnya dari dalam tas, menatap layar yang gelap sebelum akhirnya menyelipkannya kembali. Senyum tipis terlukis di bibirnya. “Sepertinya aku tidak perlu repot-repot mencari cara menjatuhkan mereka,” pikirnya.Jennifer sudah membuktikan sendiri, kehadirannya dianggap ancaman. Itu berarti satu hal, dengan Arga di sisinya, secara tidak langsung ia sudah mengguncang po
Last Updated: 2025-09-05
Chapter: Bab 63 PersainganKanara akhirnya memutuskan memenuhi ajakan Jennifer. Rasa penasarannya terlalu besar untuk diabaikan. Ia yakin, apapun tujuan Jennifer tidak akan jauh dari Arga dan Sandrina.Sesuai alamat yang dikirimkan, Kanara tiba di sebuah restoran mewah. Begitu menyebutkan nama Jennifer, seorang pegawai langsung menuntunnya ke ruang privat di lantai dua.Begitu pintu dibuka, aroma parfum elegan langsung menyambut. Kanara melihat Jennifer sudah menunggu. Wanita paruh baya itu masih terlihat cantik dan terawat, duduk anggun dengan setelan mahal yang menegaskan statusnya. “Aku tidak suka basa-basi,” ucap Jennifer tanpa senyum, bahkan sebelum Kanara sempat menarik kursi. “Tinggalkan Arga.”Kanara duduk perlahan, menatapnya tenang. Belum sempat ia merespons, Jennifer sudah mengeluarkan selembar cek kosong dan meletakkannya di atas meja.“Aku tahu apa yang kau incar. Uang. Aku akan membuatnya mudah bagimu. Kau tulis berapa nominal yang kau inginkan.”Kanara menarik napas, lalu menyilangkan kaki dan m
Last Updated: 2025-09-04
Chapter: Bab 62 KehangatanKanara duduk di depan meja rias. Kapas di tangannya berhenti ketika usapannya menyentuh kening. Tatapannya teralih pada ponsel yang tergeletak tak jauh dari cermin. Pesan dari nomor tak dikenal masih terpampang jelas di ingatannya.Besok kita bertemu. Aku Jennifer. Mama Arga.Kanara menghela napas pendek. Nama itu membuat pikirannya tidak tenang sejak siang tadi. Jennifer—ibu tiri sekaligus mama Arga. Wanita yang selama ini bahkan enggan menatapnya. Mengapa tiba-tiba ingin bertemu?Apa dia mulai menganggapku ancaman? Sama seperti Sandrina?Pikiran itu belum sempat ia urai ketika bayangan Arga muncul di cermin. Pria itu masuk kamar, melepas kaosnya begitu saja, menyisakan celana panjang, lalu duduk di tepi ranjang—kebiasaannya sebelum tidur.Kanara buru-buru melanjutkan aktivitasnya, seolah tidak ada yang mengganggu pikirannya.“Kenapa melamun?” tanya Arga tanpa menoleh, namun matanya sempat menangkap ekspresi kosong Kanara di cermin.“Tidak,” jawab Kanara singkat. Ia tersenyum tipis,
Last Updated: 2025-09-04