Chapter: Bab 133 Sisa Malam dan Kepala yang Berdenyut
Athalla tahu, meninggalkan Arga di bar dalam keadaan setengah sadar bukan pilihan.Sialnya, itu berarti ia harus bertanggung jawab sampai pria itu pulang dengan selamat.Ia memapah Arga keluar dari mobil, langkahnya berat karena tubuh pria itu nyaris tak bisa menopang diri. Bau alkohol masih samar tercium dari kemejanya. Begitu pintu lift terbuka, Athalla setengah menyeretnya masuk.Di dalam, ia sempat mendesah pelan. “Kenapa bukan aku saja yang mabuk tadi,” gumamnya lirih, separuh kesal, separuh lelah.Begitu sampai di depan unit, ia menekan bel. Tak sampai satu menit, pintu terbuka.Kanara berdiri di sana dengan wajah tenang, tapi mata yang jelas-jelas kelelahan.Perutnya mulai tampak membulat, tanda waktu terus berjalan, tak peduli seberapa kusut hidup orang-orang di sekitarnya.“Bisa kau sekalian membawanya masuk ke kamarnya?” ucap Kanara tanpa banyak basa-basi.Athalla terdiam sejenak. Ada sesuatu di nada suaranya, tidak dingin, tapi juga tidak akrab.Ia mengangguk kecil, lalu me
Last Updated: 2025-10-22
Chapter: Bab 132 Dua Pria dan Segelas Dendam
Athalla baru saja menyimpan berkas terakhir di meja kerjanya ketika matanya menangkap sosok yang tak asing di ruang tunggu. Arga duduk bersandar santai di kursi, kaki disilangkan, seolah kedatangannya hanyalah kunjungan biasa. Tapi dari tatapan matanya yang tenang dan dingin, Athalla tahu, pria itu tidak datang tanpa alasan.Athalla berhenti di ambang pintu. “Ternyata benar,” ucapnya datar. “Aku tidak salah lihat. Apa CEO besar sekarang punya waktu nongkrong di kantor kejaksaan?”Arga mengangkat wajah, menatap sekilas tangan Athalla yang masih terbungkus perban, pria itu belum benar-benar pulih. “Kau seharusnya lebih banyak istirahat di rumah. Atau kerja keras itu bagian dari hukuman buat dirimu sendiri?”Athalla terkekeh kecil. “Aku suka pekerjaanku. Duduk diam di rumah justru bikin aku stres.”“Dan mungkin juga bikin orang lain lebih tenang,” balas Arga datar.Athalla membalas tatapan itu dengan senyum tipis yang tak kalah sinis. “Kalimat yang menarik dari seseorang yang datang tanp
Last Updated: 2025-10-21
Chapter: Bab 131 Aman“Kenapa kau membohongi ayah soal flashdisk,” suara itu rendah, tapi penuh tekanan. “Jelas-jelas kau masih menyimpannya. Karena perbuatanmu, ayah harus kabur ke luar negeri agar tetap hidup.”Kanara menelan ludah pelan. Sekarang ia tahu pasti, suara itu milik Reza, ayah kandungnya.“Ayah…” suaranya lirih tapi tenang, berusaha menahan getaran di dadanya. “Kita bisa bicara baik-baik. Turunkan pisau itu dulu.”Namun Reza tidak bergeming. Mata tuanya terlihat lelah namun liar, seperti binatang yang terpojok.“Aku harus menyingkirkanmu agar tetap hidup,” katanya dingin. Genggaman tangannya pada pisau semakin kuat.Mendengar itu satu nama terlintas dalam benak Kanara, Sandrina. Perempuan itu satu-satunya musuh yang dia punya saat ini. Dia menutup matanya sejenak, mencoba menenangkan diri. Ia tahu benar cara Sandrina bekerja, memanfaatkan ketakutan orang lain untuk menanamkan kendali. “Siapa yang menyuruhmu? Sandrina, kan?” tebak Kanara dengan nada pelan namun mantap. “Hanya dia yang bisa me
Last Updated: 2025-10-20
Chapter: Bab 130 AncamanMakan malam selesai. Meski belum benar-benar akrab, Kanara berhasil membuat suasana terasa sedikit lebih hangat.“Sudah malam. Sebaiknya Athalla antar Luna pulang,” ucap Kanara setelah meneguk air mineral di depannya.Luna spontan menoleh. Mereka belum membicarakan ini, jadi ia cukup terkejut. Dulu, Luna memang terang-terangan mengejar Athalla dan sempat memintanya kembali. Tapi setelah tahu Athalla mencintai perempuan lain, dan perempuan itu adalah Kanara. Ia memilih menjaga jarak.“Aku…” Luna ingin menjelaskan kalau dia membawa mobil sendiri, namun Kanara memotong cepat.“Tidak baik perempuan pulang malam-malam sendirian. Lagi pula, jalan kalian searah,”Luna sempat terdiam. Ia tahu Kanara sadar kalau dirinya sering pulang malam sendirian. Tapi kali ini, sepertinya Kanara memang punya maksud lain.Athalla tidak menolak, dan itu cukup membuat Luna tidak punya alasan untuk menolak juga. Mobilnya bisa diambil besok.Luna dan Athalla bersiap pergi. Kanara dan Arga mengantar keduanya sam
Last Updated: 2025-10-20
Chapter: Bab 129 Rencana Kecil Kanara“Kenapa dengan wajahmu?” komentar Kanara begitu masuk ke dalam mobil. Ia memperhatikan Luna yang duduk di kursi pengemudi dengan ekspresi murung. Biasanya, sahabatnya itu selalu menyambutnya dengan celoteh ceria. Tapi kali ini berbeda, senyum Luna tak muncul sama sekali.“Orang tuaku berniat menjodohkanku dengan pria pilihan mereka,” jawab Luna tanpa basa-basiKanara baru saja memasang sabuk pengamannya. Ia menoleh, menatap sahabatnya dengan dahi sedikit berkerut. Pantas saja wajahnya sekelam langit mendung.“Apa kau tidak bisa menolaknya?” tanyanya pelan.“Bisa,” jawab Luna cepat. “Kalau aku punya calon yang sepadan atau lebih unggul dari pria pilihan orang tuaku.”Kanara terdiam sejenak, menimbang. Ia tahu betul gaya keluarga Luna. Ambisius, penuh gengsi. Tapi tetap saja, Luna bukan tipe yang mudah diatur begitu saja. “Bagaimana dengan Athalla?” tanyanya hati-hati.Luna menoleh sekilas. “Athalla?” suaranya terdengar ragu, seolah nama itu masih punya ruang tersisa di hatinya.“Iya,”
Last Updated: 2025-10-19
Chapter: Bab 128 Yang Tersisa dari Sebuah MaafKafe itu tak terlalu ramai sore itu. Hanya suara mesin kopi dan percakapan pelan dari meja lain. Di sudut dekat jendela, Kanara dan Luna duduk saling berhadapan. Tak ada yang langsung berbicara. Hanya keheningan yang menggantung di antara aroma kopi dan rasa canggung yang belum hilang sejak insiden itu.Luna memutar cangkir di tangannya, menatap cairan coklat tua di dalamnya sebelum meneguk sedikit. “Aku minta maaf,” ucapnya pelan, suaranya nyaris tenggelam di antara bising tipis musik kafe. “Seharusnya aku tidak melakukan itu. Semua karena cemburu bodohku.”Kanara menatapnya tanpa ekspresi berlebihan. Tatapannya tenang, tapi ada kelelahan di sana, bukan dari amarah, melainkan dari upaya untuk memahami. “Aku sudah memaafkan dan melupakan hal itu, Luna.”Luna mengangkat pandangan, menatap Kanara seolah tak percaya. “Kenapa? Kenapa kau tidak marah? Kau bahkan tidak pernah berusaha membalas. Kalau kau membenciku, mungkin aku tidak akan sesakit ini karena rasa bersalah.”Kanara menghela n
Last Updated: 2025-10-18

Kesepakatan di Balik Gaun Pengantin
Seline menggantikan Alana mengenakan gaun pengantin sesaat sebelum pernikahan berlangsung. Awalnya, itu hanya bagian dari rencana mereka—pertukaran peran sementara untuk menggagalkan pernikahan yang tidak diinginkan. Namun, tanpa diduga, keadaan berubah di luar kendali. Dalam sekejap, Seline justru terjebak dalam pernikahan dengan Elang, pria dingin yang seharusnya menjadi suami sahabatnya. Seline justru menggantikan Alana di pelaminan dan resmi menikah dengan Elang—pria yang tak pernah ia kenal sebelumnya.
Elang, lelaki dingin dan penuh rahasia, menerima pernikahan itu dengan ekspresi datar, seolah siapa pun yang berdiri di sampingnya tidak ada bedanya. Namun, semakin Seline mencoba memahami Elang, semakin ia tenggelam dalam dunia pria itu—dunia yang penuh luka, ambisi, dan perasaan yang sulit ditebak.
Di antara kebencian, keterpaksaan, dan ketidaktahuan akan masa depan, Seline harus mencari cara untuk bertahan. Apakah ia bisa menemukan celah di hati Elang yang membeku? Ataukah pernikahan ini hanya akan menjadi kesalahan yang selamanya mengikat mereka dalam ketidakbahagiaan.
Read
Chapter: Bab 50 Terjebak“Aku tidak bisa menunggu terlalu lama, Elang. Perutku akan semakin besar. Aku tidak mungkin terus menyembunyikannya,” ujar Karina, suaranya datar tapi sarat tekanan.Elang menatapnya dengan rahang mengeras. “Lalu kau ingin aku melakukan apa?”Karina menegakkan tubuhnya, menatap lurus ke arah Elang. “Tanggung jawab.”“Kalau itu memang anakku, aku akan bertanggung jawab. Aku akan penuhi semua kebutuhanmu.”“Aku tidak butuh uangmu.” Karina menyela cepat. “Aku ingin kau menikahiku.”Elang menggeleng pelan. “Itu tidak mungkin. Aku sudah punya istri.”Karina menarik napas, lalu mengeluarkan ponsel dari tasnya. Ia mengetuk layar beberapa kali sebelum memperlihatkan sesuatu pada Elang. “Kalau begitu, aku akan serahkan bukti ini ke media. Tapi sebelum itu… mungkin Om Mahardhika perlu tahu lebih dulu.”Mata Elang membelalak menatap layar ponsel. Foto. Video. Semua mengarah padanya. “Kau mengancamku?” tanyanya pelan, namun tegas.“Aku tidak sedang mengancam.” Karina menatapnya dengan dingin. “Ak
Last Updated: 2025-08-08
Chapter: Bab 49 KetenanganElang menatap kosong gelas wine di tangannya. Sudah lama ia meninggalkan kebiasaan ini. Sejak tinggal bersama Seline, hidupnya perlahan terarah. Ritmenya jadi lebih teratur, lebih tenang. Seolah Seline adalah titik keseimbangannya. Tapi malam ini… ia tidak sanggup menahannya.Botol wine setengah kosong berdiri di atas meja dapur. Elang menyandarkan punggung di sandaran kursi, meneguk isinya perlahan. Beban yang selama ini ia simpan terasa makin menyesakkan.Sementara itu, Seline terbangun. Di tengah malam yang hening, ia meraba sisi ranjang yang masih kosong. Elang belum pulang. Atau… sudah pulang, tapi tidak masuk kamar?Akhir-akhir ini Elang memang berbeda. Lebih diam. Ada sesuatu yang seolah ditahan, tapi tak pernah diungkap. Seline bisa merasakannya—insting seorang istri yang tajam, meski ia tak bisa menunjuk pasti apa.Ia bangkit, mengambil jubah tipis lalu berjalan keluar kamar. Tenggorokannya kering, tapi langkahnya terhenti di ambang dapur saat melihat Elang duduk sendiri, dit
Last Updated: 2025-08-07
Chapter: Bab 48 Rasa BersalahPulang dari makan malam, Karina tidak membawa mobil seperti biasanya. Itu memang sudah menjadi bagian dari rencananya. Ia tahu Elang lebih suka menyetir sendiri ketimbang menggunakan sopir pribadi. Celah itulah yang ia manfaatkan.Benar saja. Saat mereka keluar dari lobi restoran, Elang mengarahkan kunci mobil ke arah parkiran. Karina mengikutinya dengan langkah tenang."Mobil saya masih di bengkel, Pak Elang. Boleh saya menumpang sampai halte terdekat?" tanyanya sopan.Meski hubungan mereka cukup dekat karena Karina adalah anak dari sahabat lama ayah Elang, tetap saja ia menjaga formalitas. Elang mengangguk singkat."Masuk."Tanpa banyak tanya, Karina duduk di kursi penumpang. Mobil mulai melaju di jalanan malam yang lengang.Beberapa menit berselang, Elang mulai merasa ada yang aneh. Kepalanya terasa berat, penglihatannya sedikit buram. Ia memijat pangkal hidungnya pelan, mencoba mengusir rasa pusing yang mulai mengganggu.'Aneh… aku tidak minum apa pun tadi,’ batinnya. Elang memang
Last Updated: 2025-08-06
Chapter: Bab 47 UsahaSetelah pemeriksaan ke dokter dan konsultasi tentang program kehamilan, ada beberapa perubahan dalam kehidupan sehari-hari Seline dan Elang. Seline, yang biasanya lebih santai soal makanan, kini mulai lebih selektif. Ia rajin mencari tahu tentang pola makan sehat dan makanan yang baik untuk kesuburan.Di dapur apartemen mereka yang minimalis tapi nyaman, aroma masakan buatan Seline semakin sering tercium. Pagi itu, Elang baru keluar dari kamar, masih setengah mengantuk, saat melihat istrinya sibuk di dapur. Ia bersandar di ambang pintu, mengamati bagaimana Seline dengan serius memotong buah, wajahnya terlihat fokus."Kau masak apa pagi ini?" tanya Elang dengan suara serak khas orang baru bangun tidur.Seline menoleh sekilas, lalu tersenyum kecil. "Smoothie buat sarapan. Banyakin serat, protein, dan vitamin biar makin sehat," jawabnya santai.Elang mengangkat alis, berjalan mendekat. "Aku suka bagaimana kau sekarang serius banget soal makanan. Tapi smoothie?"Seline menatapnya tajam. "
Last Updated: 2025-08-04
Chapter: Bab 46 PeluangSarapan pagi ini terasa berbeda. Bukan karena menu di atas meja, atau cuaca di luar jendela, tapi karena pikiran Seline yang tak henti dipenuhi kegelisahan.Ia duduk diam, menatap piring tanpa niat menyentuh makanan. Rasa lapar sama sekali tak hadir. Yang ada hanya bayangan satu garis tipis yang kembali muncul di test pack pagi ini.Di seberangnya, Elang menikmati sarapannya seperti biasa. Terlihat tenang, seolah semuanya berjalan normal. Tapi tidak bagi Seline.Dengan suara pelan, nyaris tak terdengar, ia membuka mulut."Elang… apa ada yang salah sama aku?"Elang menghentikan gerakannya. Potongan roti di tangannya diletakkan perlahan ke piring. Tatapannya beralih pada Seline, penuh perhatian.Seline masih menunduk, jemarinya menggenggam sendok erat-erat.“Aku sudah mencoba… tapi hasilnya sama. Mungkin, aku yang bermasalah.”Elang tidak langsung menjawab. Ia hanya menatapnya, sebelum akhirnya mengulurkan tangan, menggenggam jemari Seline dengan mantap."Bukan kau," ucap Elang tenang.
Last Updated: 2025-07-30
Chapter: Bab 45 Apa Ada Yang Salah?Pagi ini, dia kembali berharap. Seline berdiri di depan wastafel, menatap tespack di tangannya dengan jantung berdegup tak karuan. Napasnya terasa berat, seolah tubuhnya tahu lebih dulu apa yang akan terjadi sebelum pikirannya bisa mencerna. Garis satu. Lagi-lagi garis satu. Dadanya terasa sesak. Kekecewaan merayap pelan, menghimpit harapannya yang sempat tumbuh. Dia menggigit bibir, menahan rasa frustrasi yang mulai menguasai pikirannya. Sebelum dia bisa berpikir lebih jauh, suara langkah mendekat dari belakang membuatnya terperanjat. Pintu kamar mandi terbuka, dan di sana berdiri Elang. Seline tersentak. Refleks, dia menyembunyikan tespack di balik tubuhnya. Matanya membulat, seolah tertangkap basah melakukan sesuatu yang seharusnya tidak dia lakukan.Elang, yang awalnya terlihat masih sedikit mengantuk, kini mengerutkan kening, tatapannya dengan cepat menangkap ekspresi gugup Seline. Dia melangkah mendekat, tubuhnya lebih tegap, seakan sudah bisa menebak sesuatu."Apa yang kau s
Last Updated: 2025-07-28