Liu Feng berdiri di tepi jurang besar yang baru saja terbentuk di bawah kakinya. Tanah yang retak di sekitarnya seperti berdenyut, memancarkan aura hitam yang menyesakkan dada. Suara berat yang bergema dari dalam retakan itu terus mengulang namanya, semakin dalam dan semakin menyeramkan.
“Liu Feng... Aku telah menunggu...”
Angin dingin berhembus, membawa suara itu semakin jelas ke telinga Liu Feng. Ia menelan ludah, mencoba menenangkan dirinya meskipun tubuhnya merasakan ancaman besar yang belum pernah ia alami sebelumnya. Pedangnya, yang biasanya menyala terang, kini hanya berpendar lemah, seolah merasakan energi gelap yang menyelimuti tempat itu.
“Ini... bukan hanya pertarungan biasa,” gumam Liu Feng kepada dirinya sendiri. “Ini adalah titik balik segalanya.”
Suara berat itu kembali menggema, kali ini lebih keras dan penuh kekuatan, mengguncang tanah di bawahnya. “Kau yang memikul api kebenaran... Kau pikir kau layak untuk menentangku? Kau hanyalah bagian kecil dari rencana yang jau