"Mas, kamu dapat undangan dari seseorang di kota?" tanyaku saat kami duduk berdua saja di depan TV.
"Iya, kenapa?"
"Apakah itu Irsyad?"
"Ya," jawabnya sambil mengunyah camilan yang selalu tersedia di meja.
"Kenapa kau bersedia menerima undangannya?"
"Karena dia mengundang dengan niat yang baik."
"Aku menolak keras kita terlibat lagi dengan orang orang dari masa lalu, kamu ingat kemarin betapa terpengaruhnya kamu dengan kehadiran Maura, aku tidak mau itu terjadi dua kali," jawabku tegas.
"Tidak kok, aku tidak akan terpengaruh, kita pergi saja dan lihat apa maksud dan tujuan pria itu mengundang kita."
"Kalau tidak untuk silaturahmi saja, pasti ada tujuan lainnya. Dan pastinya, itu tidak akan nyaman untuk kita. Ingatkah kamu bahwa kalian pernah berkonflik gara gara aku? Aku tak mau ada masalah yang tidak diinginkan," jawabku tegas.
"Memangnya, kau punya firasat apa tentang hal ini?"
"Mungkin, dia ingin ... ah sudahlah." Kuputuskan untuk mengurungkan ucapan karena tahu persis tidak baik m