Lyra masih menatap ragu pada ponselnya saat benda itu berdering nyaring dan menyentaknya dari lamunan. Nama yang tertera di layar membuat hatinya menciut—Talia Sasmita.
Ibu angkatnya.
Haruskah ia katakan bahwa rahasia mereka telah terbongkar? Bahwa seseorang kini tahu kebenaran yang selama ini ia lindungi dengan mati-matian?
Dengan jemari gemetar, Lyra menekan tombol hijau. "Halo..." suaranya nyaris tak terdengar, sehalus bisikan.
"Lyra," suara Talia terdengar tegas dan tak menyisakan ruang untuk diskusi, "kemasi barang-barangmu secepatnya. Kau harus pindah."
"Pindah?" Lyra nyaris tersedak. Jantungnya berdetak dua kali lebih cepat. Apa ibunya sudah tahu tentang masalah itu? Soal kedoknya yang terbongkar? "Ma... kau tahu sesuatu tentang—"
"Ya, aku tahu," potong Talia, nadanya dingin. "Aku tahu sudah terlalu lama kau bekerja di tempat tak layak itu. Jadi, pindahlah hari ini juga."
Jeda. Sunyi yang berat. Lyra menarik napas, mencoba menenangkan detak panik dalam dadanya.
"Mama... aku...
