Tapi Dastan… pria itu seakan tahu batas. Ia berhenti sebelum Lyra sempat merasa terlalu kewalahan. Ia mencium pelipis Lyra, memeluknya erat, lalu membiarkan gadis itu menarik napas lega.
“Kalau kau makin panas, aku bisa dihajar Ibumu,” gumam Dastan sambil tersenyum mengejek, mengusap pelan ujung hidung Lyra yang sedikit memerah.
Lyra meliriknya, mendengus. “Sejak kapan kau takut pada ibuku? Kau selalu menantangnya dan membuatnya tidak suka padamu.”
“Ya, pasti dia sangat tidak menyukaiku sampai ngotot membawamu pulang, padahal kau istriku, sementara dia bukan ibu kandungmu,” sahut Dastan, suaranya mulai kesal saat mengingat kejadian semalam.
Kini giliran Lyra yang tersenyum. Wajahnya berubah tenang, lalu ia bergumam pelan, “Bagaimana seandainya… aku benar-benar ikut pulang dengannya?”
“Seandainya?” Mata Dastan langsung menyipit. “Seandainya kau ikut... kau pasti akan menyesal karena meninggalkanku. Tidak ada yang menciummu saat kau menggigil, tidak ada yang memelukmu saat tubuhmu mulai