"Cara apa, Mbak?"
Kinan menunduk. "Aku harus mulai dari awal untuk mengambi hatinya, dan selama itu aku minta tolong sama kamu, Al. Kamu tolong jaga jarak dengan Haura."
Kalimat itu Kinan ucapkan dengan perlahan dan suara rendah, tetapi sukses membuatkan Kaivan meninggikan suaranya.
"Kinan!" sentaknya tanpa bisa dikontrol. "Ternyata kamu masih belum berubah, Ki!"
Sementara Alya tidak menjawab. Ia kehabisan kata-kata untuk merespons kalimat Kinan. Baginya permintaan Kinan cukup sulit. Ia tak bisa membayangkan bagaimana perasaan Haura bila orang yang selama ini ia panggil mama, tiba-tiba menjauhinya.
"Tapi, Mas. Kalau gak seperti itu, Haura akan terus-terusan gak mau pisa–" Kinan mencoba berkeras meski nada bicaranya tidak setinggi Kaivan.
Akan tetapi, Kaivan memotongnya dengan cepat. "Kalau itu yang kamu mau, kita ketemu di pengadilan saja. Biar hakim yang menentukan siapa yang paling berhak atas hak asuh Haura."
Kinan mengerutkan dahi, mendadak wajahnya berubah cemas.
"Mas, tolong