Zoya yang kembali ke rumah sang mertua dengan sekantong besar barang belanjaan dibuat terheran-heran oleh tatapan merendahkan beberapa tetangga di sekitar rumah mertuanya.
Namun, karena mereka tidak pernah cukup dekat, Zoya sedikit segan untuk bertanya mengenai arti tatapan itu.
"Jadi itu yang namanya Zoya?"
"Ya ampun memalukan banget sih!"
"Ck ck ck. Gak habis pikir,"
"Kok bisa ada orang yang tidak tahu diri kayak dia?"
Rangkaian percakapan ibu-ibu itu membuat Zoya meremas kantung belanjaannya dengan lebih erat. Tadinya dia hendak menghibur diri dengan menganggap tatapan meremehkan itu ditujukan pada ibunya yang berjalan sedikit di belakang. Tetapi mendengar namanya disebut membuat jantung Zoya berdegup khawatir.
'Ada apa lagi ini?' batinnya frustrasi.
Tidak menunggu waktu lama, dia akhirnya menemukan jawabanya. Tepat setelah satu langkah dia memasuki pintu gerbang rumah mertuanya, raungan marah Mbak Arum menyambutnya.
"Dasar wanita j*l*ng!"
"P*la*ur!"
Seuntai julukan kasar yang