Mobil yang dikendarai Aslan membelah keramaian jalan raya, menuju gedung Nova Education Center. Di balik kemudi, bibirnya bersiul ringan, seirama dengan detak ambisinya yang memuncak. Parasnya diliputi kepuasan, penuh keyakinan bahwa siang ini akan menjadi miliknya.
Pria itu melirik arloji di pergelangan tangan, senyum tipis terbit seketika. Hingga kini tak ada kabar kembalinya Anaby ke rumah keluarga Buana. Artinya… perempuan itu tidak akan sempat menghadiri rapat pada pukul dua siang.
“Permainan sudah berakhir,” gumamnya, merasa berada di atas angin.
Begitu tiba di kantor, Aslan memarkir mobil dengan gesit. Ia bergegas masuk ke lobi dengan langkah santai dan penuh percaya diri.
Tujuan pertama Aslan adalah menghampiri meja resepsionis. Ia mencondongkan tubuh sedikit ke depan, dan bertanya dengan nada bersahabat.
“Desi, apa Ibu Anaby sudah datang?”
Resepsionis itu menggeleng. “Belum ada informasi, Pak.”
Senyum Aslan mengembang. “Baik. Tolong, kabari saya jika Beliau tiba.”
Usai mendap