Ketika tiba di Rumah Sakit Aurora, Zara semakin merasa gugup. Maharani melangkah mantap menuju meja pendaftaran untuk mengatur pemeriksaan. Sementara itu, Zara merasa detak jantungnya berlomba dengan langkah kakinya sendiri.
“Bu, saya mau ke toilet sebentar,” ujar Zara cepat, mencoba menyembunyikan rasa paniknya di balik senyum canggung.
“Hati-hati ya, Zara,” jawab Maharani tanpa curiga.
Zara mengangguk cepat, lalu melangkah pergi dengan tergesa, tangannya sudah mengeluarkan ponsel dari tas kecilnya. Begitu sampai di toilet, dia memastikan pintunya terkunci sebelum langsung menghubungi Kael.
Nada sambung terdengar dua kali sebelum suara dingin Kael menjawab, “Ada apa?”
“Chef, saya di rumah sakit sekarang,” bisik Zara dengan nada panik. Bahkan, saking paniknya dia sampai memanggil Kael dengan sebutan ‘Chef’ lagi. “Ibu membawa saya untuk periksa kandungan.”
Keheningan singkat di telepon membuat Zara semakin gelisah.
Kael akhirnya menjawab, nadanya tajam. “Kenapa gak