Zara harus keluar dari rumah omnya karena tidak ingin menjadi beban keluarga omnya, tapi dia harus menikah terlebih dahulu. Entah itu kebetulan baik atau malah bencana, kebohongan besar tiba-tiba mengguncang hidupnya. Bosnya, Kael, dengan tanpa rasa bersalah mengatakan bahwa Zara hamil anaknya. Lebih mengejutkan lagi, demi menyelamatkan posisi Kael yang terjebak perjodohan tak diinginkan dari keluarga, Zara terpaksa setuju untuk menikah dengannya.
View More“Aku akan menikahi Zara karena dia sedang mengandung anakku.”
Kalimat yang keluar dari mulut bosnya, Kael, sukses membuat Zara mematung dengan mata terbuka lebar.
Niatnya ingin datang ke restoran tempatnya bekerja lebih pagi untuk menghilangkan pikiran suntuknya tentang masalah sang tante yang ingin dia pergi dari rumah, tetapi sekarang malah terseret ke dalam masalah bosnya yang sedang beradu mulut dengan sang tunangan.
Kael Ashwara, putra tunggal sekaligus calon pewaris keluarga Ashwara yang ternama. Dia adalah sosok dingin dan penuh wibawa, yang memiliki prestasi luar biasa. Di usianya yang masih terbilang muda, 29 tahun, Kael telah diakui sebagai chef genius internasional dengan kemampuan luar biasa! Bahkan, setiap restoran yang dia miliki diberikan paling tidak dua bintang Michelin!
Dan sekarang, pria luar biasa semacam itu … sedang mengatakan bahwa dia akan menikahi Zara karena hamil anaknya?!
Kebohongan macam apa ini!?
“C-Chef–”
Baru ingin meminta penjelasan, ucapan Zara terhenti ketika melihat tatapan tajam dari Kael.
Tanpa perlu bicara, Zara tahu pria tersebut sedang memperingatinya untuk bungkam!
Di sisi lain, Clara, tunangan Kael, seperti menggila. Dia membuka matanya lebar-lebar dan menatap Zara dengan penuh amarah, lalu beralih kepada Kael.
“Gak mungkin! Jangan bohong, Kael!” seru Clara dengan suara tinggi. “Aku tahu dia itu cuma pelayan rendahan di restoranmu, dan kamu selalu sibuk dengan restoran dan semua bisnismu. Gak mungkin kamu punya waktu untuk bisa pacaran sama dia, bahkan sampai membuat dia hamil! Kamu pasti bohong, Kael!”
Pelipis Zara berkedut. Pelayan rendahan? Haruskah Clara menghinanya sampai seperti itu? Terlebih, dia tidak tahu apa-apa soal masalah ini!
“Percaya atau tidak, itu urusanmu. Yang jelas, ini kenyataannya,” balas Kael dingin.
“Kamu–!” Clara mengepalkan tangannya, tetapi tidak bisa berkata apa-apa. Dia pun mengalihkan tatapan tajamnya ke arah Zara. “Kamu! Katakan yang sebenarnya! Apa benar kamu hamil anak Kael?!”
Ditanya seperti itu, Zara menjadi serba salah. Di satu sisi, Kael adalah bosnya. Jika Zara menolak untuk bekerja sama, dia khawatir pekerjaannya akan terancam. Di sisi lain, mengakui Kael sebagai pacarnya berarti melibatkan diri dengan skandal keluarga kaya dan membiarkan dirinya menjadi target penindasan Clara dan tentu saja hidupnya tidak akan tenang.
Dua-duanya sama-sama tidak menguntungkan.
Apa yang harus Zara lakukan?!
“Sa–saya …”
“Sudahlah, Clara,” potong Kael langsung dengan tatapan yang begitu tajam, membuat Zara kembali bungkam, sedangkan Clara justru semakin mendidih.
“Kael, dia gak punya latar belakang dan status sosial yang jelas. Kamu butuh seseorang yang setara, yang bisa membawa manfaat untuk keluargamu!” kata Clara lagi, emosinya benar-benar semakin naik. Dia menatap Zara dengan tatapan begitu rendah.
Kael menatap Clara semakin tajam, menyiratkan peringatan.
“Itu bukan urusanmu, dan kamu tidak punya hak untuk merendahkan status orang lain.” Kael melangkah mendekati Zara, lalu tiba-tiba melingkarkan tangannya di pinggang Zara. “Yang jelas, aku akan tetap menikah dengan Zara, bukan denganmu!”
Clara melangkah maju dengan tatapan menusuk ke arah Zara. Dia benar-benar tidak bisa menerima hal ini.
“Dia pasti menggodamu, ya?” Clara menunjuk Zara dengan telunjuknya dan menatapnya dengan tatapan merendahkan, lalu dia menoleh sekilas kepada Kael. “Atau jangan-jangan, dia pakai susuk atau semacamnya? Gak mungkin dia gak pakai hal kayak gitu, Kael! Kamu harus sadar!”
Mendengar itu, Zara hanya bisa menelan ludah, merasakan detak jantungnya yang berdebar keras. Ucapan Clara sangat berlebihan, tetapi dia jelas tidak bisa melakukan apa-apa sekarang. Ini membuatnya semakin bingung dan terpojok.
“Cukup, Clara! Berhenti omong kosong!” Kael mencengkram tangan Clara dan berbalik menatapnya dengan tajam. “Pergi dari sini dan berhenti menggangguku!”
Clara menarik paksa tangannya, lalu tertawa sinis. “Gak! Aku tahu ini semua cuma akal-akalan kamu. Lihat aja, aku gak akan diam. Aku akan laporkan kalian ke ayahmu, Kael!”
Ucapan Clara membuat Zara merasa semakin dilema. Di satu sisi, dia merasa lega jika kebohongan ini bisa berakhir, karena siapa yang tidak tahu betapa Aryan Ashwara, ayah Kael, yang sangat mementingkan latar belakang keluarga?
Namun di sisi lain, Zara juga takut jika ini terbongkar dan dia sampai terseret lagi. Bisa-bisa bukan hanya pekerjaannya yang hilang, tetapi juga hidupnya akan tamat karena pengaruh ayah Kael yang cukup besar.
Baru saja berpikir seperti itu, tiba-tiba Zara dikejutkan dengan rengkuhan tangan Kael yang semakin mengerat di pinggangnya.
‘Apa pria ini belum menyerah?’ batin Zara bingung.
“Laporkan saja karena ini bukan kebohongan,” kata Kael dengan penuh keyakinan.
Clara menggertakkan giginya, menatap Zara dengan tajam. “Tunggu pembalasanku!”
Setelah itu, Clara melangkah pergi meninggalkan restoran.
Kael langsung melepas rengkuhannya di pinggang Zara, sontak membuat Zara melangkah mundur. Wajah Zara tampak semakin menegang dan bingung.
“Chef, apa maksud semua ini? Kenapa bilang saya hamil?” tanya Zara dengan lirih, setelah hanya ada mereka berdua di restoran.
Kael menghela napas dalam, dia menatap Zara sejenak sebelum berkata, “Aku harus membatalkan perjodohan itu.”
Zara mengerutkan kening, mencoba memahami situasi. “Tapi, kenapa saya? Dari banyaknya orang yang mungkin Chef kenal, kenapa harus saya?”
Kael menatapnya tanpa ekspresi. “Karena kamu satu-satunya orang yang ada di sini.”
Zara terdiam. Sejenak dia kembali teringat bahwa restoran ini memang masih gelap dan sepi.
Pikiran Zara kembali berputar cepat, mencoba mencocokkan apa yang baru saja terjadi dengan realitas hidupnya. Namun, kepalanya justru terasa semakin pening. Baru saja Zara mendengar om dan tantenya bertengkar karena kehadirannya di rumah mereka. Sekarang, Zara malah terseret ke dalam drama keluarga kaya yang sama sekali tidak pernah dia bayangkan.
“Kita harus menikah sekarang. Kalau kamu keberatan, kita bisa menikah kontrak,” tambah Kael lagi.
Zara tertegun.
Zara sudah bekerja di restoran ini selama dua tahun, tetapi dia hampir tidak pernah berhubungan dengan Kael karena bidang pekerjaan mereka yang berbeda. Terlebih, jabatan Kael membuat Zara yang hanya seorang pelayan restoran, hampir tidak pernah bertemu dengan Kael. Jadi, ketika pagi ini Kael berdiri di hadapannya dan berbicara dengannya, Zara baru memahami bahwa Kael adalah pria yang tidak menerima penolakan.
Akan tetapi, di satu sisi, tawaran itu memang terdengar gila, tetapi di sisi lain dia merasa itu cukup menguntungkan untuknya ketika dia kembali teringat percakapan om dan tantenya pagi ini. Tante Sarah yang ingin dia pergi dan om Riki yang hanya akan mengizinkannya keluar dari rumah jika dia sudah menikah.
“Kalau saya nikah sama Chef, saya bisa tinggal sama Chef?” tanya Zara dengan sedikit ragu.
“Kalau kita gak tinggal bersama, siapa yang akan percaya kalau kita sudah menikah?” jawab Kael tanpa ada keraguan.
Mendengar itu, mata Zara tampak berbinar penuh harapan.
Mungkin, ini adalah jalan keluar dari semua masalahnya!
Akhirnya, tanpa ragu Zara menjawab, “Baik, Chef. Saya setuju.”
“Bagus, kita beli cincin pernikahan sekarang.” Kael langsung melepas apron hitam yang melekat di tubuhnya dan meletakkannya begitu saja di salah satu kursi restoran.
Makasih banget karena udah setia nemenin cerita Kael dan Zara sampai sejauh ini. Rasanya campur aduk banget pas nulis bagian terakhir.Maaf ya kalau selama perjalanan cerita ini banyak kekurangan. Entah itu bagian yang bikin bingung, alur yang kadang muter-muter, atau tokohnya bikin gemas sendiri. Tapi semoga, di balik semua itu, ada bagian dari cerita ini yang bisa tinggal lebih lama di hati kamu.Makasih karena udah jadi bagian dari perjalanan ini. Dukungan dan komentarmu berarti banget.Jangan lupa mampir ke cerita baru aku, ya ♡
“Perjodohan?” gumam Kael pelan.Lalu pria itu tersenyum tipis, tapi bukan karena setuju. Senyum itu lebih menyerupai kilas balik—mengingatkannya pada masa ketika dirinya dijodohkan oleh keluarganya, hanya untuk akhirnya mengguncang semuanya dengan pernyataan bahwa dia telah menghamili Zara.“Jangan harap, ya,” ucap Kael akhirnya, datar tapi tegas, dengan satu alis terangkat seperti memberi peringatan bahwa topik ini tidak untuk dibahas lebih jauh.Gala tertawa kecil, tapi tidak merasa tersinggung. “Kenapa? Coba kamu bayangkan, Kylar itu cucu pertama keluarga Ashwara, Zelena cucu pertama keluarga Wijaya. Kalau mereka menikah, kekuatan bisnis kita di masa depan—”“Kak Gala ngomong apa sih?” potong Zara, nadanya terdengar tidak senang, meski masih berusaha sopan. “Kylar dan Zelena itu masih anak-anak.”“Benar,” sambung Ceva, kali ini lebih tegas. “Mereka bahkan belum masuk SD. Masa depan bukan cuma tentang bisnis, Kak.”Gala mengangkat tangan, menyerah, lalu tersenyum kecil. “Oke, oke. Ak
“Huwaaaa!” Tangis Kylar pecah saat pipinya dicubit gemas oleh Zelena. Bocah perempuan itu terkekeh geli, tidak menyadari bahwa tangan mungilnya terlalu semangat bermain. “Lena, pelan-pelan, ya … Itu pipi Kylar, bukan squishy,” ujar Ceva sambil tersenyum geli, lalu menarik tangan putrinya pelan. Zelena memang selalu usil pada Kylar. Padahal usia Zelena lebih tua empat tahun, tapi kalau sedang bersama, mereka selalu saja bertengkar. Zara berjongkok di hadapan Kylar, mengelus pipi anaknya yang masih memerah dan cemberut. “Sudah, Sayang. Mami tahu sakit, ya? Tapi Kak Lena nggak sengaja. Yuk, kita bilang ke Kakak supaya cubitnya pelan-pelan lain kali,” ucap Zara lembut. Kylar mengangguk kecil, matanya masih berkaca-kaca, tapi bibirnya mulai membentuk senyum tipis. Senyum langka yang selalu berhasil mencuri perhatian siapa pun yang melihatnya. Wajahnya langsung bersinar ketika melihat Kael berjalan mendekat, membawa kue besar berhiaskan dinosaurus hijau toska di atas cokelat favoritny
"Apa maksudnya, ada yang salah?" tanya Kael cepat, nada suaranya meninggi, panik mulai merayap dari dalam dada.Suasana di ruang bersalin seketika berubah. Detak monitor terdengar semakin cepat, disusul suara langkah para perawat yang mulai bergerak panik. Salah satu dari mereka segera menyerahkan perlengkapan tambahan ke Gala, yang kini telah mengenakan masker dan sarung tangan lengkap."Denyut jantung bayinya menurun. Kita harus bertindak cepat sebelum oksigennya turun lebih jauh," jawab Gala cepat namun tetap tenang. "Aku akan lakukan tindakan darurat. Kael, kamu tetap di sini, jangan lepas tangannya."Kael menunduk, menggenggam tangan Zara lebih erat lagi, seakan ingin memindahkan semua kekuatannya pada wanita itu."Zara, dengar aku," bisik Kael di dekat telinga istrinya, suaranya bergetar. "Kamu harus kuat. Kamu dan bayi kita … kalian harus baik-baik saja. Kumohon ..."Zara membuka mata dengan susah payah, tatapannya sudah buram oleh rasa sakit yang menumpuk. Namun, dia melihat Ka
"Mas, perut aku sakit!"Suara Zara terdengar serak dan cemas saat dia berusaha membangunkan suaminya yang tengah terlelap. Napasnya berat, pelipisnya basah oleh keringat dingin.Kael terbangun dengan tergesa-gesa, matanya masih buram, dan napasnya terengah-engah saat tubuhnya bergerak cepat. Perasaan bingung langsung menguasainya, sementara jantungnya berdegup lebih cepat dari biasanya."Kamu ... kamu kenapa?" tanya Kael, suara serak penuh kepanikan, masih setengah sadar akan apa yang sedang terjadi.Di hadapannya, Zara meringis menahan rasa sakit. Wajahnya pucat, kedua tangannya mencengkeram perutnya yang sudah membuncit besar. Tatapannya bergetar, seolah menahan terjangan rasa sakit yang tak tertahankan.Perut itu, tempat di mana kehidupan kecil mereka tumbuh, kini tampak begitu tegang. Dan Kael baru tersadar, usia kandungan Zara memang sudah masuk minggu ke-37. Gala bahkan sudah bilang, kapan saja bayi mereka bisa lahir.Ini ... ini bukan sekadar sakit biasa. Ini saatnya.Kael seger
"Bu Anjana, saya mau bawa Zara pulang ke rumah," ucap Kael tegas, suaranya rendah namun mantap.Pria itu kini tengah duduk di ruang tamu keluarga Wijaya, tubuhnya tegak, kedua tangan saling bertaut di depan tubuhnya, rahangnya mengeras. Kakinya bergerak kecil—menandakan kegelisahan yang berusaha dia tekan.Di hadapannya, Anjana duduk dengan sikap kaku. Wajah wanita paruh baya itu tampak dingin dan keras, sorot matanya menatap Kael tajam, penuh kewaspadaan. Sementara itu, Harun hanya mengamati dalam diam, sesekali melirik ke arah Kael dan cucunya tanpa banyak bicara.Keheningan menegang di antara mereka. Hanya suara detik jam dinding yang terdengar, menggema samar di ruangan luas itu."Pulang? Kamu pikir ini solusi terbaik? Zara baru saja mengalami kejadian berbahaya," seru Anjana akhirnya, nada suaranya penuh tekanan. "Aku hanya mau menjaga putriku!"Kael mengangguk perlahan, tetap menjaga sikap sopan meski hatinya bergejolak."Saya tahu, Bu. Saya tahu Ibu khawatir," sahut Kael, suaran
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments