PoV Ayu
Aku tidak boleh berdiam diri, harus ke rumah sakit sekarang, memastikan kondisi Abang. Bergegas mengambil tas, mengenakan kaos kaki. Baru saja hendak keluar kamar, ponsel berdecit. Abang.
Kubuka pesannya.
[Kritis karena merindukanmu, Beb.]
Ya Allah ... dasaaaar .... gemas aku dibuatnya. Langsung melakukan video call.
“Alhamdulillah calon bini peka, tau calon laki kangen, langsung video call,” ucapnya tanpa berdosa. Aku tetap diam.
“Eh, Ayu habis nangis?” Nah baru sadar. Aku cemberut. Memicingkan mata padanya.
“Lho, kenapa? Kayak orang marah.”
“Nyebelin!!! Bikin panik! Kirain kritis beneran, gara-gara donorin darah!” Auto ngomel. Abang diam sejenak. Berpikir.
“Ya Allah ... Abang gak selemah itu. Lagian mana ada orang kritis bisa kirim pesan?”
Iya juga ya? Kenapa tadi tidak terpikirkan ke arah sana.
&