Ayu semakin panik. Situasi ini terasa menjeratnya dalam jebakan tanpa jalan keluar.
"Ngapain sih Mas Baim tanya terus?" batinnya resah. "Aku nggak mungkin jujur kalau aku jatuh cinta sama dia, kan? Di kontrak itu sudah jelas tertulis... kita nggak boleh terlibat secara emosi."
Ia menggigit bibirnya, tetap enggan menatap Baim.
Baim hanya tersenyum kecil, seakan sudah memahami semuanya.
Perlahan, ia semakin mendekat. Ayu menahan napas, jantungnya semakin tak menentu.
Tapi ternyata—
Baim menunduk, bukan ke arahnya, melainkan ke bayi mungil dalam pelukannya. Dengan lembut, ia mengecup kening Srikandi.
"Sayang..." bisiknya penuh kasih, "Papa berangkat kerja dulu, ya. Kamu jangan rewel, oke?"
Ayu menatapnya dalam diam. Cara Baim memperlakukan si kembar, kehangatan yang selalu ia tunjukkan pada anak-anak i