Share

Pengumuman Pernikahan

last update Last Updated: 2025-03-21 06:01:42

"Indri?"

Suara Ayu terdengar tenang, namun tatapannya penuh selidik. "Kamu belum selesai membersihkan kamar ini?"

Indri menegakkan tubuhnya, menampilkan senyum setengah. Ia menyeringai kecil, berusaha terlihat santai meskipun jantungnya masih berpacu.

"Sudah, kok," katanya ringan, meraih perlengkapan kebersihan yang tadi nyaris ia lupakan. "Ini aku mau balik ke bawah."

Ia menyelipkan pel ke dalam ember, menarik gagangnya dengan sedikit lebih keras dari seharusnya.

"Permisi, ya," tambahnya, sebelum melangkah cepat melewati Ayu, meninggalkan kamar itu dengan kepala penuh pertanyaan yang terus berputar.

Di area dapur, aroma tumisan bawang bercampur dengan wangi roti panggang yang baru keluar dari pemanggang. Para karyawan sibuk berlalu-lalang, membantu Bik Imah menyiapkan sarapan. Bunyi piring beradu dan suara gemericik air dari keran memenuhi ruang

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Menjadi Ibu Susu Bayi Kembar CEO   Pengaruh Buruk

    Hening. Tak ada yang berbicara. Yang terdengar hanyalah suara penyiar berita yang terus menjelaskan latar belakang rekaman itu.Namun, satu hal yang pasti—semua orang di dapur kini terpaku pada layar, dengan pikiran yang penuh tanda tanya.Tak satu pun dari mereka berkedip. Semua mata terpaku pada layar televisi, menatap sosok Ayu yang masih terpampang jelas dalam rekaman berita."Ayu menantu gubernur?" suara Fatima terdengar gemetar.Mereka saling pandang, seolah berharap ada yang bisa memberikan jawaban masuk akal. Tapi tak ada yang bersuara.Indri, yang masih memproses informasi di kepalanya, akhirnya bersandar di kursi. Tangannya terlipat di atas meja makan. "Menurut kalian, apa Pak Baim tahu soal ini?"Sari, yang sejak tadi diam, akhirnya menatap Indri. "Kalau dia gak tahu, gimana?"Indri menarik napas, lalu menyilangkan tangan di dadanya. Matanya menyipit, seakan mencoba menyusun kepingan teka-teki yang baru saja terbuka.

    Last Updated : 2025-03-21
  • Menjadi Ibu Susu Bayi Kembar CEO   Selalu Ingin Menolong

    Mata Baim teduh saat mendapati para karyawannya membicarkan tentang Ayu. Tapi sorotnya menyiratkan sesuatu yang lebih dalam—sebuah kebingungan yang tak mudah terjawab. Telinganya dipaksa menangkap setiap kata buruk yang keluar dari mulut mereka. Tatapannya menunduk, pikirannya berputar. "Apa yang sebenarnya terjadi padamu, Ayu?" Kelopak matanya turun, hatinya semakin dipenuhi tanda tanya. Meski para karyawannya terus membicarakan hal buruk tentang Ayu, Baim tak ikut terpengaruh. Justru, rasa penasarannya semakin dalam. Ada sesuatu tentang wanita itu yang membuatnya ingin mencari tahu lebih jauh. Tanpa berpikir lama, ia bergegas keluar rumah dan masuk ke dalam mobil. Mesin menderu pelan saat ia mulai berkendara menuju hotelnya. Namun, pikirannya tak tenang. Seribu pertanyaan tentang Ayu berputar di kepalanya, seakan menggema tanpa jawaban. Beberapa menit berlalu. Perasaan gelisah

    Last Updated : 2025-03-22
  • Menjadi Ibu Susu Bayi Kembar CEO   Menginginkan Pengganti

    Umi Euis menatapnya dengan sorot penuh keraguan. Jemarinya meremas ujung kerudungnya, seakan enggan mengungkapkan sesuatu yang terlalu berat."Soal itu…" Umi menarik napas, lalu menghembuskannya perlahan. "Umi gak bisa cerita banyak, Nak. Sebaiknya… Nak Baim bertanya langsung saja pada Ayu."Hening.Baim menatapnya lekat-lekat, mencari jawaban lain di wajah wanita itu. Tapi Umi Euis hanya tersenyum tipis—senyum yang penuh makna, tapi juga terasa menahan banyak hal yang tak bisa diungkapkan.Baim mengepalkan tangannya di atas pahanya. "Umi… apakah benar berita yang sedang ramai di televisi itu?"Umi Euis terdiam sesaat. Matanya berkabut, seakan ada beban berat di hatinya. Lalu, dengan suara bergetar, ia menjawab,"Itu gak benar, Nak…"Baim menahan napas."Ayu…" Umi melanjutkan, suaranya terdengar begitu lirih. "Dia adalah korbannya. Bukan seperti yang ramai dibicarakan." Ia mengalihkan pandangan, seperti tak sang

    Last Updated : 2025-03-22
  • Menjadi Ibu Susu Bayi Kembar CEO   Tak Ada Yang Percaya

    Genggaman tangan Baim mengerat, jari-jarinya mencengkeram erat ponsel, seolah ingin meremas harapan yang tersisa di dalamnya. Hening menyelubungi ruangan, hanya suara detak jam yang terdengar seperti pengingat waktu yang terus berjalan—tanpa peduli pada perasaan siapa pun.Tiba-tiba, Baim berbalik. Langkahnya mantap menuju meja kerja. Ia meraih kunci mobil yang tergeletak di sana. Ada sesuatu yang mendesak dalam dadanya, dorongan yang tak bisa ia abaikan."Aku harus menemui Ayu."Tanpa pikir panjang, ia melangkah keluar. Perasaannya berbisik—entah kenapa, kali ini, ia merasa Ayu lebih membutuhkan dirinya daripada siapa pun.Di dalam rumah Baim, Ayu merasakan botol minum di tangannya bergetar. Suasana di dapur terasa begitu dingin, bukan karena udara, tapi karena tatapan dan sikap yang baru saja ia terima.Fatma dan Sari, yang biasanya ramah, bahkan tak menoleh ke arahnya. Indri tersenyum sinis. "Menantu Gubernur yang terhormat..

    Last Updated : 2025-03-22
  • Menjadi Ibu Susu Bayi Kembar CEO   Tatapan Yang Membingungkan

    Suara Baim terdengar tegas, tak memberi ruang untuk dibantah.Ayu hanya bisa menurut, langkahnya tertatih mengikuti derap kaki Baim yang panjang dan tergesa. Jantungnya berdegup kencang—bukan hanya karena ketakutan, tetapi juga kebingungan yang semakin menyesakkan dadanya."Mas… ada apa?" Suaranya lirih, hampir bergetar.Baim tak menoleh."Diam dan ikut saja."Dingin. Tajam. Tak terbantahkan.Ayu menelan ludah. Ia tidak tahu ke mana Baim akan membawanya. Tapi satu hal yang pasti—di tengah kemarahan semua orang, pria ini masih mau menggenggam tangannya.Genggaman itu erat, kuat, seolah tak ingin melepaskannya begitu saja.Tanpa sepatah kata pun, Baim menariknya keluar rumah. Langkahnya tegap, penuh ketegasan yang tak bisa dilawan. Ayu hanya bisa mengikuti, tubuhnya terbawa dalam arus yang lebih besar darinya.Langit mulai berpendar keemasan, matahari condong ke barat, mewarnai sore dengan semburat jingga

    Last Updated : 2025-03-23
  • Menjadi Ibu Susu Bayi Kembar CEO   Aroma Maskulin

    Tentang pernikahan yang Ayu jalani tanpa cinta. Tentang perlakuan keluarga Gubernur itu terhadapnya. Tentang luka yang selama ini ia pendam sendirian."Atau… haruskah aku tetap menyimpan semuanya sendiri?"Ia menundukkan kepala, jemarinya saling meremas di pangkuan. Pikirannya terus berputar, membentuk simpul ketakutan yang semakin menjeratnya.Bukan lagi cemoohan orang-orang yang ia takutkan.Tapi kemungkinan kehilangan mereka.Si kembar.Jantungnya berdebar keras hanya dengan membayangkan skenario terburuk—jika Baim lebih mempercayai tuduhan para karyawan dibanding dirinya. Jika pria itu mulai berpikir bahwa ia hanya memanfaatkan anak-anaknya untuk mendapatkan simpati."Bagaimana jika… Mas Baim memisahkanku dengan si kembar?"Bayangan itu begitu menyesakkan, menghantam dadanya dengan kepanikan yang sulit dikendalikan.Namun, di antara semua ketakutan itu, Ayu tetap memilih diam.Ia tidak menj

    Last Updated : 2025-03-23
  • Menjadi Ibu Susu Bayi Kembar CEO   Gayung Lope Pink

    "Bulan ini… saya nggak usah digaji aja ya. Buat ganti bayar ponselnya."Baim meraih kembali kartu debit yang baru saja dikembalikan karyawan toko, sementara struk pembayaran masih tergenggam di tangannya. Ia menatap Ayu lekat, seakan memastikan sesuatu di dalam dirinya."Aku beliin ini buat kamu." Suaranya pelan, tapi tegas. "Kamu nggak perlu menggantinya."Ayu terpaku. Tatapan Baim terlalu dalam, terlalu lama, seolah ada sesuatu yang ingin ia sampaikan tanpa kata-kata. Jantung Ayu berdegup keras. Ia buru-buru mengalihkan pandangan, menunduk, meremas tali tasnya. Tidak boleh. Ia tidak boleh membiarkan dirinya terseret lebih jauh ke dalam perasaan ini.Tak lama, Baim mengulurkan sebuah tas belanja kecil ke arahnya."Ini," katanya ringan. "Di dalamnya sudah terpasang kartu. Aku juga sudah menyimpan nomorku."Ayu terdiam sejenak sebelum akhirnya meraih tas itu den

    Last Updated : 2025-03-24
  • Menjadi Ibu Susu Bayi Kembar CEO   Ayo Lawan Mereka

    Ayu mengepalkan jemarinya semakin erat. Napasnya memburu, dadanya naik turun dengan cepat. Ia tidak bisa terus berada di sini. Tidak ingin terlalu lama berhadapan dengan Maharani."Mas… ayo kita pulang saja," pintanya pada Baim. Suaranya terdengar tenang, tapi ada ketegangan yang sulit disembunyikan.Tanpa menunggu jawaban, ia berbalik, berniat mengakhiri semua ini.Namun, dalam sekejap, genggaman kuat menghentikannya.Baim menarik tangannya, menghentikannya di tempat."Kita nggak akan pergi sebelum membayar tas ini," ucapnya datar, tapi tegas.Ayu menoleh, matanya masih dipenuhi gejolak."Mas…" bisiknya, setengah memohon.Namun Baim tetap tak bergeming. Tatapannya dalam, menenangkan. Seolah berkata, Jangan takut. Aku di sini.Genggamannya menghangatkan jemari A

    Last Updated : 2025-03-24

Latest chapter

  • Menjadi Ibu Susu Bayi Kembar CEO   Ketegangan Dalam Pelarian

    Mata Ayu membelalak. Nafasnya tertahan saat melihat sosok di ambang pintu. Degup jantungnya melambat—bukan karena takut, tapi lega."Mas Rendra..." suaranya lirih, nyaris seperti bisikan yang tercekat. Ia bergegas membuka pintu.Narendra masuk tanpa basa-basi. Tangannya meraih gagang pintu dan membantingnya hingga tertutup rapat. Tatapannya tajam, nadanya nyaris membentak."Kamu yang menyebarkan surat itu? Kenapa kamu gegabah, Ayu?"Ayu tersentak, lalu buru-buru menggeleng. "Bukan aku, Mas. Sumpah. Aku bahkan nggak tahu siapa yang—""Ini gawat." Narendra menyapu ruangan dengan pandangan waspada. Matanya menyipit."Kamu bisa dalam bahaya. Siapapun yang menyebarkan, yang jelas isi perjanjian itu sudah terungkap ke publik. Papa Sambo nggak akan membiarkan kamu muncul dan bicara.""Kenapa, Mas? Aku bisa menyangkal. Berpura-pura perjanjian itu nggak benar.""Karena kamu itu ancaman, Ayu. Dari awal!"Narendra mendekat, matanya menyala marah—bukan padanya, tapi pada kebenaran yang selama ini

  • Menjadi Ibu Susu Bayi Kembar CEO   Ancaman Yang Tak Main-main

    "Baik, Pak. Di mana posisi target sekarang?" Suara dalam ponsel itu terdengar datar. "Di rumah. Dia tidak ke mana-mana." Sambo melirik ke arah jendela, seolah bisa menembus dinding dengan tatapan. "Lenyapkan dia. Malam ini." "Siap, Pak." Telepon berakhir dengan bunyi klik. Sambo menatap layar ponsel yang mati, lalu mengepalkannya hingga sendi jarinya memutih. "Bangsat!" gumamnya pelan namun penuh geram. Ia melempar ponsel ke sofa, lalu menghantam meja kecil di sampingnya dengan kepalan tangan. "Anak itu benar-benar tidak bisa diajak bicara baik-baik. Sudah kuperingatkan. Tapi dia tetap melawan." Dari dalam rumah, langkah cepat terdengar. Hayati muncul dengan napas tersengal, wajahnya pucat. "Pa... barusan itu wartawan? Suaranya ramai sekali." Sambo memutar tubuhnya, sorot matanya gelap. "Mereka menanyakan surat itu. Memaksa aku mengakui perbuatan Jaka. Dan sekarang... mereka ingin Ayu tampil di jumpa pers." Hayati menutup mulutnya dengan tangan. "Ya Tuhan... Pa, aku sudah cob

  • Menjadi Ibu Susu Bayi Kembar CEO   Ketegangan Di Rumah Dinas

    "Nggak masuk akal, menantu Gubernur adalah penjual sayur. Mereka pasti sengaja menyembunyikan sesuatu, agar nama Gubernur tetap bersih." Polisi itu menjabat tangan Baim, lalu melangkah pergi. Baim membeku. Pandangannya kosong, bahunya kaku, dan wajahnya pucat. Melihat itu, Yoga buru-buru menghampiri. "Pak? Anda baik-baik saja?" Baim mengangkat kepala perlahan. Suaranya parau. "Yoga, aku nggak begitu paham maksud polisi tadi. Aku bingung." Yoga mengeluarkan ponselnya. Ia membuka unggahan yang sedang viral, menampakkan surat perjanjian bermaterai. Komentar-komentar menghujani layar, sebagian besar berisi kemarahan. "Ini, Pak. Surat ini sudah tersebar ke mana-mana. Banyak yang menuntut Gubernur diperiksa KPK. Rakyat marah karena kasus ini ditutupi. Mereka menyuarakan keadilan untuk Ayu." Baim membaca cepat. Sorot matanya tajam, lalu berubah nanar saat melihat nama Ayu dan Jaka tertera jelas dalam perjanjian itu. "Jadi... orangtua Ayu...?" "Iya, Pak. Jaka menabraknya saat mabuk. Ibu

  • Menjadi Ibu Susu Bayi Kembar CEO   Kejahatan Yang Terungkap

    Baim mendongak. "Apa? Bagaimana bisa?"Yoga menoleh ke Laura sejenak, lalu kembali ke Baim. "Dia memang sudah lama diincar. Tapi selalu lolos karena punya pelindung kuat. Gubernur."Laura menyambung, suaranya mantap. "Kamu lihat sendiri kan, Mas. Bahkan tanpa ikut permainannya, kita masih bisa bertahan. Ayu nggak perlu lagi jadi korban mereka.""Benar, Pak. Orang saya bilang, salah satu bandar kecil yang kerja buat Bram akhirnya buka suara. Polisi tinggal menunggu waktu."Baim menarik napas dalam. Pandangannya kini lebih terang. Ragu-ragu yang tadi menggumpal mulai menguap."Terima kasih, Yoga," ucapnya lega. "Ayo, waktunya kita masuk ke ruang jumpa pers." Ia menggandeng tangan Laura mantab.Hingga akhirnya, jumpa pers itu berjalan tanpa mengikuti tekanan dari Bram. Kini suara kamera mulai mereda, para wartawan berkemas, beberapa masih sibuk menelepon redaksi.Tapi di lorong luar, langkah kaki bergemuruh. Bram datang tergesa, matanya menyala seperti bara. Saat ia melihat Baim keluar

  • Menjadi Ibu Susu Bayi Kembar CEO   Diam-diam Melawan

    "Lalu ke mana ibunya saat itu? Kenapa bukan dia yang memberi ASI anak kalian?"  Seorang wartawan mengangkat tangan di antara kerumunan, lalu bertanya lantang—menyayat keheningan yang baru saja terbentuk.Pertanyaan itu membuat Laura tersentak pelan. Ia menunduk, menahan gelombang emosi yang nyaris tumpah. Lalu, dengan napas dalam, ia angkat wajahnya. Matanya basah, tapi suaranya jelas."Ya... itu salahku," ucap Laura pelan, tapi suaranya cukup menggema memenuhi ruangan."Saat itu, aku mengalami baby blues. Aku... aku memilih pergi ke Jerman. Meninggalkan anakku sesaat setelah mereka dilahirkan."Laura menarik napas dalam. Tangannya bergetar saat menyentuh dada, mencoba meredakan rasa bersalah yang terus menghantui."Aku sangat berterima kasih pada Ayu," lanjutnya. "Kalau bukan karena dia... mungkin anakku nggak akan selamat."Suasana ruangan menegang, namun bukan karena kecurigaan—melainkan karena rasa haru yang makin nyata.

  • Menjadi Ibu Susu Bayi Kembar CEO   Malaikat Tak Bersayap

    Bram tertawa pendek, puas. "Tentu saja. Pria sehebat kamu, masa iya mau mengorbankan semuanya hanya demi... wanita penjual sayur." Ia melirik Laura, lalu menambahkan, "Apalagi istrimu secantik dan seanggun ini. Ah, Ayu... mana mungkin bisa menandingi."Laura hanya tersenyum tipis, tanpa menanggapi. Ia dan Baim saling menatap, sebuah kesepahaman diam tercipta di antara mereka—entah apa isi dari kesepakatan itu."Baiklah, Pak," kata Baim, melirik jam tangannya sekilas. "Saya harus segera masuk. Media sudah menunggu.""Silakan," balas Bram dengan anggukan ringan. "Aku tunggu kejutanmu di atas podium."Baim melangkah pergi bersama Laura. Sorot matanya masih tajam, namun kini menyimpan sesuatu yang lain. Bukan keraguan. Tapi rencana.Baim dan Laura melanjutkan langkah mereka menuju ruang jumpa pers. Kamera sudah mengarah ke podium. Lampu sorot menyilaukan. Suara bisik-bisik dari para wartawan memenuhi ruangan. Sorotan publik sedang tertuju pada mereka, dan tak ada tempat untuk bersembunyi

  • Menjadi Ibu Susu Bayi Kembar CEO   Separuh Jiwa Telah Pergi

    "Aku menyuruhnya pergi demi kamu, Mas," kata Laura. Suaranya nyaris bergetar. Wajahnya menegang, bukan karena malu, tapi karena amarah yang ia tahan. Tatapannya tajam, menantang Baim untuk membantah."Kalau dia masih tinggal di sini, semua gosip itu akan dianggap benar. Dia menantu Gubernur, Mas. Kita bukan siapa-siapa."Baim menunduk, lalu menggeleng pelan. Pandangannya kosong."Tapi kenapa harus kamu usir, Laura?" suaranya serak. "Aku berutang banyak pada Ayu. Dia yang selamatkan anak-anak kita. Setidaknya, biarkan aku bicara sebelum dia pergi."Ia terdiam sejenak, sebelum menatap Laura tajam. "Lalu anak-anak... bagaimana dengan mereka? Tidakkah kamu memikirkan mereka sebelum bertindak?"Laura menunduk. "Aku tahu, Mas. Aku salah. Aku terlalu emosi... Maafkan aku. Aku janji akan menjadi ibu yang lebih baik. Aku akan mencari ASIP. Kalau perlu, ke seluruh rumah sakit di Jakarta."Baim memejamkan mata. Tangannya mencengkeram pinggiran bathtub. Suhu air hangat yang tadinya menenangkan ki

  • Menjadi Ibu Susu Bayi Kembar CEO   Permohonan Yang Tak Diharapkan

    "Laura... Ada yang ingin aku sampaikan." Baim menatap wajah istrinya dalam-dalam, mencoba memahami isi hatinya sebelum ledakan yang tak terhindarkan itu datang."Mas... nanti aja, ya. Ayo tenangkan badan dulu."Laura menggandeng tangan Baim menuju kamar mandi. Baim menurut, langkahnya berat seperti orang yang kehilangan arah.Ia melangkah masuk ke dalam bathtub, membiarkan tubuhnya tenggelam perlahan ke air hangat penuh busa. Uap naik lembut dari permukaan, menenangkan otot-ototnya yang tegang. Untuk sesaat, dunia seolah diam.Di samping bathtub, Laura duduk tenang. Ia menyusun potongan buah di piring kecil, menuang jus ke dalam gelas, lalu meletakkannya di meja mungil di samping mereka. Setiap gerakannya penuh perhatian—nyaris seperti perawat yang menjaga pasien.Baim memandangi wajahnya. Tak ada kemarahan, tak ada ketegangan seperti hari-hari sebelumnya. Hanya ketenangan... dan sesuatu yang menyerupai ketulusan.Namun justru itu yang membuat hati Baim semakin kacau. Ia menelan luda

  • Menjadi Ibu Susu Bayi Kembar CEO   Ketegangan Yang Menyelimuti

    "M-Maksud Papa?"Ayu membeku. Untuk pertama kalinya, ia merasa benar-benar terancam—bukan hanya secara fisik, tapi juga secara batin.Ia tak tahu… apakah barusan ia telah membuka pintu menuju jurang yang lebih dalam."Kamu tidak punya siapa-siapa di Jakarta, kan? Kedua orang tuamu juga sudah meninggal. Aku harap kamu tetap polos. Dan jangan sekali-kali mencoba melawanku."Ayu menelan ludah. Ia tak berani menatap Sambo. Ia sadar, ucapan mertuanya itu bukan sekadar ancaman kosong."Ya sudah, Papa pulang dulu. Ayo, Ma.""Baik, Pa." Hayati mengikutinya dari belakang, namun sorot matanya masih tajam mengarah ke Ayu.Ayu berdiri, merasa tidak nyaman dengan tekanan yang semakin berat. Namun ia tak melawan. Ia hanya menghela napas panjang.Setelah mereka keluar, percakapan di antara Sambo dan Hayati ternyata belum berakhir."Ma... cari cara agar Ayu menyerahkan surat itu ke kita," suara Sambo terdengar dari luar, semakin lama semakin cemas. "Papa nggak tenang kalau surat itu masih ada. Kita h

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status