"Namanya Nindi. Putri ketua Partai Maju Bersama." Hayati memperkenalkan wanita itu dengan bangga.
Ayu menatap Jaka, lalu Nindi, lalu kembali ke Jaka. Ia terkekeh pelan, senyum merendahkan terukir di wajahnya. "Hah… Aku gak habis pikir," suaranya bergetar, entah karena marah atau getir.
"Anakmu baru saja meninggal, Mas. Tapi kamu malah mengumumkan pernikahan?"
Maharani, yang sedari tadi sibuk dengan ponselnya, mendengus. "Hei, yang mati ya udah mati aja. Apa hubungannya sama pernikahan Jaka?" katanya dengan nada malas, seolah kematian Bintang bukan hal besar.
Ayu mengepalkan tangan di pangkuannya, berusaha meredam gejolak yang membakar dadanya.
"Kamu gak usah berharap lebih dari anakku," Hayati menyusul dengan tatapan tajam.
"Kami sudah cukup baik menampungmu di rumah ini. Kamu terhormat karena menjadi menantu Gubernur."
Ayu terkekeh lagi, kali ini disertai air mata yang jatuh begitu saja. "Terhormat?" suaranya lirih