Di kamarnya, Brian masih berusaha menghubungi nomor telepon Pretty. Namun, sepertinya nomor gadis itu sudah tidak lagi bisa untuk dia hubungi. Pretty sudah memblokir semua nomor yang tidak terdaftar di kontak ponselnya. Hal ini jelas semakin membuat Brian murka dan merasa sangat terhina. Dia tidak pernah berpikir bahwa Pretty akan melakukan hal gila ini pada hubungan mereka.
Terlebih lagi, beraninya Pretty mempermainkan dirinya dengan mengirimkan seorang asisten yang selama ini sudah ikut dengan dirinya. Seorang babu atau pesuruh yang tak terpandang, dia minta menjadi pengganti dirinya di altar pernikahan?
“Kau sangat gila, Pretty! Kau mempermainkan aku sekarang? Oke. Aku akan ikuti permainanmu dan kita liat nanti siapa yang akan terluka lebih dulu. Siapa yang akan tertawa dan siapa yang akan menangis karena menyesal sudah main-main denganku!” gumam Brian dengan sangat geram dan membanting ponselnya ke dinding.
Ponsel pintar itu berderai di lantai dan menimbulkan suara gaduh yang sang