Kalimat terakhir Gallen terdengar seperti perintah. Nadanya tenang, tapi cukup untuk membuat siapa pun tidak berani membantah.
Andreas diam sejenak, lalu menunduk sopan sebelum membuka suara dengan hati-hati. “Tapi saya masih tidak mengerti satu hal.”
Gallen menoleh ke arahnya. Gerakannya biasa saja, tapi jelas menunjukkan perhatian.
“Nyonya adalah anak tunggal. Tuan juga melihat sendiri, ada beberapa foto masa kecil yang menunjukkan Nyonya sangat dekat dengan ibunya. Tapi sikap Bu Yasmin… tidak seperti seorang ibu yang dekat dengan anaknya,” lanjut Andreas.
Gallen tidak langsung menjawab. Alisnya hanya sedikit terangkat, tanda bahwa ia mendengarkan.
“Biasanya, seorang ibu yang benar-benar peduli pada anaknya akan merasa cukup jika pihak laki-laki sudah bertanggung jawab. Tapi Bu Yasmin justru terlihat sangat antusias saat Tuan datang melamar, bahkan meminta mahar sebanyak itu,” lanjut Andreas. “Lalu saat hari pernikahan, setelah acara selesai, Bu Yasmin langsung pulang. Tidak seperti