Nikah Kilat: Terjebak Pesona Tuan Muda Posesif

Nikah Kilat: Terjebak Pesona Tuan Muda Posesif

last updateLast Updated : 2025-06-12
By:  Allensia MarenUpdated just now
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
Not enough ratings
7Chapters
29views
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

Karena kebohongan saudara kembarnya, Alina terpaksa harus pura-pura hamil dan menerima pernikahan kilat dengan Tuan Muda Gallen Dhira Sankara demi melindungi keluarganya. Alina harus menerima hidup bersama pria dingin, cerdas, dan terlalu protektif itu jauh lebih sulit dari yang ia kira. Namun, saat kebohongannya terancam terbongkar, masalah terbesarnya justru tumbuh di hatinya, yaitu perasaan yang tak seharusnya ada.

View More

Chapter 1

Bab 1

“Saya datang ke sini bukan untuk bertanya kenapa kamu melukai Rakha, tetapi untuk menikahimu.”

Alina menggeleng cepat. “Kalau hanya menikah kontrak, saya—”

“Ini pernikahan sungguhan. Secara resmi.” Pria di hadapannya menatapnya tanpa berkedip.

Tenggorokan Alina mendadak terasa panas. 

Ia tak pernah menyangka, keputusan untuk menanggung kesalahan saudara kembarnya, Aluna, justru menyeretnya ke dalam bencana.

Beberapa waktu lalu, Aluna menghilang setelah menyebabkan kematian kekasihnya, Rakha Ditya Sankara. Untuk menyelamatkan saudara kembarnya itu, Alina terpaksa menanggung semua kekacauan yang terjadi.

Meski pada akhirnya Polisi menyimpulkan bahwa penyebab kematian Rakha adalah alkohol dan tuduhan Alina sebagai tersangka pun gugur, tetapi masalah tidak selesai di situ.

Tanpa sepengetahuannya, Aluna menggunakan identitasnya untuk memeriksakan kehamilan. 

Akibatnya, Gallen, adik kandung Rakha, percaya bahwa Alina yang sedang mengandung anak Rakha.

Kini, pria itu, tiba-tiba muncul dengan keinginan untuk menikahinya. Lebih tepatnya memaksanya menikah ketika mendapatkan hasil USG itu.

Terjepit keadaan, Alina pun terpaksa bersandiwara seolah mengandung anak mendiang Rakha.

Sayangnya, alih-alih selamat, Alina justru bertemu dengan dewa kiamat.

“Maaf, Tuan, saya tidak bisa menerima pernikahan itu,” jawab Alina dengan tegas, entah sudah berapa kali ia mengatakan kalimat penolakan.

Namun Gallen mencondongkan tubuhnya, seolah ingin lebih dekat dengan Alina yang duduk di seberangnya. “Saya tidak butuh persetujuanmu. Apapun yang kamu katakan, saya akan tetap menikahimu.”

Ya, Tuhan! Apakah pria ini sudah kehilangan akal?

“Tapi, ini tidak benar. Saya tidak mungkin menikah dengan—”

“Menikah?” potong Yasmin, ibu Alina, yang tiba-tiba muncul di ruang tamu. 

Pandangannya langsung tertuju pada Gallen, pria yang duduk tenang dengan sorot mata setajam pisau.

Yasmin sebenarnya sudah mendengar segalanya sejak awal, ia sengaja tidak muncul. Hanya saja ketika mendengar topik pernikahan dan Alina terus menolak, ia tak bisa menahan diri.

Wanita paruh baya itu melangkah masuk.

“Ibu...” lirih Alina, suaranya nyaris putus asa. 

“Saya Yasmin, ibunya Alina. Maaf tiba-tiba menyela,” ucapnya ramah. Tanpa menunggu izin, ia langsung duduk di sisi Alina, menyelipkan senyum tipis yang sulit diterjemahkan. 

“Tuan ingin menikahi Alina?”

Gallen meresponnya dengan anggukan pelan. “Putri ibu sedang mengandung darah daging keluarga Sankara. Saya ingin menikahinya. Berapa pun mahar yang kalian minta, akan saya berikan.”

Seketika, sorot mata Yasmin berubah. Wajahnya berseri, seolah menemukan emas di halaman rumah sendiri.

“Berapapun?” Yasmin tertawa kecil. “Ah, maksud saya... Alina baru saja kehilangan pekerjaannya, sementara saya harus membiayai cuci darah suami setiap minggu. Kami sedang benar-benar kesulitan.”

Sementara itu, Alina yang sudah tahu betul sifat ibunya, langsung menarik pelan ujung baju ibunya, seolah ingin menghentikannya. 

Namun, Yasmin menepis tangan Alina.

“Apa boleh kami meminta mahar—”

"Maaf, Tuan. Abaikan saja ibu saya. Bagaimanapun juga, saya tidak bisa menikah dengan Anda. Saya mampu membesarkan anak ini sendiri," tukas Alina, seolah-olah benar-benar mengandung.

Sayangnya, ucapan Alina seolah tak berarti di mata Gallen. Lelaki itu justru menatap Yasmin dan berkata dengan nada dingin, “Sebut saja jumlahnya.”

“Dua ratus juta, Tuan,” jawab Yasmin akhirnya, tanpa ragu.

Tentu saja permintaan Yasmin membuat Alina membelalakkan matanya.

Astaga!

Bukankah ini sama saja Yasmin dengan sukarela menjualnya demi melindungi Aluna?

Ia tahu, selama ini ibunya memang hanya memperhatikan Aluna, bahkan seolah tidak pernah menganggapnya ada. 

Namun, kali ini tak disangka akan setega itu.

“Ibu!” Alina mencoba menyadarkan ibunya. Namun, lagi-lagi Yasmin hanya menepuk lutut Alina sebagai peringatan untuk diam.

“Baik, saya tidak keberatan,” ucap Gallen dengan senyum dingin.

Sorot mata Yasmin langsung berbinar. Ia sudah membayangkan setumpuk uang tertata rapi di meja ruang tamunya.

“Kami terima lamarannya,” ucap Yasmin mantap. “Tuan jangan khawatir. Saya akan yakinkan Alina. Dia hanya belum berpikir jernih.”

Alina menatap ibunya tak percaya. Namun, lidahnya sudah kepalang kelu untuk mengucap sesuatu.

Gallen berdiri, merapikan jas hitamnya. “Kalau begitu, tiga hari lagi kami menikah. Besok pagi, asisten saya akan datang mengurus mahar dan semua keperluan pernikahan.”

Ia lalu melangkah keluar, diikuti Andreas yang memberi anggukan kecil sebelum pamit. Yasmin menggandeng Alina untuk mengantar mereka keluar.

Begitu rombongan mobil hitam menghilang dari pandangan, Yasmin menghembuskan napas lega—seolah baru saja membuat kesepakatan besar.

Beberapa detik kemudian, ia langsung melepaskan genggaman dari lengan Alina.

“Kamu ini benar-benar ya! Otakmu dimana, Alina? Tuan Muda itu mau menikahimu, kamu malah menolak! Dia bahkan bersedia kasih mahar ratusan juta! Kamu justru mau buang kesempatan besar!”

Yasmin mengomel sambil melangkah masuk ke rumah, Alina mengekor di belakang.

“Menikah dengannya hanya akan menambah masalah,” bisik Alina lirih. “Dia mengira aku mantan kekasih kakaknya yang sedang hamil. Kenapa tidak katakan saja bahwa yang hamil itu Aluna?”

“Kamu pikir aku bodoh? Kalau sampai dia tahu kebenarannya, bagaimana nasib Aluna, hah? Sia-sia dia kabur dari polisi!” Yasmin menatap Alina dengan penuh amarah.  “Sudah, kamu lanjutkan saja sandiwara itu!”

“Tapi aku tidak hamil. Bagaimana kalau dia—”

“Kamu bisa pura-pura keguguran, kan?! Buat saja seolah-olah kehamilanmu itu tidak bertahan lama!” potong Yarmin tanpa keraguan.

Alina terperangah tak percaya menatap punggung ibunya yang kini berlalu pergi ke dalam kamarnya sendiri.

“Bu?” ucap Alina lirih, seolah benar-benar tidak percaya dengan apa yang ibunya katakan.

Namun, Yasmin tidak mempedulikan Alina. Ia langsung pergi meninggalkan Alina yang masih terpaku.

Bekas cengkraman sang ibu tadi masih terasa nyeri di lengan Alina.

Untuk pertama kalinya, Alina sadar, ibunya bukan sekadar keras kepala. 

Ia bisa menghancurkan siapapun, bahkan darah dagingnya sendiri.

Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

More Chapters

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

No Comments
7 Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status