Chapter: Chapter 49 | Rumor Tentang Adik IparSelina cepat mendekat, ia duduk di tepi ranjang, mengusap pelan punggung adiknya yang dingin. Melihat adiknya begitu tak berdaya, rasanya dunia Selina ikut terbalik. "Kenapa bisa begini? Kamu sudah minum obat?" Telunjuk Selina bergerak pelan merapikan rambut adiknya yang berantakan.Gracie tidak menjawab hanya menggeleng pelan, kedua tangannya menekan perutnya sendiri seolah menahan rasa sakit di sana.Selina cepat meraih ponsel dan menekan nomor Ersa dengan tangan yang sedikit gemetar. Terlalu cepat membuatnya salah menekan ikon panggilan video. Untungnya, tak sampai sepuluh detik, panggilan itu terhubung. “Ada apa, Selina?” suara Ersa terdengar berat di tengah bising mobil. Ia menatap layar, tangannya berhenti merapikan lipstik. “Kalau soal tes DNA, masih dalam proses.”"Aku nggak nanya soal itu. Kamu sekarang dimana?" "Aku baru saja sampai rumah. Baru pulang praktek,” jawab Ersa lalu memasukkan lipstiknya dalam sebuah pouch berwarna biru muda. Namun, menyadari ekspresi dan suar
Last Updated: 2025-11-01
Chapter: Chapter 48 | Andai SajaWajah tenang Selina tidak menunjukkan perubahan, tetapi jemarinya tak berhenti mengetuk layar ponsel, seperti waktu berjalan lebih lambat dan napasnya ikut gelisah.Selina bergegas mengetik balasan. [Sayang, maaf Kakak baru balas. Kakak nggak dengar panggilan.][Sekarang bagaimana keadaanmu? Sudah periksa belum?]Menit-menit berlalu tanpa balasan. Selina akhirnya mencoba menelepon, tapi sambungan tidak pernah terhubung, seakan ponsel Gracie lenyap dari jaringan.Takut terjadi apa-apa pada adiknya, perempuan itu menaruh ponselnya kembali ke dalam tas. Saat melangkah, mata Selina terpaku pada sudut ruangan. Tidak ada kamera di sana. Bahkan koridor menuju toilet pun bersih tanpa satu pun titik pengawas.Wajar kalau Dusan bisa keluar masuk dengan santai tanpa khawatir sedikitpun.Secepat kilat, Selina kembali ke ruang tunggu. Dusan dan Marissa sudah tidak di sana, hanya Giovanni yang duduk sambil menatap layar ponselnya.Ketukan ujung sepatu Selina membuat pria itu mendongak. “Sayang, s
Last Updated: 2025-11-01
Chapter: Chapter 47 | Menuntut PenjelasanRasanya Selina baru saja memejamkan mata, tetapi alarm ponselnya sudah berbunyi tanda hari sudah berganti.Dan, tepat seperti yang dikatakan Giovanni semalam, Selina akhirnya tiba di bandara. Meski menunggu di Premium Arrival Lounge yang tidak terlalu ramai, tetap saja Selina ingin cepat-cepat pergi dari sana. Sudah tidak terhitung beberapa kali ia melirik arloji yang melingkar di tangannya. Jam Sudah menunjukkan pukul sepuluh lebih tetapi adik Giovanni itu belum menampakkan batang hidungnya. Tak jauh dari Selina, Dusan dan Marissa duduk di kursi tunggu. Saling bertukar geming dan berselancar dengan gawai masing-masing. Sesekali, Marissa mengajak bicara suaminya, meminta pendapat bagaimana barang yang ia temukan dalam iklan sosial media. Sementara Giovanni sejak tadi sibuk bertelepon dengan sekretarisnya. Mungkin, hanya Selina yang tidak punya kesibukan kali ini. Mau bermain ponsel pun ia sudah jenuh. Sekejap kemudian, Selina menegakkan tubuhnya. "Ma, Pa, Selina mau ke kamar ma
Last Updated: 2025-11-01
Chapter: Chapter 46 | Mencapai Kenikmatan Bersama [21+]Selina memejamkan mata, menahan napas, berusaha menahan setiap gelombang sakit yang menjalari tubuhnya akibat penyatuan dengan Giovanni.Sepasang suami istri itu saling menatap ketika suara Marissa terdengar dari luar ruangan. Entah hal apa yang membuat wanita paruh baya itu mencari mereka. Awalnya, mereka pura-pura tidak mendengar, tetapi pada ketukan kedua suara Marissa terdengar lebih keras.“Giovanni? Selina?”Shh mengganggu saja!Giovanni sudah bersiap menarik diri, tetapi Selina menahan punggung pria itu dengan kedua tangannya. Ia menggeleng dan telunjuk lentiknya bergerak menyentuh bibir Giovanni, memintanya untuk tidak merespon apapun. Detik berikutnya terdengar suara Dusan. “Mereka mungkin sudah tidur. Besok saja, Ma.”“Tapi, tadi Mama dengar suara mereka kok, Pa,” kata Marissa masih terus berusaha mengetuk pintu.“Kalau masih bangun salah satu dari mereka pasti keluar.”“Ya sudah deh, tapi besok ingetin Mama buat bilang ke mereka ya, Pa.”“Iya,” jawab Dusan. Lalu setelahny
Last Updated: 2025-10-31
Chapter: Chapter 45 | Hasrat Tak Tertahan [21+]Selina merasa bola matanya memanas, entah karena iba atau karena sesuatu yang lain saat mendengar ucapan Giovanni.Namun, perasaan itu segera ia tepis. Terlepas belum tahu bagaimana identitas pasti Giovanni dalam keluarga Mathias, Selina pun tidak mau menjanjikan sesuatu yang tak bisa ia tepati.“Kamu bilang gitu, apa kamu meragukan aku?” tanya Selina pada akhirnya. Giovanni cepat-cepat menggeleng. “Aku takut kehilangan kamu.”Mendengar itu Selina tak bisa menahan senyum kecil. “Aku sudah memiliki suami sesempurna ini. Menurutmu, masih ada alasan buatku untuk memilih pria lain?”Senyum yang sama juga mengembang di wajah Giovanni. “Semoga kita berdua bisa menjaga pernikahan ini sampai akhir hayat nanti, ya?”Selina mengangguk lembut. Kedua tangan lentiknya lalu melingkar di pinggang sang suami. “Yang bisa aku lakukan hanya berusaha melakukan yang terbaik, Sayang.”Sejenak mereka terdiam, hanya ada napas yang saling beradu di antara jarak yang nyaris lenyap.Detik berikutnya, bibir Gio
Last Updated: 2025-10-30
Chapter: Chapter 44 | Bisakah Memilihku?Selina menggigit bibir bawahnya, dengan kepala tertunduk ia mendekat pada Giovanni yang masih menatapnya penuh selidik. Lalu menurunkan tas kerjanya di pinggir panjang sebelum duduk di samping pria itu. “Maaf, Sayang, sebenarnya … aku nggak pergi kerja hari ini,” kata Selina pelan, tak berani mengangkat pandangan pada suaminya. Meski begitu, dari ekor matanya ia bisa melihat bagaimana kening Giovanni berkerut. Jelas makin bingung dengan jawaban Selina. “Terus kamu kemana?” Giovanni kembali mengulang pertanyaannya.“Aku pergi ke salon buat perawatan.”“Apa perawatan di salon sampai semalam ini?”“A—aku ambil dua, Sayang, perawatan wajah dan … yang itu. Habis itu aku lanjut ke butik buat beli ini.”Selina membuka tasnya, lalu mengeluarkan sebuah kotak beludru berwarna biru dan menyerahkannya pada Giovanni. Pria itu menerimanya tanpa berkata apa-apa. Saat penutup kotak terbuka, ia terdiam cukup lama.“Pernikahan kita sudah sebulan, kan?” Selina berusaha tersenyum tipis. “Aku pikir bis
Last Updated: 2025-10-30
Chapter: Bab 93Aluna terdiam membeku. Lidahnya terasa begitu berat, seakan ada simpul tak kasatmata yang mengikatnya rapat. Tenggorokannya kering, napasnya tertahan. Tatapan tajam Gallen menekan seperti bilah pisau yang siap menembus pertahanannya kapan saja.“Jangan paksa saya untuk menggunakan cara kejam, Aluna!” Suara Gallen merendah, namun justru terdengar semakin mengancam. Aura dingin memancar dari sorot matanya yang gelap, membuat udara di antara mereka terasa kian menyesakkan.“Jawab! Kalau kamu berhubungan dengan kakak saya, mengapa bisa berhubungan dengan pria lain?!”Tubuh Aluna tersentak kecil. Jari-jarinya meremas kain gaun yang ia kenakan hingga kusut. Kedua matanya menunduk, menghindari tatapan pria itu. Butuh waktu baginya untuk menarik napas panjang, memaksa suaranya keluar.“Saya… akui, saya salah,” bisiknya lirih, nyaris seperti pengakuan dosa yang terpaksa keluar dari bibirnya. “Awalnya saya tidak tahu siapa itu Rakha. Waktu itu Alina bekerja di butik, dan dia pernah mengantar se
Last Updated: 2025-08-10
Chapter: Bab 92Aluna menatap layar ponselnya dengan mata membelalak, tangan yang menggenggam perangkat itu bergetar halus, seolah berat menahan beban kecemasan yang mencekam. Ia menekan tombol panggil ulang berkali-kali, namun suara nada dering yang monoton terus berputar tanpa ada jawaban di ujung sana.“Tristan! Jawab, tolong!” Suaranya pecah, bergetar penuh kepanikan. Nafasnya tersengal, dada sesak seolah ada beban berat menindihnya.Setiap detik berlalu seperti menyeret waktu menjadi sangat lambat. Matanya melirik ke sekeliling ruang tamu vila yang mewah, dinding putih yang bersih dan perabotan elegan terasa sunyi dan dingin, sama sekali tak memberi ketenangan. Hanya ada suara detak jam dinding yang kian memperbesar rasa gelisah di dalam dadanya.Aluna berdiri, langkahnya mulai mondar-mandir tanpa tujuan pasti, tangan terkepal rapat, berusaha menenangkan diri namun gagal. Kepalanya berputar dengan pertanyaan-pertanyaan yang menggantung tanpa jawaban.“Kenapa kamu tidak mengangkat? Apa yang seben
Last Updated: 2025-08-10
Chapter: Bab 91Begitu tiba di rumah sakit, Gallen tak membuang waktu. Langkahnya lebar dan cepat, nyaris seperti berlari melewati lorong-lorong yang dipenuhi bau menyengat antiseptik. Udara dingin dari pendingin ruangan seakan tak mampu meredam panas amarah dan cemas yang membakar dadanya.Ia langsung mendorong pintu ruang UGD, tatapannya segera tertuju pada sosok Alina yang terbaring di atas brankar. Wajah istrinya pucat, mata terpejam, dan oksigen tipis menggantung di hidungnya. Selang infus menempel di lengan, menyalurkan cairan bening yang menetes pelan.Di sisi brankar, dokter Sarah berdiri dengan clipboard di tangan, wajahnya penuh keseriusan.“Bagaimana keadaannya?” suara Gallen terdengar dalam, tegang, nyaris pecah. Ia menarik kursi kecil dan duduk di tepi brankar, jemarinya langsung meraih lengan Alina yang diinfus, menggenggamnya seolah takut kehilangan.Dokter Sarah menghela napas pelan sebelum menjawab, “Meskipun terjatuh cukup kencang, untungnya janin dalam kandungan Nyonya cukup kuat.
Last Updated: 2025-08-10
Chapter: Bab 90Beberapa hari setelah Aluna melahirkan, bukannya suasana menjadi tenang, justru hati Alina terusik. Seolah setiap hal, sekecil apa pun, menjadi alasan bagi Aluna untuk merepotkan Gallen. Pagi ini saja, baru lewat pukul tujuh, telepon dari Aluna sudah berdering dengan nada panik. Suaranya terdengar terburu-buru, hampir seperti menangis. Katanya, bayinya muntah setelah menyusu, dan ia tak tahu harus berbuat apa. Gallen yang saat itu tengah sarapan bersama Alina pun diminta segera datang. Untungnya, Gallen tidak pernah turun tangan sendiri. Pria itu selalu mengutus orang untuk datang ke rumah Aluna, entah itu bidan, dokter, atau staf rumah tangga yang bisa membantu. Setiap kali itu terjadi, Alina hanya bisa menggelengkan kepala. Ia tak habis pikir, bagaimana mungkin seorang ibu baru bisa begitu bergantung, bahkan untuk hal-hal yang seharusnya bisa ditangani sendiri. Malam ini pun sama. Menjelang tengah malam, ketika Alina baru saja hendak memejamkan mata, Andreas muncul di ambang
Last Updated: 2025-08-09
Chapter: Bab 89Gallen mendongak, menatap istrinya. Secepat kilat, ekspresinya berubah menjadi lebih ramah, bahkan sudut bibirnya terangkat membentuk senyum tipis yang nyaris meyakinkan."Masalah pekerjaan," jawabnya singkat, suaranya terdengar santai—terlalu santai untuk seseorang yang baru saja memancarkan aura sedingin baja.Namun, Alina bisa merasakan bahwa di balik senyum itu, ada sesuatu yang berusaha disembunyikan. Tatapan Gallen hanya bertahan sebentar sebelum ia meraih gelas kopinya, meneguk pelan seakan ingin mengakhiri pembicaraan.***Setelah makan, Gallen mengajak Alina menuju rumah sakit. Udara sore itu terasa sedikit pengap, bercampur aroma antiseptik begitu mereka memasuki lobi. Di bangsal rawat, Aluna sudah terbaring di ranjang pasien dengan wajah dibuat pucat memelas, meski riasan tipisnya masih terlihat rapi.Begitu melihat Gallen masuk, senyumnya langsung merekah. Ia menegakkan tubuh, lalu menggendong bayi mungil yang dibungkus kain bedong warna putih.“Tuan Gallen, lihatlah…” Sua
Last Updated: 2025-08-09
Chapter: Bab 88Keesokan paginya, udara masih dingin saat Gallen dan Alina tiba di rumah sakit. Bau antiseptik langsung menyergap begitu mereka memasuki lobi. Suara langkah kaki para perawat dan denting alat medis berpadu menjadi irama yang tak pernah berhenti.Di depan ruang operasi, suasana penuh kecemasan. Yasmin sudah duduk di kursi tunggu, wajahnya pucat, jemari terus meremas sapu tangan seolah mencoba menyalurkan ketegangan. Begitu melihat Gallen dan Alina datang, ia berdiri terburu-buru."Bu? Bagaimana keadaan Aluna?" tanya Gallen. “Operasinya baru saja dimulai,” ucap Yasmin dengan suara pelan namun tergesa. “Dokter bilang butuh waktu sekitar satu jam.”Gallen hanya mengangguk singkat, sebelum berjalan mrndekat ke arah Andreas.Sementara Alina lalu duduk di kursi kosong. Dia ingin menyapa ibunya tapi Yasmin justru berpindah tempat, menjauh dari Alina. Dalam hati, Alinabtersenyum miris. "Hanya duduk berdamlingan saja, Yasmin menganggapnya seolah barang yang menjijikkan.""Ibu mau aku pesankan
Last Updated: 2025-08-09