Shireen merasa ketakutan melihat Liam yang kini sudah bertelanjang dada. Ia terpojok di atas sofa dengan dekorasi mewah yang tampak tidak lagi berarti di matanya. Ruangan yang semula dipenuhi tawa dan suara musik kini sunyi, hanya suara napasnya yang terdengar memburu. Cahaya lampu kristal yang tergantung di langit-langit memantul lembut di dinding ruangan, memberikan suasana yang kontras dengan kegelisahan yang dirasakannya.
Liam, dengan senyum lebar yang seolah tak peduli, mendekati Shireen perlahan. Air mata yang membasahi wajah cantiknya tidak mengurangi kegigihan pria itu. Sebaliknya, senyum Liam semakin melebar, menambah ketegangan yang menggantung di udara. Ia meraih lengan Shireen, menariknya dengan kekuatan lembut namun penuh dominasi, membuat gaun elegan yang dikenakan Shireen melorot jatuh ke lantai.
Liam berbisik di telinganya, "Tidak perlu menangis. Kamu akan menikmatinya."
Namun, kata-kata itu tidak memberikan ketenangan; justru menambah rasa takut dan cemas yang menggel