Intan sedang menyiapkan makanan di dapur rumah kontrakan Alex. Mama Alex sedang duduk di sofa ruang tengah dengan layar televisi menyala di hadapannya.
Karena rumah itu tidak terlalu luas, Intan tetap bisa melihat ke ruang tengah rumah itu. Ia melihat sorot mata sendu Mama Alex yang sedang melamun. Acara televisi di depannya sama sekali tidak bisa menarik perhatiannya.
Intan menghela nafas panjang, segera ia menyelesaikan menu masakannya. Intan tidak bisa membayangkan, hancurnya hati Mama Alex, wanita yang mungkin usianya tidak terpaut jauh dari ibunya.
Jika biasanya Mama Alex selalu terlihat cantik dan modis, dengan riasan wajah yang selalu membuat wajahnya terlihat mempesona, kini penampilan wanita paruh baya itu terlihat sederhana.
Intan membelikan Mama Alex beberapa daster, karena Alex belum sempat mengambil pakaian sang mama di rumahnya. Alex masih menghindar untuk bertemu dengan papanya, agar emosi dan amarhanya tidak terpancing.
"Tante, makanannya sudah siap. Ayo kita makan