Intan menghela nafas panjang. Belum pernah rasanya Rudy bersikap dingin seperti itu. Intan tidak menyangka, hubungan persaudaraan yang dekat bisa menjauh karena seorang calon anggota keluarga baru.
Intan berusaha tetap berpikir positif, mungkin wajar jika Rudy mulai memikirkan kehidupan pribadinya. Rudy menyebutkan nama sebuah kafe yang sudah tidak asing lagi di telinga Intan. Intan merasa sangat aneh, karena mereka harus berbicara di luar rumah bagaikan dua orang asing.
"Baiklah, aku akan datang ke sana," kata Intan.
"Oke, Mbak. Kita bertemu jam satu siang," ujar Rudy sebelum mengakhiri panggilan telepon itu.
Intan meletakkan kembali ponselnya di atas meja. Alex menatap wajah Intan yang sendu dengan penuh tanya.
"Ada apa?"
"Rudy meminta bertemu untuk bicara berdua," jawab Intan.
"Apa dia ingin membicarakan tentang pernikahannya?"
"Mungkin saja, Sayang. Aku merasa dia saat ini sangat berbeda. Seingatku, belum pernah dia bersikap kaku dan dingin seperti ini. Entahlah, apa yang me